Tim KKNT IPB University yang bertugas di Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, menyelenggarakan Sosialisasi dan Praktik Budidaya Tanaman Sehat (SP-BTS) di Aula Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tembelang, yang berlokasi berdampingan dengan Balai Desa Pesantren.
Kegiatan ini menjadi salah satu program unggulan mahasiswa IPB dalam upaya membantu petani setempat menghadapi tantangan menurunnya kesuburan lahan pertanian, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk serta pestisida kimia yang kian meningkat penggunaannya.
Latar belakang kegiatan ini berawal dari keluhan para petani Desa Pesantren yang mendapati kondisi sawah mereka semakin kurang subur. Bahkan, beberapa tanaman padi mengalami hambatan dalam pertumbuhan meskipun pupuk dan pestisida kimia telah rutin diberikan. Masalah tersebut menimbulkan kekhawatiran karena hasil panen berpotensi menurun.
Melihat fenomena ini, tim KKNT IPB berinisiatif memperkenalkan alternatif budidaya yang lebih ramah lingkungan, murah, sekaligus berkelanjutan. Harapannya, petani dapat memperoleh hasil pertanian yang tetap optimal tanpa harus sepenuhnya bergantung pada bahan kimia.
Acara yang berlangsung sejak pagi hingga siang ini dihadiri oleh sekitar 15 orang peserta yang terdiri dari perwakilan kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), serta beberapa perwakilan dusun di Desa Pesantren.
Tidak hanya kalangan petani, kegiatan ini juga diikuti oleh perwakilan PKK desa yang antusias mempelajari cara pembuatan pestisida alami dan larutan mikroba sederhana.
Turut hadir pula Kepala Desa Pesantren, Achmad Wahyudi, yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam kepada mahasiswa IPB.
“Kami berterima kasih karena para mahasiswa IPB sudah berbagi ilmu yang bermanfaat bagi petani di desa kami,” ujarnya.
Kegiatan ini mendapat pendampingan langsung dari Kepala/Korwil BPP Tembelang, Himawan, yang ikut memberikan dukungan hingga acara selesai.
Materi pertama dipandu oleh Safira, anggota tim KKNT IPB, yang mengajarkan praktik pembuatan pestisida nabati berbahan dasar lengkuas dan bawang putih. Pestisida alami ini difungsikan sebagai fungisida yang efektif mengendalikan serangan jamur tanaman. Namun, tanpa meninggalkan residu kimia berbahaya di lahan maupun hasil panen.
Safira menjelaskan langkah demi langkah proses pembuatannya, mulai dari penghalusan bahan, hingga pencampuran dengan air panas.
Para peserta terlihat antusias mengikuti praktik ini. Apalagi bahan-bahannya mudah ditemukan di dapur rumah tangga sehingga dapat langsung dipraktikkan di rumah maupun sawah masing-masing.
Selanjutnya, Fauziyyah memberikan materi tentang cara membuat JADAM Microbial Solutions (JMS), yaitu larutan mikroorganisme alami yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti Effective Microorganisms 4 (EM4).
Bahan baku Jadam pun sederhana, yakni kentang, air, dan leaf mold atau tanah berdaun lapuk dari sekitar pohon bambu. Fauziyyah menekankan bahwa penggunaan Jadam memiliki banyak manfaat, di antaranya memperbaiki kesehatan tanah, mempercepat proses dekomposisi bahan organik, serta membantu penyediaan nutrisi alami bagi tanaman.
Para peserta diajak langsung mempraktikkan proses pembuatan larutan tersebut sehingga dapat memahami dengan lebih jelas.
Tidak hanya materi praktik, acara juga diwarnai dengan sesi tanya jawab. Salah satu peserta menanyakan solusi untuk mengatasi hama wereng pada tanaman padi di sawahnya. Pertanyaan ini menjadi diskusi menarik karena menunjukkan adanya masalah nyata yang dihadapi petani.
Tim KKNT bersama pendamping dari BPP memberikan penjelasan mengenai alternatif pengendalian hama dengan pendekatan alami agar tidak menimbulkan resistensi pada hama.
Selain praktik dan diskusi, tim KKNT IPB juga membagikanmodul berisi resep dan panduan pembuatan pestisida nabati serta Jadam.
Modul ini diharapkan menjadi pegangan praktis bagi peserta sehingga dapat dipelajari kembali di rumah maupun disebarkan ke petani lain yang belum sempat hadir.
Menutup rangkaian kegiatan, Chairul selaku koordinator desa tim KKNT IPB memperkenalkan aplikasi IPB Digitani. Aplikasi ini dirancang untuk memudahkan petani berkonsultasi langsung dengan pakar IPB dan mengakses artikel serta informasi terkini seputar pertanian.
Kehadiran aplikasi ini disambut positif oleh peserta karena dapat menjadi sarana belajar berkelanjutan dan memperluas akses informasi tanpa harus menunggu penyuluhan tatap muka.
Secara keseluruhan, kegiatan SP-BTS di Desa Pesantren mendapatkan respon yang cukup positif dari para peserta. Mereka menyampaikan bahwa materi yang diberikan mudah dipahami, penyampaian mahasiswa jelas, dan praktik pembuatan pestisida nabati serta JMS bisa langsung ditiru.
Meskipun belum ada tindak lanjut berupa pendampingan ke lahan, para petani mengaku termotivasi untuk mencoba sendiri di sawah mereka.
Tim KKNT IPB berharap, kegiatan ini tidak berhenti sebagai sosialisasi semata, melainkan menjadi langkah awal menuju penerapan budidaya tanaman sehat di Desa Pesantren. Dengan semakin banyak petani yang mencoba metode ini, diharapkan pertanian Desa Pesantren ke depan bisa berkembang menjadi lebih mandiri, berkelanjutan, dan produktif, sekaligus mendukung target swasembada pangan nasional.
Lebih dari itu, kegiatan ini juga memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa KKNT sendiri karena dapat mengasah keterampilan komunikasi, pengabdian, sekaligus mempererat hubungan antara perguruan tinggi dan masyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News