Pada hari Senin (11/8/2025) lalu, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyambut kunjungan kenegaraan Presiden Republik Peru, Dina Ercilia Boluarte Zegarra. Upacara penyambutan yang berlangsung sekitar pukul 10.00 WIB itu menghadirkan kemeriahan sejak iring-iringan tamu negara memasuki kawasan Monumen Nasional hingga tiba di Istana Merdeka. Kedatangan Presiden Dina Boluarte diiringi formasi 17 pasukan motoris, 60 pasukan berkuda, pasukan jajar kehormatan, serta sekitar 3.000 pelajar yang berdiri rapi di sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera Peru. Kehadiran ribuan pelajar ini menambah semarak suasana, mencerminkan kehangatan sambutan rakyat Indonesia terhadap tamu negara dari Amerika Latin tersebut. Upacara itu dilakukan dengan mengumandangkan lagu kebangsaan kedua negara, dentuman meriam hampa 21 kali, dan inspeksi pasukan.
Khusus tentang penembakan kehormatan menyambut tamu negara itu, kita bertanya, "Kenapa dilakukan 21 kali, tidak 5 atau 10 kali?" Ternyata, hal ini terkait dengan takhayul kuno tentang keberuntungan yang berhubungan dengan angka ganjil.
Kebiasaan penembakan kehormatan 21 kali ini berasal dari tradisi angkatan laut pada abad keenam belas, ketika sebuah kapal perang akan menunjukkan niat damainya dengan menembakkan meriamnya tanpa bahaya ke laut sampai amunisinya habis. Karena meriam kemudian membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengisi ulang, kapal secara efektif dilucuti senjatanya, menandakan kurangnya niat bermusuhan. Kapal-kapal ini umumnya memiliki 3 baris tujuh senjata di sisi kapal yang berjumlah 21 yang ditembakkan. Tradisi penembakan kehormatan ke udara berawal dari praktik tersebut dan kini pelaksanaannya dilakukan oleh angkatan bersenjata berbagai negara pada saat upacara kenegaraan, militer, dan/atau pada saat memperingati peristiwa bersejarah lainnya yang memiliki signifikansi simbolis kehormatan tinggi bagi negara tersebut. Penembakan Kehormatan dengan Meriam (bahasa Inggris: 21-gun salute), di TNI disingkat “Bakhor” adalah suatu tata cara pemberian penghormatan oleh kesatuan artileri dari angkatan bersenjata suatu negara dengan cara menembakkan tembakan (biasanya peluru hampa) ke udara dengan meriam.
Di beberapa negara barat seperti Inggris dan Amerika Serikat, angka 21 yang merupakan angka ganjil dianggap angka keberuntungan. Khusus Angkatan Laut AS telah menetapkan peraturan penghormatan senjata pertama pada tahun 1818, menyatakan bahwa 21 orang harus memberi hormat kepada Presiden ketika ia mengunjungi kapal.
Meskipun dunia sekarang ini sudah dilanda dengan kehidupan serba canggih, komunikasi dan informasi digital, Artificial Intelligence, dan sebagainya, namun masih banyak masyarakat yang percaya terhadap suatu angka yang menandakan keberuntungan atau kesialan. Di Jepang, misalnya, masyarakat percaya angka 8 itu adalah angka keberuntungan; angka 9 dianggap angka penderitaan; angka 13—dipengaruhi budaya barat yang menganggap angka 13 merupakan angka sial—memiliki citra yang buruk.
Meskipun saya lahir pada tanggal 13, saya tidak merasa bahwa saya mbrojol di bumi ini di angka yang dianggap sial. Malahan, Alhamdulillah saya banyak mendapatkan anugerah yang melimpah dari Gusti Allah berupa kesehatan, usia pada tahun 2025 ini sudah mencapai 73 tahun, diberi kesempatan Allah melaksanakan haji dan umrah, punya cucu-cucu yang sehat dan pintar-pintar, berkesempatan sekolah di Inggris, keliling dunia, dan lain-lain.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News