inventarisasi budaya merekam jejak budaya benda dan nonbenda di desa kanigoro gunungkidul - News | Good News From Indonesia 2025

Inventarisasi Budaya: Merekam Jejak Budaya Benda dan Nonbenda di Desa Kanigoro, Gunungkidul

Inventarisasi Budaya: Merekam Jejak Budaya Benda dan Nonbenda di Desa Kanigoro, Gunungkidul
images info

Budaya yang dimiliki suatu daerah merupakan identitas dari masyarakat. Melalui kesenian, tradisi, hingga benda-benda peninggalan, kita bisa membaca sejarah panjang yang membentuk suatu daerah. Di setiap daerah memiliki cerita yang menarik. Cerita tidak terukir secara tertulis, tetapi juga dalam nyanyian, tarian, dan kebersamaan warganya. 

Itulah yang terasa saat mengikuti KKN PPM YO-074 di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini sebagian wilayahnya berada di pesisir pantai, membuat warganya akrab dengan laut sekaligus tanah pertanian.

Nilai-nilai tradisi masih melekat. Sifat gotong royong terasa hidup, latihan kesenian rutin tetap berjalan, dan masyarakat menyambut antusias setiap kegiatan budaya. Dari tarian tradisional, musik bambu, hingga upacara adat, semuanya dirawat dengan penuh kesadaran.

Apa Itu Inventarisasi Budaya?

Secara sederhana, inventarisasi budaya adalah proses mengidentifikasi, mencatat, dan mendokumentasikan warisan budaya, baik benda (Tangible Cultural Heritage) maupun nonbenda (Intangible Cultural Heritage).

  • Budaya benda
    Benda warisan budaya yang dapat diraba adalah karya manusia yang dapat dipindahkan maupun tidak dapat dipindahkan. Termasuk di dalamnya adalah benda cagar budaya (Purwanto, 2019), mencakup objek fisik seperti bangunan, alat musik, patung, dan artefak.
  • Budaya nonbenda
    Menurut UNESCO (n.d.), warisan budaya takbenda mencakup tradisi lisan, seni pertunjukan, praktik sosial, ritual, perayaan, pengetahuan tentang alam semesta, hingga keterampilan membuat kerajinan tradisional.

Inventarisasi budaya hadir untuk mendata, mendokumentasikan, dan melestarikan warisan itu, baik yang berbentuk benda maupun yang takbenda seperti kesenian, pengetahuan lokal, dan tradisi lisan.

Hasil Inventarisasi Budaya di Desa Kanigoro

Desa Kanigoro memiliki keberagaman budaya yang tumbuh dari perpaduan tradisi pesisir dan nilai-nilai agraris. Keunikan ini tercermin dalam berbagai warisan budaya, baik yang berbentuk benda peninggalan sejarah maupun kesenian dan ritual yang masih dijalankan hingga kini. Berikut beberapa budaya yang ada di Desa Kanigoro

Budaya Benda (Tangible Cultural Heritage)

Petilasan Kebo Kanigoro & Pura Segara Wukir

Di Pantai Ngobaran, berdiri sebuah petilasan yang dipercaya sebagai tempat perenungan Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, saat mengasingkan diri ke selatan Jawa. Tak jauh dari situ, Pura Segara Wukir didirikan pada tahun 2005, sekarang menjadi pusat upacara Melasti dan simbol harmoni antaragama.

Budaya Nonbenda (Intangible Cultural Heritage)

Labuhan

Sedekahan Laut (Labuhan Saptosari)

Setiap 1 Suro, warga berkumpul untuk berterima kasih pada laut. Ada slametan, kirab budaya, dan pelarungan sesaji ke tengah ombak. Acara dilaksanakan dua hari penuh. Pada hari pertama untuk golongan tani, dan hari kedua digunakan untuk merayakan dari golongan nelayan. Acara biasanya disertai dengan pertunjukan wayang kulit hingga Jathilan.

Ketok Bambu

Ketok Bambu

Kesenian unik yang memadukan musik bambu, gamelan, tembang, dan tari. Iramanya bebas, jumlah penyanyinya pun tak dibatasi. Biasanya dibawakan oleh penari perempuan, menciptakan perpaduan suara dan gerak yang khas.

jathilan

Jathilan

Tarian kuda lumping yang memadukan gerak, musik, dan unsur trance. Penarinya menunggang kuda anyaman bambu, berbusana prajurit, dan diiringi gamelan serta sinden. Di Kanigoro, Jathilan adalah puncak hiburan pada perayaan besar.

Karawitan

Musik gamelan berpadu vokal lembut, dimainkan warga Dusun Mendak setiap malam Minggu. Tak sekadar hiburan, karawitan menjadi ruang berkumpul lintas generasi dan sarana melatih keharmonisan.

Menjaga Napas Budaya

Melestarikan budaya bukan hanya tugas sejarawan atau pemerintah, melainkan tanggung jawab kita semua. Setiap dokumentasi, setiap cerita yang dibagikan, adalah langkah kecil menjaga identitas bangsa. Karena warisan budaya sejatinya bukan sekadar peninggalan, melainkan warisan hidup yang terus berdenyut di tengah masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.