Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80, banyak warga di berbagai daerah mengibarkan bendera bergambar tengkorak dengan topi jerami. Bendera ini dikenal sebagai Jolly Roger, lambang dari kelompok bajak laut dalam serial anime One Piece.
Kehadiran bendera ini di ruang publik, mulai dari pemukiman warga hingga kendaraan umum, menarik perhatian banyak orang.
Fenomena tersebut tak berhenti di lapangan. Media sosial pun ramai dengan unggahan foto dan video bendera Jolly Roger yang dikibarkan berdampingan dengan bendera Merah Putih.
Bahkan dalam beberapa kasus, bendera One Piece terlihat dikibarkan lebih tinggi dari bendera resmi negara. Hal ini kemudian memunculkan perdebatan yang cukup luas di masyarakat.
Beberapa pihak memandang tindakan ini sebagai pelanggaran terhadap simbol negara. Namun, sebagian lainnya melihatnya sebagai bentuk ekspresi dari keresahan sosial yang dirasakan oleh masyarakat, terutama generasi muda. Dari sinilah muncul pertanyaan, apa sebenarnya makna dari bendera tersebut?
Simbol Bajak Laut
Dalam dunia fiksi One Piece, bendera Jolly Roger bukan hanya sekadar lambang bajak laut. Bendera ini menjadi simbol solidaritas, keberanian, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Karakter utama, Monkey D. Luffy, bersama kru Topi Jerami, dikenal karena perjuangannya membebaskan orang-orang tertindas dari cengkeraman kekuasaan yang semena-mena.
Semangat perlawanan yang mereka bawa tidak bersifat destruktif. Sebaliknya, mereka berjuang untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan bebas. Dalam konteks inilah, banyak penonton merasa terhubung secara emosional dengan makna perjuangan yang diusung dalam cerita tersebut.
Menurut Mahbubi (2025) dalam jurnal Almustofa, bendera Jolly Roger merepresentasikan nilai-nilai perjuangan yang juga diajarkan dalam agama, khususnya Islam. Nilai-nilai seperti keadilan, kebebasan, dan perlawanan terhadap penindasan menjadi inti dari simbol ini.
Misteri One Piece, Terkuak di Indonesia
Ekspresi Sosial dalam Budaya Populer
Karena itu, Kawan GNFI, fenomena pengibaran bendera One Piece tidak bisa dilihat hanya sebagai tren sesaat. Di balik pengibaran tersebut, terdapat bentuk ekspresi sosial yang ingin disampaikan oleh masyarakat. Mereka menggunakan simbol dari budaya populer sebagai cara menyuarakan harapan akan keadilan dan perubahan.
Budaya populer memang kerap menjadi ruang alternatif untuk menyampaikan kritik sosial. Dalam sejarahnya, banyak karakter fiksi yang dijadikan simbol perlawanan, seperti topeng Guy Fawkes dari film V for Vendetta. Dalam kasus ini, Jolly Roger menjadi lambang dari suara-suara yang ingin diperhatikan.
Perlu dipahami bahwa bagi generasi muda, simbol semacam ini dapat lebih mudah dipahami dan diterima daripada bentuk protes yang bersifat formal. Melalui bendera bajak laut fiksi, mereka menyampaikan harapan untuk Indonesia yang lebih jujur, adil, dan terbebas dari berbagai bentuk penindasan.
Nilai Islam dan Relevansi Simbol
Menariknya, simbol Jolly Roger juga memiliki kesamaan dengan nilai-nilai dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan untuk menegakkan keadilan dan melawan kezaliman. Dalam Al-Qur’an, Surah An-Nisa ayat 75 menyebutkan pentingnya membantu mereka yang tertindas.
Dalam jurnal yang sama, Mahbubi juga menegaskan bahwa simbol perjuangan dalam One Piece dapat menjadi media pendidikan karakter. Tokoh-tokoh dalam serial ini memperlihatkan keberanian, tanggung jawab, dan solidaritas, yang semuanya selaras dengan nilai-nilai moral Islam. Maka, bukan hal yang keliru jika simbol ini dijadikan refleksi dalam konteks pendidikan.
Melalui pemahaman ini, pengibaran bendera Jolly Roger bisa dilihat sebagai bentuk ekspresi moral, bukan sekadar fanatisme terhadap anime.
Kakek "Luffy One Piece" dari Kalimantan yang Mendunia
Perlu Pendekatan Bijak
Meskipun demikian, ekspresi yang muncul tetap harus diarahkan dengan bijak. Bendera Merah Putih adalah simbol negara yang memiliki kedudukan tinggi dan wajib dihormati.
Mengibarkan bendera lain secara berlebihan, apalagi menggantikannya, tentu bisa menimbulkan salah paham atau bahkan pelanggaran hukum.
Karena itu, pendekatan yang tepat adalah dengan membangun dialog. Pemerintah, pendidik, dan masyarakat perlu membuka ruang untuk mendengarkan aspirasi yang muncul dari generasi muda. Larangan tanpa pemahaman hanya akan memperlebar jarak dan menimbulkan ketegangan.
Sebaliknya, dengan pendekatan yang inklusif, ekspresi semacam ini bisa diarahkan menjadi bagian dari gerakan sosial yang positif. Simbol dari budaya populer bisa dimanfaatkan untuk membangun karakter, menanamkan nilai-nilai moral, dan mempererat rasa keadilan dalam masyarakat.
Kawan GNFI, pengibaran bendera One Piece menjelang Hari Kemerdekaan bukanlah hal sepele. Di balik kain bergambar tengkorak itu, terdapat pesan yang ingin disampaikan.
Pesan itu bukan tentang pemberontakan, tapi tentang keinginan untuk hidup di negeri yang lebih adil, jujur, dan merdeka secara hakiki.
Maka, mari kita sikapi fenomena ini dengan kepala dingin dan hati yang terbuka. Mari kita lihat ekspresi ini sebagai cermin dari keresahan, sekaligus harapan yang belum tersampaikan secara langsung. Dengan begitu, kita bisa saling memahami dan membangun bangsa ini bersama, dengan semangat kebebasan dan keadilan yang sesungguhnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News