dodaidi lagu menidurkan anak di aceh yang sarat nilai moral - News | Good News From Indonesia 2025

Dodaidi: Lagu Menidurkan Anak di Aceh yang Sarat Nilai Moral dan Religius

Dodaidi: Lagu Menidurkan Anak di Aceh yang Sarat Nilai Moral dan Religius
images info

Di tengah gempuran era digital, sebagian masyarakat Aceh masih memegang teguh tradisi menidurkan anak dengan nyanyian. Lagu menidurkan anak di Aceh ini dikenal dengan sebutan dodaidi, sebuah warisan budaya lisan yang telah hidup selama ratusan tahun di tengah masyarakat.

Dodaidi bukan sekadar lantunan nada pengantar tidur. Ia merupakan bentuk kasih sayang seorang ibu yang diungkapkan dalam bentuk syair puitis dan bermakna mendalam. Tradisi ini secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bentuk ikatan batin antara ibu dan anak. Dalam praktiknya, anak biasanya diletakkan dalam ayunan kain yang digantung di langit-langit rumah, lalu diayun perlahan sambil ibu menyanyikan dodaidi dengan logat khas Melayu-Jamèe.

“Masyarakat Aceh mengenal tradisi ini dimana ketika anak akan dininabobokkan dalam sebuah ayun yang nyaman, orang tua menyanyikan syair-syair indah dodaidi yang dilakukan terus menerus sampai ia berusia 3 tahun,” tulis Yusuf dan kawan-kawan dalam buku Syair Do Da Idi dan Pendidikan Karakter Keacehan.

Lebih dari sekadar hiburan, lagu menidurkan anak di Aceh ini berfungsi sebagai media penyampaian pesan moral dan nilai-nilai keislaman sejak usia dini. Syair-syair yang terkandung dalam dodaidi biasanya menyisipkan nasihat, doa, hingga penguatan akidah bagi sang anak. Keyakinan masyarakat Aceh terhadap pentingnya pendidikan dini ini bahkan dikaitkan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga liang lahat.”

Syair Penuh Doa dan Nilai Pendidikan

Dalam konteks pendidikan anak usia dini, tradisi dodaidi memainkan peranan penting sebagai stimulus awal perkembangan emosi, pendengaran, dan spiritualitas anak. Helmawati dalam bukunya Pendidikan Keluarga menjelaskan bahwa segala hal yang didengar dan dilihat oleh anak di usia 0–3 tahun akan lebih mudah diserap ke dalam memori jangka panjang dan membentuk karakter. Maka tidak heran, ibu dalam budaya Aceh dianggap sebagai guru pertama yang memberikan pendidikan lewat suara, sentuhan, dan keteladanan.

“Seorang ibu yang mengayunkan anaknya dalam ayunan, terbiasa dalam melantunkan syair dodaidi yang sarat akan nilai moral dan religious,” papar Yusuf dalam penelitiannya.

Salah satu syair religius dalam lagu menidurkan anak di Aceh yang masih sering terdengar antara lain berbunyi:

Laaa ilaahaaillallah Tiada Tuhan selain Allah Muhammadar rasulullah Nabi Muhammad utusan Allah Tidulah. Tidurlah anakku sayang Paik darah, bak kare tulang Pejamkan mato, tidulah anak Kok gadang barisuk, jangan lalai sumbahyang. 

Syair ini mencerminkan harapan orang tua agar anak tumbuh menjadi pribadi yang taat beragama, disiplin, dan memiliki fondasi akidah yang kuat.

Ancaman Modernisasi dan Upaya Pelestarian

Sayangnya, keberadaan lagu menidurkan anak di Aceh kini semakin jarang terdengar. Menurut Ali Pelawi, peneliti dendang buai dari Monash University, hanya sedikit perempuan Aceh—biasanya yang berusia di atas 50 tahun—yang masih mampu melantunkan dodaidi dengan fasih. Ibu-ibu muda dan remaja putri kini cenderung lebih akrab dengan musik populer, gawai, dan hiburan dari media sosial.

“Banyak gadis ataupun ibu-ibu muda di Kepulauan Banyak yang mulai meninggalkan tradisi ini,” ungkap Ali.

Kondisi ini tentu mengkhawatirkan karena dodaidi bukan sekadar lagu, melainkan bentuk doa dan ekspresi batin terdalam seorang ibu kepada anaknya. Dalam konteks masyarakat Aceh yang religius dan kolektif, hilangnya dodaidi berarti kehilangan salah satu jalur pendidikan karakter yang sangat halus namun mengakar.

Melestarikan lagu menidurkan anak di Aceh seperti dodaidi bukan sekadar menjaga tradisi, tetapi juga merawat nilai-nilai luhur yang telah membentuk generasi Aceh selama berabad-abad. Di tengah arus modernisasi, dodaidi tetap relevan sebagai warisan budaya yang sarat kasih sayang, pendidikan, dan spiritualitas.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.