Nguber Drummer adalah komunitas penabuh alat musik drum yang digagas oleh Bowie Champa dan Yandi Andaputra. Nama "Nguber Drummer" sendiri adalah singkatan cerdas dari "ngulik bersama drummer," mencerminkan semangat eksplorasi dan kolaborasi antarsesama penabuh drum.
Komunitas Nguber Drummer berawal dari kumpul-kumpul santai saat pandemi Covid-19. Namun, seiring waktu komunitas ini terus berkembang dan menjadi sebuah gerakan masif yang menggandeng drummer seluruh Indonesia.
Adapun Nguber Drummer memiliki perlawanan sosial tersendiri. Selain berupaya meningkatkan marwah drummer, Bowie dan Yandi mengaku ingin membantu anak yang kecanduan gadget atau gawai.
Wadah untuk Anak Pencandu Gadget
Kemajuan teknologi memanjakan banyak orang tidak terkecuali anak-anak. Para produsen ponsel pintar terus memberikan inovasi yang membuat anak-anak dimanja dengan berbagai macam permainan.
Hal tersebut tentu membuat senang si anak sekaligus orang tuanya, tetapi ada konsekuensi yang mesti dipetik setelahnya. Bila terlalu sering memberi gadget, sang anak bisa berpotensi kecanduan dan jauh dari aktivitas yang menumbuhkembangkan bakatnya.
Nguber Drummer pun berpikir demikian. Menurut Bowie terutama, ia sebagai seorang ayah merasa sedih bila anaknya teramat sering memainkan gadget-nya.
“Kita paham anak-anak sekarang. Gua punya anak. Nguber Drummer sedih banget kalau mereka harus main handphone terus,” ucap Bowie kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Eksistensi Nguber Drummer pun dibuat untuk menjadi alternatif bagi anak untuk menyembuhkan pengaruh buruk itu. Bowie berharap dari program latihan yang sering diadakan komunitasnya bisa membuat anak-anak pencandu gadget lebih memiliki dunia yang lebih riil melalui aktivitas bermusik menabuh alat perkusi.
“Kita pengin buat drum kayak alternatif untuk menggantikan kecanduan mereka akan gadget. Walaupun mereka belajar dari gadget, Cuma kalau latihan enggak pakai pasti dia fokus,” ucapnya.
Jantung Musik
Adapun bagi Bowie dan Yandi, Nguber Drummer adalah sebuah ekosistem dan rumah yang memberdayakan serta mengangkat martabat para drummer. Berbagai program dilakukan mereka untuk menularkan semangat bermusik dan memberi wadah bagi talenta-talenta penabuh drum yang baru.
Penabuh drum kerap dipandang sebelah mata dalam sebuah komponen grup musik. Contohnya dalam sebuah band, penabuh drum biasa ditempatkan di belakang yang bagi awam peran mereka tidak terlihat dalam sebuah pertunjukan.
Kegelisahan akan hal tersebut dimiliki Bowie dan Yandi selaku founder Nguber Drummer. Keduanya pun mengakui citra seorang penabuh drum kurang diakui meskipun sejatinya mereka lah pemberi denyut dalam bermusik.
“Biasanya drummer tuh diremehkan karena selalu di belakang. Padahal drummer tuh jantung dari musik dan semua juga mengakui kalau drummer-nya kacau, satu band kacau. Jadi kita menaikkan marwah drummer,” ucap Yandi.
Kehadiran Nguber Drummer tidak hanya gebak-gebuk dalam sebuah pementasan. Ada harapan lain dari Bowie dan Yandi untuk memberi pengajaran soal teknik melalui program latihan.
“Di Indonesia kan harus kreatif ya. Kita lakukan biar orang tuh enggak Cuma sekadar main drum ngono-ngono wae, berisik. Jadi harus ada pengembangannya dan harus buka kepala orang, ngebuka mindset orang,” ujar Bowie menambahkan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News