makna di balik cara potong nasi tumpeng yang jarang diketahui orang - News | Good News From Indonesia 2025

Makna di Balik Cara Potong Nasi Tumpeng yang Jarang Diketahui Orang

Makna di Balik Cara Potong Nasi Tumpeng yang Jarang Diketahui Orang
images info

Nasi Tumpeng merupakan salah satu hidangan yang biasa disajikan pada upacara adat masyarakat Suku Jawa. Selain itu, nasi tumpeng juga biasa menjadi pilihan masyarakat Indonesia saat melakukan perayaan atau peringatan hari besar.

Cara penyajian nasi tumpeng yaitu nasinya dibentuk kerucut dan ditata bersama dengan lauk lain seperti ayam, telur, urap, tempe orek, dan sebagainya. Olahan nasi yang dipakai pada nasi tumpeng umumnya berupa nasi kuning, nasi uduk, atau nasi biasa.

Secara umum, ketika orang menghidangkan tumpeng, mereka cenderung memotong bagian puncak yang runcing. Namun, ternyata metode ini tidaklah benar karena dianggap bisa menyalahi filosofi tumpeng.

Etika dan Tata Cara Memotong Nasi Tumpeng yang Benar

Dilansir dari Detik.com, cara memotong tumpeng yaitu dimulai dari bagian bawah terlebih dahulu. Setelah itu perlahan-lahan bergeser menuju puncak tumpeng.

Langkah ini dilakukan karena bila tumpeng dipotong langsung dari atas, maka makna yang terkandung akan bergeser. Jika memotong bagian atas tumpeng makan dianggap seperti memutus hubungan seorang hamba dengan Sang Pencipta.

Setelah dipotong, bagian awal dari tumpeng diserahkan kepada orang yang dituakan atau yang dihormati. Kemudian, bagian tersebut diberikan secara berurutan kepada anggota keluarga, sahabat, dan teman-teman. Filosofi di baliknya adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap orang yang dituakan.

Tumpeng sebaiknya disantap bersama-sama, dan juga dikenal dengan sebutan 'dikepung'. Istilah ini memiliki makna "manunggaling kawulo lan Gusti" yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti "Sang Pencipta tempat bertemunya semua makhluk".

Baca Juga: Mengapa Selalu Ada Tumpeng di Setiap Acara Syukuran?

Makna Filosofis di Balik Nasi Tumpeng

Tumpeng berbentuk kerucut yang lebar di bagian bawah dan menyempit di bagian atas, melambangkan Gunung Mahameru di India. Gunung ini dianggap sebagai lokasi suci, yang merupakan kediaman para dewa.

Puncak tumpeng diisi dengan sebutir nasi yang melambangkan Tuhan Yang Maha Esa. Semakin ke bawah, terdapat umat yang mewakili berbagai tingkat perilaku mereka.

Memotong puncak tumpeng akan bertentangan dengan filosofi tumpeng yang melambangkan keterkaitan antara manusia dan Tuhan. Selain itu, jika puncak tumpeng dipotong, itu artinya memutuskan hubungan umat dengan Tuhan. Selain itu, berbagai lauk yang ada di sekitar bawah tumpeng juga tidak akan bisa diambil jika puncaknya yang dipotong.

Selain itu bahan-bahan untuk tumpeng juga memiliki makna tersendiri, diantaranya:

Nasi: Merupakan makanan pokok sehingga merupakan simbol kehidupan.

Ayam ingkung: Ayam yang dipilih adalah jantan atau dikenal dengan sebutan ayam jago. Oleh karena itu, proses penyembelihannya berfungsi untuk menyingkirkan sifat-sifat negatif yang biasa dimiliki ayam jago, seperti kebanggaan dan ketidaksetiaan. Ayam ingkung disajikan dalam posisi terlungkup, seolah-olah sedang berdoa kepada Tuhan.

Ikan lele: Ikan ini mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang ekstrem. Ia melambangkan makna ketahanan dan ketekunan dalam hidup.

Telur ayam: Tanda bahwa semua manusia diciptakan dengan sifat dasar yang serupa. Yang membedakan hanyalah tingkat ketaatan dan perilaku mereka.

Cabai merah: Umumnya, cabai merah dihias mirip dengan kelopak bunga. Bentuknya yang unik menjadi lambang cahaya bagi orang lain.

Ikan teri: Teri merupakan jenis ikan yang dapat ditemukan di laut dan biasanya berkelompok, yang mencerminkan arti kebersamaan dan persatuan.

Sayur urap: Hidangan sayur ini terdiri dari berbagai bahan yang memiliki arti tersendiri. Beberapa di antaranya adalah kangkung (melindungi), bayam (rasa damai), kacang panjang (pemikiran ke depan), dan kluwih (memiliki kelebihan dibanding yang lain).

Jenis-Jenis Tumpeng

Tumpeng tidak hanya memiliki satu jenis, tapi terbagi menjadi beberapa, yaitu:

  • Tumpeng Robyong - Tumpeng ini biasa disajikan pada upacara siraman dalam pernikahan adat Jawa. Tumpeng ini diletakkan di dalam bakul dengan berbagai macam sayuran. Di bagian puncak tumpeng ini diletakkan telur ayam, terasi, bawang merah dan cabai.
  • Tumpeng Nujuh Bulan - Tumpeng ini digunakan pada syukuran kehamilan tujuh bulan. Tumpeng ini terbuat dari nasi putih. Selain satu kerucut besar di tengah, tumpeng ini dikelilingi enam buah tumpeng kecil lainnya. Biasa disajikan di atas tampah yang dialasi daun pisang.
  • Tumpeng Pungkur - digunakan pada saat kematian seorang wanita atau pria yang masih lajang. Dibuat dari nasi putih yang disajikan dengan lauk-pauk sayuran. Tumpeng ini kemudian dipotong vertikal dan diletakkan saling membelakangi.
  • Tumpeng Putih - warna putih pada nasi putih menggambarkan kesucian dalam adat Jawa. Digunakkan untuk acara sakral.
  • Tumpeng Nasi Kuning - warna kuning menggambarkan kekayaan dan moral yang luhur. Digunakan untuk syukuran acara-acara gembira, seperti kelahiran, pernikahan, tunangan, dan sebagainya.
  • Tumpeng Nasi Uduk - Disebut juga tumpeng tasyakuran. Digunakan untuk peringatan Maulud Nabi.
  • Tumpeng Seremonial/Modifikasi/Variasi - Biasa digunakan sebagai tumpeng hantaran untuk acara keluarga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RT
AN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.