unik inilah kura kura moncong babi satwa endemik papua - News | Good News From Indonesia 2025

Unik! Inilah Kura-Kura Moncong Babi, Satwa Endemik Papua

Unik! Inilah Kura-Kura Moncong Babi, Satwa Endemik Papua
images info

Kura-kura moncong babi (Carettochelysinsculpta) merupakan salah satu spesies kura-kura air tawar yang unik dan langka. Hewan ini termasuk dalam keluarga Carettochelyidae dan menjadi satu-satunya anggota yang masih hidup dari genus Carettochelys

Kura-kura ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari jenis kura-kura lainnya, terutama bentuk moncongnya yang menyerupai babi, sehingga dinamakan "moncong babi".

Habitat alami kura-kura moncong babi di Indonesia terutama ditemukan di wilayah Papua, khususnya di sekitar Sungai Kao, Sungai Mamberamo, dan beberapa sungai lain di bagian utara pulau.

Selain di Indonesia, spesies ini juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australia Utara. Kura-kura ini hidup di perairan tawar yang tenang, seperti sungai berarus lambat, rawa-rawa, dan danau dengan dasar berpasir atau berlumpur.

Beda dengan Kura-Kura Umumnya

Kura-kura moncong babi memiliki sejumlah perbedaan mencolok dibandingkan kura-kura air tawar maupun darat pada umumnya. Perbedaan ini tidak hanya terlihat dari segi fisik, tetapi juga dalam hal perilakunya.

1. Struktur Tempurung dan Kulit

Kebanyakan kura-kura memiliki tempurung keras yang terdiri dari lempeng tulang dan keratin (seperti pada kura-kura darat atau penyu). Namun, kura-kura moncong babi justru memiliki tempurung yang lebih lunak dan dilapisi kulit tebal serta licin, mirip dengan kulit penyu belimbing. Hal ini membuatnya lebih fleksibel dalam bergerak di air, tetapi juga lebih rentan terhadap predator atau gangguan fisik.

2. Bentuk Moncong yang Unik

Seperti namanya, kura-kura ini memiliki moncong yang menyerupai babi—berbentuk pipih, panjang, dan menonjol ke depan. Moncong ini berfungsi sebagai alat bantu pernapasan, memungkinkannya menghirup udara tanpa harus sepenuhnya muncul ke permukaan air. Sementara itu, kura-kura lain umumnya memiliki hidung yang lebih kecil dan tidak seunik bentuk moncong babi.

3. Kaki yang Berbentuk Dayung

Kebanyakan kura-kura air tawar memiliki kaki berselaput dengan cakar untuk berenang dan berjalan di darat. Namun, kura-kura moncong babi memiliki kaki depan yang berbentuk seperti dayung, lebih mirip dengan sirip penyu laut. Adaptasi ini membuatnya menjadi perenang yang lebih cepat dan lincah dibandingkan kura-kura air tawar biasa.

4. Habitat dan Perilaku

Kura-kura moncong babi lebih banyak menghabiskan waktu di air dibandingkan kura-kura air tawar lainnya. Mereka jarang ditemukan berjemur di darat seperti kura-kura sungai pada umumnya. Selain itu, pola pergerakannya tidak teratur, berbeda dengan kura-kura lain yang cenderung memiliki wilayah jelajah tetap.

5. Cara Reproduksi

Kebanyakan kura-kura bertelur di darat, menggali lubang untuk menyimpan telurnya. Kura-kura moncong babi juga bertelur di darat, tetapi mereka memilih area berpasir di tepian sungai yang jauh lebih rentan terhadap banjir atau gangguan manusia. Hal ini membuat telur mereka lebih berisiko hilang atau dimangsa.

Dari segi evolusi, kura-kura moncong babi dianggap sebagai "fosil hidup" karena memiliki karakteristik primitif yang tidak dimiliki kura-kura modern. Perbedaan-perbedaan ini menjadikannya salah satu spesies yang unik dan penting untuk dilestarikan.

Baca juga Kura-Kura Matahari, Satwa Endemik Asli Indonesia yang Langka tetapi Belum Dilindungi

Termasuk Satwa yang Dilindungi

Kura-kura moncong babi termasuk dalam daftar satwa dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.

Selain itu, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan spesies ini dalam kategori Endangered (Terancam Punah). Ancaman utama terhadap kelestariannya meliputi perburuan telur, kerusakan habitat akibat aktivitas manusia, serta perubahan ekosistem sungai.

Pola Pergerakan Kura-Kura Moncong Babi

Tim peneliti dari IPB University yang dipimpin oleh Prof. Mirza Dikari Kusrini, pakar ekologi satwa liar, melakukan studi mendalam tentang pola pergerakan kura-kura moncong babi di Sungai Kao, Papua. Penelitian ini menggunakan GPS tracker buatan tim untuk memantau pergerakan satwa tersebut.

Hasilnya menunjukkan bahwa kura-kura ini memiliki pola pergerakan yang tidak teratur—ada yang bergerak ke hulu, ke hilir, atau bahkan kembali ke tempat semula.

Menurut Morgan Wayne, salah satu peneliti, temuan ini penting untuk menyusun strategi konservasi yang tepat. "Dengan mengetahui area jelajah dan kebiasaan mereka, kita bisa menentukan zona perlindungan yang efektif," ujarnya.

Misalnya, jika kura-kura sering berada di dekat area peneluran, maka kawasan tersebut harus dilindungi dari gangguan manusia.

Pelestarian dengan Masyarakat Lokal

Meskipun telur kura-kura moncong babi masih diambil oleh masyarakat lokal selama musim peneluran (Agustus-Oktober), Prof. Mirza menilai bahwa praktik ini tidak dilakukan secara masif.

Masyarakat setempat memiliki pemahaman ekologis yang baik sehingga mereka tidak memburu induk kura-kura karena menyadari pentingnya keberlangsungan populasi.

Selain itu, sumber penghidupan mereka tidak hanya bergantung pada telur kura-kura, melainkan juga dari aktivitas lain seperti menangkap ikan arwana.

Upaya Konservasi Berkelanjutan

Penelitian ini merupakan bagian dari kolaborasi IPB University dengan PT Tunas Sawa Erma Group dan Korindo Group untuk mendukung konservasi satwa liar di Papua.

Prof. Mirza menekankan pentingnya pengelolaan habitat berbasis ilmiah untuk memastikan kelestarian kura-kura moncong babi. Selain itu, tim terus mengembangkan teknologi pelacakan satwa air guna meningkatkan efektivitas pemantauan.

Dengan upaya konservasi yang tepat, diharapkan kura-kura moncong babi dapat terhindar dari kepunahan. Perlindungan terhadap habitat alaminya, edukasi masyarakat, serta penelitian lebih lanjut menjadi kunci untuk menjaga keberadaan satwa endemik yang hanya ditemukan di Indonesia, Papua Nugini, dan Australia Utara ini.

Baca juga Kura-Kura dan Penyu Terancam Punah, Apakah Manusia Penyebabnya?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.