tips aman ikut race lari dari dokter andhika kenali tubuhmu dan perhatikan cuaca agar selamat - News | Good News From Indonesia 2025

Tips Aman Ikut Race Lari dari Dokter Andhika: Kenali Tubuhmu & Perhatikan Cuaca agar Selamat!

Tips Aman Ikut Race Lari dari Dokter Andhika: Kenali Tubuhmu & Perhatikan Cuaca agar Selamat!
images info

Meski mudah dilakukan, olahraga lari tetap tak bisa dilakukan sembarangan. Inilah tips aman lari di Jakarta yang perlu disimak warga ibukota dan sekitarnya.

Olahraga lari saat ini sedang digandrungi masyarakat Indonesia. Di berbagai kota, jamak ditemui orang-orang yang asyik berlari, baik itu pada pagi, sore, maupun malam hari.

Tak heran apabila lari begitu digemari. Olahraga satu ini terbilang sangat mudah untuk dilakukan. Apalagi, banyak pula race yang digelar sebagai wadah bagi para pelari untuk menantang dirinya sendiri.

Hanya saja, pelari harus ingat bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan demi keselamatan saat race, di antaranya adalah kondisi tubuh dan cuaca.

Uniknya Pertamina Eco RunFest 2025, Event Lari di Jakarta yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Tips Race Lari Aman: Kenali Kondisi Tubuh dan Cuaca

Soal perlunya memperhatikan kondisi tubuh dan cuaca ini, dokter spesialis olahraga, dr. Andhika Raspati, Sp.KO, membagikan ilmunya di hadapan awak media dalam acara konferensi pers Pertamina Eco RunFest 2025 di Jakarta, Rabu (17/6/2025). 

"Sekarang banyak orang yang lari, tetapi banyak yang belum kenal sama badannya sendiri." ujar Andhika.

Dalam suatu race, biasanya terdapat berbagai kategori jarak yang bisa dipilih. Nah, dalam menentukan kategori inilah pelari harus menyesuaikan dengan kondisi dan kesehatan tubuhnya.

"Kalau kita bicara mau yang ideal, periksa, cek ke dokter. Tetapi kalau belum sempat dan belum punya waktu untuk mengecek, minimal kenali sign atau tanda-tanda yang mungkin muncul kalau kita punya kondisi medis tertentu." lanjut Andhika.

Andhika mencontohkan bahwa gejala gangguan kesehatan yang kadang dialami pelari di antaranya yakni nyeri dada atau mata berkunang-kunang saat berlari. Namun jika tidak ada gejala apapun, maka pelari dapat ikut race dengan latihan dan persiapan matang terlebih dahulu.

Fenomena yang saat ini terkadang juga ditemui, ada pelari yang memilih kategori jarak yang tidak sesuai kemampuannya. Misal, dari 5K langsung ke half marathon. Menurut Andhika, hal ini tidak patut dilakukan karena beresiko tinggi sekalipun pertolongan medis selalu tersedia di sepanjang jalur race.

"Kadang itu yng membuat kita sebagai medical director dan tim medis kerja keras. Ambulansnya mau berapa, tenda medisnya mau berapa, kalau teman-teman pelari tidak bisa mengenali dirinya, tidak tahu kapasitas dirinya, kita kelimpungan juga." tutur Andhika.

Dalam race, penyelenggara memang biasa menyiagakan tim medis. Di Pertamina Eco RunFest 2025 di mana Andhika menjadi medical director misalnya, akan ada puluhan anggota tim medis yang disebar di sepanjang jalur. 

"Sekeren apapun medical director merencanakan medical system dan service, kalau pelarinya tak tahu tubuhnya seperti apa, tak kenal sama sign bahaya di tubuhnya, ya susah kita mau safety running." lanjutnya.

Selain mengenali kondisi tubuhnya, pelari juga harus memperhatikan cuaca. Ini tidak boleh dilupakan mengingat Indonesia adalah negara yang kelembaban tinggi. Apalagi, pada tahun 2025 ini cuaca sulit diprediksi karena fenomena kemarau basah yang membuat hujan sering turun saat musim kering.

"Jakarta itu bisa dibilang udaranya menipu. Meski terlihat mendung dan tidak ada matahari, kita jangan lupa bahwa Indonesia adalah negara tropis yang kelembabannya sangat amat tinggi sekali." papar Andhika.

Di Indonesia, kelembapan udara biasanya berkisar antara 70-95%. Sementara itu berdasarkan informasi yang dihimpun GNFI dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kelembaban sangat tinggi (>80%) dapat membuat tubuh sulit mendingin lewat keringat. Maka dari itu, udara juga akan terasa lebih panas.

Penjelasan tersebut selaras dengan apa yang disampaikan Andhika. Ia menekankan bahwa berlari di tengah kelembaban udara tinggi sebetulnya diperbolehkan. Hanya saja, pelari wajib waspada karena apabila panas tubuh sudah berlebih, maka ada potensi pelari terkena heat stroke.

"Orang yang lagi lari itu kan dari dalam (tubuh) panasnya, tidak bisa keluar. Akhirnya apa? Menumpuk dan naik banget suhu tibuhnya, heat stroke," pungkasnya.

9 Tempat Joging Paling Seru di Jakarta, Bikin Semangat Olahraga!

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aulli Atmam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aulli Atmam.

AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.