Pada suatu pagi tahun 2003, nelayan di perairan Cirebon menemukan lebih dari sekadar hasil tangkapan laut. Di kedalaman Laut Jawa, mereka tidak sengaja menemukan serpihan artefak kuno yang membuka tabir sejarah maritim Nusantara. Temuan itu kemudian dikenal sebagai The Cirebon Shipwreck, dan menjadi salah satu penemuan harta karun di lautan Indonesia yang terbesar sepanjang sejarah.
Menurut catatan resmi UNESCO, kapal karam tersebut mengangkut ribuan artefak dari berbagai peradaban: keramik dari Dinasti Liao di Tiongkok, kristal dari Kekaisaran Sassania di Iran, hingga benda-benda berbentuk burung, rusa, dan unicorn dari tradisi spiritual Asia Timur. Temuan ini menunjukkan bahwa Laut Jawa pernah menjadi jalur perdagangan internasional yang sangat aktif di era Sriwijaya.
Jejak Perdagangan Kuno di Laut Jawa
Berdasarkan analisis arkeologis, kapal yang tenggelam di utara Cirebon diperkirakan berasal dari abad ke-10, kemungkinan besar pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Kapal dagang tersebut diyakini tengah melakukan pelayaran antara Tiongkok dan Nusantara melalui rute penting Samudra Hindia.
“Nelayan setempat menemukan keramik Cina di jaring ikan mereka. Benda-benda ini merupakan bagian dari bangkai kapal yang tenggelam di Laut Jawa pada pergantian milenium pertama,” tulis UNESCO. Di antara temuan itu terdapat Yue yao, keramik khas wilayah kuno Yue di Tiongkok, yang diyakini digunakan dalam ritual keagamaan.
Proses Penyelamatan dan Nilai Fantastis
Operasi evakuasi dilakukan oleh pemerintah Indonesia bersama Cosmix Underwater Research Ltd, selama periode 2004 hingga 2006. Sekitar271 ribu artefak berhasil diangkat, termasuk emas, permata, kristal, dan keramik dari Dinasti Liao.
Nilai keseluruhan harta karun ini ditaksir mencapai Rp720 miliar, menjadikannya salah satu penemuan arkeologi bawah laut terbesar di Asia Tenggara. Penyelam Belgia Luc Heymans, yang memimpin operasi, bahkan menduga kapal tersebut pernah ditumpangi oleh pejabat tinggi dari Dinasti Tiongkok, mengingat kualitas artefak yang luar biasa.
Cirebon dan Warisan Maritim Nusantara
Letak geografis Cirebon di pesisir utara Jawa menjadikannya pelabuhan penting dalam jaringan perdagangan Asia. Menurut pemerhati budaya lokal, Chaidir S. Susilaningrat, masih banyak kapal karam lain yang belum terangkat. “Di perairan Cirebon itu ratusan kapal yang tenggelam, tidak hanya puluhan,” ujarnya.
Ia meyakini sebagian besar kapal tersebut tenggelam akibat konflik atau perang, bukan karena kondisi alam. Karena itu, Cirebon menjadi salah satu titik penting untuk studi lanjutan arkeologi maritim Indonesia.
Menjaga dan Mengkaji Warisan Laut Indonesia
Harta karun di lautan Indonesia bukan hanya soal emas dan keramik, tapi juga bukti kejayaan jalur perdagangan maritim dan diplomasi budaya Nusantara di masa lampau. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diharapkan terus memperkuat regulasi perlindungan warisan bawah laut.
Rencana kerja sama Indonesia dan Tiongkok untuk menjadikan situs kapal karam sebagai lokasi wisata sejarah juga dapat membuka peluang edukasi dan ekonomi baru. Namun, perlu pengawasan ketat agar eksploitasi artefak tidak mengorbankan nilai sejarahnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News