Pacu jalur mempunyai sisi mistis yang menjadi tradisi yang selalu dirawat
Tradisi ini dilakukan dalam pembuatan kayu untuk jalur
Kayu yang digunakan untuk jalur dipilih dari perantara mistis
Pacu jalur saat ini tengah menjadi buah bibir masyarakat dunia. Selain perlombaannya, banyak keunikan yang membuatnya menjadi ikon wisata Indonesia.
Hal yang jarang dikulik adalah tradisi masyarakat Rantau Kuantan, Riau ini juga punya sisi magisnya. Tradisi magis dalam pacu jalur masih terus dipertahankan oleh masyarakat sekitar.
Peran ilmu mistis dalam membuat jalur
Pacu jalur merupakan perlombaan tradisional dayung perahu atau sampan yang terbuat dari kayu gelondongan utuh. Kayu ini nantinya akan dibuat menjadi perahu yang akan diperlombakan dalam Festival Pacu Jalur.
Ternyata untuk membuat jalur membutuhkan proses yang tidak mudah. Proses tersebut cukup panjang dan juga memakan waktu agak lama sehingga bisa dipacukan dalam gelanggang.
“Prosesi tersebut bertujuan agar semua yang hadir selamat, dan pohon yang ditebang dapat dijinakkan dan tidak memberi penyakit kepada yang hadir, terutama kepada si penebang kayu,” tulis Hasbullah dan kawan-kawan dalam Unsur-Unsur Magis dalam Tradisi Pacu Jalur: Perspektif Antropologi Agama.
Hasbullah mengatakan hanya para dukun yang bisa melakukan upacara tersebut. Bahkan bila tak melakukan upacara itu, kayu jalur bisa melawan kepada para penebang.
“Kemarahan mambang tersebut bisa wujud dalam berbagai bentuk, seperti kayunya sangat keras untuk ditebang yang mengakibatkan kayu tersebut tidak tumbang, kalaupun tumbang akan membawa mudharat kepada yang hadir dalam proses penebangan tersebut,” jelasnya.
“Bisa saja kayu tersebut tidak dapat ditarik walaupun telah melibatkan banyak warga masyarakat, bahkan menurut sang dukun dengan menggunakan alat berat sekalipun kayu tersebut sulit untuk ditarik dari hutan untuk dibawa ke kampung,” ucap Hasbullah melanjutkan.
Proses dukun mencari kayu jalu
Ketika sudah ditetapkan, dukun tersebut akan melakukan upacara khusus di rumahnya atau di rumah kepala desa. Ada dua pilihan yang bisa dilakukan dukun, yaitu upacara babalian atau upacara batonuang (diramal).
Hasbullah menjelaskan upacara babalian adalah suatu upacara tari-tarian yang dilakukan oleh sang dukun dengan iringan musik rebab (sejenis alat gesek). Kemudian upacara batonuang, yaitu suatu upacara khusus yang dilakukan oleh dukun untuk mencari kayu dengan cara menggunakan kekuatan magis dan mantra-mantra.
“Dengan cara tersebut dukun dapat menemukan tempat atau lokasi hutan yang cocok untuk mencari kayu,” jelasnya.
Selain itu, dukun juga sering menggunakan media musik salah satunya rebab untuk mengiringi dalam menari dan juga berkomunikasi dengan makhluk halus. Ada juga yang memakan sebutir beras agar dipermudah ketika mencari jalur di hutan.
Seorang dukun juga menentukan kapan waktu yang tepat untuk mencari kayu jalur. Banyak cara dukun mencari pelangkahan, salah satunya adalah datang dalam mimpi sang dukun.
“Apabila dukun telah menetapkan pelangkahannya, maka semua anggota yang ikut dalam mencari kayu harus mengikuti semua perintah dukun, tidak boleh ada yang mengingkarinya,” tegasnya.
Berbagai pantangan dalam menebang jalur
Sebelum acara penebangan kayu dimulai, terlebih dahulu dilakukan sebuah ritual khusus yang biasa disebut upacara menyemah, yaitu menyerahkan semah (sesajen) kepada mambang yang diyakini sebagai penunggu kayu tersebut.
Dikatakan oleh Hasbullah, upacara ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menimbulkan bencana, baik bagi tukang tebang maupun orang-orang yang menyaksikan acara penebangan kayu.
Ketika melakukan penebangan, ada juga pantangan yang tidak boleh dilakukan. Hal pertama adalah kayu tersebut tidak boleh direbahkan ke arah Barat, tidak boleh membuang air kecil di sekitar kayu jalur dan tidak boleh bercakap-cakap kotor.
Hasbullah mengungkapkan alasan mengapa kayu itu lebih baik direbahkan ke arah timur. Hal ini ternyata terkait dengan filosofi dari matahari terbit yang menjadi penanda rasa optimisme.
“Alasan lain adalah matahari juga terbit sebelah timur, sebagai tanda cahaya dan kekuatan. Hal ini dimaksudkan agar kayu tersebut mempunyai kekuatan serta semangat seperti terangnya cahaya matahari yang terbit, menandakan akan ada tanda-tanda kehidupan dan optimisme,” jelasnya.
Mencari kayu yang bertuah
Dukun juga punya peran untuk menentukan kayu yang dianggap berkualitas dan mempunyai tuah. Salah satu cara sang dukun untuk mengetahui kualitas kayu adalah dengan cara dikoresi (dilihat semua aspek-aspek magisnya).
Dalam pandangan dukun jalur dan juga masyarakat setempat, kayu tersebut memiliki tuah tersendiri, jika kayu seperti ini yang digunakan, maka sangat besar peluangnya untuk memenangkan pacu jalur
Namun, pada zaman sekarang ini jalur dibuat dari berbagai jenis kayu, yang penting ukurannya cukup. Hal ini disebabkan rusaknya hutan sehingga semakin sulit untuk mendapatkan kayu yang berkualitas, di samping kayu-kayu tersebut sudah mulai punah dan jarang sekali ditemukan orang.
Selain kualitas, kayu yang dianggap mempunyai tuah adalah kayu yang mempunyai mambang (sejenis makhluk halus) yang dapat dikendalikan oleh pawang atau dukun jalur dengan baik. Karena menurut keyakinan dukun, mambang tersebut akan terus mengikuti kayu itu kemanapun kayu tersebut dibawa.
Menurut kepercayaan dukun, kayu-kayu yang memiliki kualitas baik secara ruhnya adalah kayu yang banyak dihinggapi oleh binatang-binatang berbisa/beracun, seperti kalajengking, ular, dan sebagainya. Hal ini karena kayu ini dianggap “berbahaya” dan bisa melaju cepat dalam perlombaan.
“Kayu seperti itu dipandang mempunyai tuah atau bertuah,” ungkapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News