Alwi Johan Yogatama atau populer dengan nama Alwijo adalah kreator konten Indonesia yang wajahnya sering nongol di lini masa media sosial tanah air. Topik mengenai kesejarahan dan literasi lekat dengannya sehingga ia dengan mudah diidolakan oleh mereka yang haus akan pengetahuan.
Mendapuk diri sebagai orang pedalaman Temanggung, Jawa Tengah, Alwi memiliki minat besar terhadap bahasan sejarah. Kendati mengenyam bangku pendidikan tinggi Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran (Unpad), sejarah menjadi “senjata” baginya dalam membuat konten yang beruntungnya mendapat sambutan baik dari para netizen tanah air.
Alwi membekali dirinya lewat banyak bacaan. Dari situlah kecintaannya terhadap bahasan sejarah berakar.
Dan seperti para pencinta sejarah pada umumnya, berkhayal bertemu para tokoh sejarah sesekali terbersit di kepalanya. Dua nama pun disebut Alwi ketika bertemu Good News From Indonesia di mana salah satunya ialah mantan Presiden RI, Suharto.
Goebbels dan Suharto
Sebagai pencinta sejarah dan pembaca buku yang akut, Alwi memiliki tabungan profil tokoh-tokoh sejarah yang sudah dibaca serta dipahaminya. Jika berandai bisa bertemu dengan satu tokoh sejarah luar negeri, Josep Goebbels lah yang ingin ia temui.
Joseph Goebbels sendiri adalah tangan kanan pemimpin Partai Nazi, Adolf Hitler. Kemampuannya dalam menyebarkan propaganda membuat menjadi tokoh penting yang membuat Nazi berkuasa di Jerman.
Di mata Alwi, Goebbels teramat lihai menyebarkan propaganda ke masyarakat. Dan jika bertemu, ia ingin mengorek bagaimana sang tokoh tersebut bisa membekali dirinya dengan kemampuan tersebut.
“Saya mau bertanya, ‘Kok bisa gitu? Apa teknik-teknik komunikasi yang bisa mencuci otak seluruh negara biar mengikuti aturan-aturan tolol kamu?’. Dan saya pengin belajar seperti itu untuk mengedukasi masyarakat yang uneducate,” jawab Alwi ketika diajak berandai oleh Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk mengenai tokoh sejarah yang ingin ia temui.
Selain Goebbels, Alwi juga berandai bertemu dengan satu tokoh dalam negeri yang tak asing lagi yaitu Suharto. Presiden kedua Republik Indonesia yang memimpin selama 32 tahun itu memang kaya kontroversi. Alwi pun cuma memiliki satu pertanyaan yaitu terkait keberadaan Widji Thukul.
Widji Thukul adalah seorang aktivis yang lantang menyuarakan kritiknya kepada pemerintahan Orde Baru pimpinan Suharto melalui puisi. Ia dikabarkan hilang dan tidak diketahui keberadaannya sejak 1998.
“Saya pengin mengajak dia duduk di warung kopi terus ajukan satu pertanyaan, ‘Di man Widji Thukul?’,” ungkap Alwi dengan senyum.
Chairil Anwar
Adapun sebelumnya Alwi mengaku memiliki tokoh sejarah favorit yaitu Chairil Anwar yang merupakan penyair Indonesia pada era 1940-an. Banyak dari puisinya yang mendapat label mahakarya di antaranya “Aku” dan “Karawang-Bekasi”.
Kecemerlangan Chairil di dunia sastra Indonesia sayangnya tak bertahan lama. Ia kalah oleh penyakitnya dan meninggal dunia dalam usia muda, yakni 26 tahun. Kendati demikian, karya Chairil tetap abadi dalam bentuk tulisan sehingga namanya tidak mati dalam ingatan orang Indonesia.
Jauh setelah kematiannya, Chairil tetap dipuja. Alwijo sebagai penikmat kisah-kisah sejarah adalah salah satu yang mengidolakannya. Ia melihat sang penyair memiliki kepribadian anti-kemapanan yang menurutnya sama seperti dirinya.
“Aku tuh lihat, baca Chairil Anwar, aku melihat refleksi diriku sendiri, ‘Wah, ini orang aku banget nih! Anti-kemapanan’,” ujar Alwi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News