Berdiri sejak 2011, lahir dari program KKN mahasiswa UI di NTT
Menyediakan ruang baca, pelatihan, dan pelestarian budaya lokal
Kini memiliki 9 pos baca dan program literasi yang menjangkau seluruh Pulau Ende
Menerima berbagai penghargaan nasional sebagai penggerak literasi kreatif
Bergabung dalam Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget
Jauh dari riuh ibu kota, di sebuah desa kecil di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur, lahirlah sebuah komunitas yang menyala dari kegelisahan.
Tak ada ruang baca, tak ada tempat bermain, dan anak-anak pulang sekolah tanpa arah, semua itu menjadi alasan berdirinya TBM Rumah Kreatif Sahabat Nusantara.
Didirikan pada 26 Juni 2011 oleh mahasiswa Universitas Indonesia yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN), komunitas ini kemudian dilanjutkan oleh guru dan pemuda lokal.
Mereka percaya bahwa satu buku bisa menyalakan perubahan, satu ruang baca bisa menumbuhkan harapan.
9 Pos Baca, 1 Pulau, dan Banyak Harapan
Berbasis di Desa Rendoraterua, komunitas ini kini memiliki 9 pos baca aktif yang tersebar di seluruh wilayah Pulau Ende. Mereka menghadirkan akses buku, ruang diskusi, hingga pelatihan keterampilan berbasis budaya dan literasi.
Program-program andalan seperti Kampung Literasi, Kebun Literasi, hingga Warung Iqro menjadikan TBM ini tak sekadar taman bacaan, tapi pusat belajar dan pemberdayaan masyarakat desa.
Di tengah segala keterbatasan, mereka berjalan dengan gotong royong, swadaya, dan semangat bersama. Sejak 2011, TBM Rumah Kreatif Sahabat Nusantara telah menjadi tempat bertumbuh bagi ribuan anak dan remaja.
“Kami ingin menjadikan literasi bukan hanya soal membaca buku, tapi alat untuk membangun hidup, keluarga, dan masa depan,” ujar Hifni, pendiri komunitas ini.
Merawat Budaya, Menjaga Identitas
TBM ini juga tak melupakan akar budaya lokal. Setiap bulan, mereka mengadakan kegiatan Nonange, sebuah pertunjukan cerita rakyat dalam bahasa dan dialek Ende. Bahkan pada 2023, mereka menggelar Lomba Nonange yang diikuti siswa dari berbagai jenjang pendidikan.
Kegiatan ini bukan hanya pelestarian budaya, tapi juga bagian dari pendidikan karakter berbasis lokal. Anak-anak diajak mencintai bahasa ibu, menghargai cerita leluhur, dan belajar tampil percaya diri.
Di luar itu, mereka juga aktif dalam gerakan literasi digital, pelatihan keterampilan, dan kelas mewarnai yang menyasar anak-anak usia dini.
Tak hanya aktif di lapangan, komunitas ini juga mendokumentasikan perjalanannya dalam sebuah buku berjudul Literasi di Pulau Ende, yang diterbitkan pada tahun 2020 sebagai bentuk refleksi dan inspirasi bagi gerakan literasi lainnya di Indonesia.
Dari Pulau ke Panggung Nasional
Selama perjalanannya, TBM Rumah Kreatif Sahabat Nusantara telah meraih berbagai penghargaan dan pengakuan nasional atas dedikasinya dalam mengembangkan literasi berbasis komunitas.
Pada tahun 2018, mereka dianugerahi penghargaan sebagai TBM Kreatif Rekreatif Tingkat Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta dinobatkan sebagai TBM Menginspirasi oleh Yayasan 1001 Buku di tahun yang sama.
Konsistensi mereka berlanjut pada tahun 2019 hingga 2020, ketika dipercaya menjadi penyelenggara program Kampung Literasi dan TBM Teknologi oleh Kemendikbud. Di tahun 2023 dan 2024, Kantor Bahasa Republik Indonesia juga melibatkan mereka dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan bahasa dan sastra.
Selain itu, pada tahun 2023, mereka menerima Kawan RUKI Awards dalam kategori Pendidikan, dan pada tahun 2024 meraih penghargaan sebagai Penggiat Literasi dari Kepustakaan Islam Awards.
Bagian dari Gerakan Tanpa Gadget
Kini, TBM Rumah Kreatif Sahabat Nusantara menjadi salah satu komunitas dalam Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget. Inisiatif ini merupakan kolaborasi antara GNFI dan Kampung Lali Gadget, bertujuan menciptakan ruang tumbuh sehat bagi anak-anak.
Melalui kegiatan seperti mendongeng, membaca bersama, dan pelatihan keterampilan, mereka menciptakan ruang belajar yang menyenangkan dan bebas dari ketergantungan pada gawai.
Di Pulau Ende, kebaikan itu hadir dalam bentuk buku, tawa anak-anak, dan semangat untuk terus belajar.
“Jika kita memberi kebaikan kepada orang lain, berarti kita sedang menarik kebaikan Tuhan untuk diri kita sendiri,” kata Hifni.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News