Indonesia memiliki peran signifikan dalam membantu perjuangan kemerdekaan Aljazair yang berhasil diraih pada tahun 1962. Tidak hanya melalui jalur diplomasi terbuka, namun Indonesia secara diam-diam juga mengirimkan bantuan militer penting kepada Aljazair yang kala itu berjuang melawan kolonialisme Prancis.
Peran Indonesia dalam Diplomasi Konferensi Asia-Afrika
Setelah Perang Dunia II, bangsa-bangsa Asia-Afrika memperkuat solidaritas untuk melepaskan diri dari penjajahan. Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, secara tegas mendukung Aljazair dengan mengundang delegasi Front de Liberation Nationale (FLN) ke Konferensi Asia-Afrika yang diselenggarakan di Bandung tahun 1955.
Menurut Duta Besar pertama Aljazair untuk Indonesia, Demanglatrus, tindakan Presiden Soekarno tersebut menjadi titik penting dalam upaya kemerdekaan Aljazair.
"Salah satu peran besar itu adalah langkah pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno yang mengundang delegasi Aljazair ke Konferensi Asia-Afrika di Bandung, yang kemudian membuka jalan menuju kemerdekaan Aljazair," jelasnya seperti dikutip dari Detik.
Dukungan Militer Rahasia Indonesia kepada Aljazair
Selain dukungan diplomatik, Presiden Soekarno secara rahasia memberikan bantuan peralatan militer kepada Aljazair. Fakta ini baru terungkap setelah Aljazair merdeka pada tahun 1962.
Menurut Guntur Soekarno, putra Presiden Soekarno, bantuan rahasia tersebut termasuk dua kapal selam yang awalnya dipesan Indonesia dari negara Blok Timur untuk menghadapi ancaman Belanda di Irian Barat. Setelah kapal selam selesai dibuat, Presiden Soekarno justru memberikan tugas pertama kapal-kapal itu untuk mengirimkan persenjataan kepada Aljazair.
Alasan Presiden Soekarno Tidak Takut Reaksi Dunia
Presiden Soekarno tidak khawatir dengan kemungkinan reaksi keras dunia internasional apabila tindakan rahasianya diketahui. Baginya, membantu kemerdekaan sebuah bangsa adalah kewajiban moral yang harus dijalankan tanpa rasa takut.
Menurut Guntur Soekarno, Presiden Soekarno dengan tegas menyatakan, "Biar saja geger, aku tidak peduli." Sikap ini dilandasi pengalaman Indonesia sendiri yang pernah mengalami masa sulit di bawah penjajahan.
Dukungan militer Indonesia ini juga diperkuat oleh kesaksian Marsekal Madya (Purn) Boediardjo, seorang perwira senior Angkatan Udara. Dalam buku biografinya yang berjudul "Siapa Sudi Saya Dongengi", ia mengungkapkan bahwa bantuan tersebut bertujuan memberikan dukungan nyata bagi perjuangan kemerdekaan Aljazair.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News