Sebagai negara dengan berbagai keberagaman budaya dan adat, Indonesia memiliki banyak ragam upacara pernikahan yang berbeda beda dan unik pada setiap adat maupun suku. Salah satunya yakni pernikahan dalam adat Bali. Pernikahan ini menggunakan aturan Kitab Weda dan hukum Hindu yang berlaku di masyarakat sebagai pedoman dalam menjalankan prosesi pernikahan. Lalu, bagaimana runtutan prosesi dalam pernikahan adat Bali hingga apa makna dibaliknya? Simak artikel berikut ini!
Apa Nama Pernikahan Adat Bali?
Dalam adat Bali khususnya masyarakat Hindu Bali, pernikahan dikenal sebagai wiwaha atau pawiwahan. Wiwaha atau pawiwahan ini memiliki arti sebagai penyatuan dua individu atau jiwa secara duniawi maupun non duniawi yang juga disebut sebagai sekala-niskala. Pawiwahan ini merupakan sebuah prosesi sakral yakni sebuah penanda hubungan antara manusia dengan penciptanya, individu dengan keluarganya, individu dengan para leluhur, serta hubungan antara individu dengan masyarakat.
Pernikahan ini juga berkaitan dengan sistem sosial yang berkembang di masyarakat Bali yang dibalut dengan adat, budaya, hingga penyesuaian ritual pelaksanaannya. Dalam prosesi pernikahan atau pawiwahan ini, masyarakat Hindu Bali berpedoman pada Kitab Weda dan hukum Hindu yang berlaku.
Runtutan Prosesi Pernikahan Adat Bali
Pernikahan adat Bali memiliki beberapa sistem pernikahan yang didasari oleh latar belakang permasalahan tertentu seputar adat, seperti Memandik, Ngerorod/Ngerangkat, Pada Gelahang, dan Nyentana. Sistem pernikahan ini memiliki serangkaian upacara yang cukup rumit dengan memerlukan berbagai perlengkapan yang harus disiapkan. Setidaknya terdapat 11 rangkaian upacara pernikahan yang bisanya dilakukan, berikut penjelasan mengenai bagaimana runtutan prosesi pernikahan adat Bali:
1. Mesedek
Ini merupakan prosesi pertama yang dilakukan, dimana kedua orang tua dari mempelai pria mendatangi rumah mempelai wanita untuk memperkenalkan diri. Mesedek dilakukan untuk meminang wanita dan juga agar orang tua calon mempelai wanita mengetahui seberapa sungguh-sungguh sang mempelai pria ingin membangun rumah tangga.
2. Medewasa Ayu
Prosesi ini dilakukan usai orang tua dari pihak mempelai wanita menyatakan setuju anaknya dipinang. Nantinya, penentuan hari dan tanggal baik (dewasa) untuk menggelar pernikahan dilakukan pada prosesi ini. Tanggal baik akan ditentukan oleh mempelai pria berdasarkan nasihat dari orang yang sudah dianggap mengerti mengenai nikabang padewasaan (tanggal pernikahan yang baik) atau juga dikenal sebagai Sulinggih. Pemilihan tanggal baik dilakukan agar nantinya mendapatkan pernikahan yang berkah, lancar, dan tanpa kesialan.
3. Ngekeb
Prosesi ini adalah sebuah upacara yang dilakukan dengan memandikan dan mencuci rambut mempelai wanita dengan luluran yang terbuat dari campuran daun merak, bunga kenanga, kunyit, dan beras yang telah dihaluskan. Luluran dilakukan pada sore hari, kemudian mempelai wanita akan masuk ke kamar pengantin yang terdapat sesajen dan dilarang keluar hingga sang mempelai pria menjemput. Mempelai wanita akan ditutupi dengan selembar kain tipis kuning dari ujung di sekujur tubuh saat mempelai pria menjemput nanti.
4. Ngungkab Lawang
Prosesi selanjutnya yakni upacara Ngungkab lawang yang dilakukan penjemputan wanita oleh pria yang dipertemukan untuk menjalani sembilan prosesi yakni pejati dan suci alit, peras pengambean, caru ayam brumbun asoroh, bayekawonan, prayascita, pangulapan, segehan panca warna, segehan seliwang atanding, serta segehan agung.
5. Medang-dagangan
Pada prosesi upacara ini, mempelai wanita dan pria diminta untuk melakukan tawar-menawar barang dagangan hingga mencapai tahap pembayaran. Ini merupakan simbol permohonan kepada Sang Hyang Widi agar anaknya ketika dewasa diberi kawigunan atau profesi sesuai dengan garis tangan yang dimilikinya.
6. Upacara Makala-kala
Upacara yang disebut juga sebagai upacara bhuta saksi/pertiwi saksi ini dilakukan dengan cara membakar tetimpug di atas tungku bata dan dalam posisi duduk. Tujuannya adalah untuk membangun benteng perlindungan agar terhindar dari bahaya bhutakala yang dapat menghilangkan kesucian kehidupan perkawinan mempelai.
7. Metegen-tegenan dan Suun-suunan
Upacara ini merupakan simbol awal perjalanan kedua pengantin dalam mengarungi bahtera kehidupan bersama di mana upacara dilakukan dengan mempelai pria memikul metegen-tegenan dan suun-suunan dijunjung oleh mempelai wanita. Setelah itu, kedua mempelai akan mengelilingi api suci searah jarum jam sebanyak tujuh kali diiringi lantunan do’a dalam bahasa sansekerta.
8. Majauman
Usai semua rangkaian upacara selesai dilakukan, majauman dilakukan dengan mengunjungi secara resmi rumah mempelai wanita. Hal ini memiliki makna merajut dan menyatukan kembali kedua keluarga setelah adanya ketegangan yang terjadi. Umumnya, upacara ini dilakukan pada sistem perkawinan Ngarorod, dimana terdapat ketidaksetujuan dari pihak keluarga wanita karena perbedaan kasta.
9. Natab Pawetonan
Ini merupakan ritual pada sistem pernikahan mepadik yang dilakukan di atas tempat tidur dengan cara menyerahkan seserahan berupa barang seperti perhiasan dan pakaian oleh mempelai pria kepada ibu mempelai wanita. Barang bernilai yang diberikan ini merupakan simbol dari “pengganti air susu ibu”
10. Bekal (Tadtadan)
Bekal dilakukan dengan memberikan perhiasan maupun pakaian ibadah dari ibu kepada anak wanitanya, dimana hal ini melambangkan harapan sang anak akan terus mengingat jasa ibunya dan terus beribadah kepada Tuhan YME.
11. Mejaya-jaya
Terkahir, upacara ini dilakukan saat pasangan pengantin telah sah menjadi suami istri. Mejaya-jaya sendiri merupakan simbol harapan agar selalu diberikan kemudahan dan bimbingan dari Sang Hyang Pramesti Guru.
Makna Adat dan Budaya dari Pernikahan Bali
Pernikahan dengan adat bali memiliki makna yang dalam dari segi adat maupun budaya itu sendiri. Masyarakat Hindu Bali percaya apabila mengikuti aturan tersebut, maka diyakini pasangan pengantin akan mendapatkan kebahagian di dunia (Jagaditha) dan kebahagiaan yang abadi (Moksa). Selain itu, dengan menjalankan setiap prosesi yang ada, pasangan pengantin diharapkan dapat memiliki kehidupan rumah tangga yang berlangsung langgeng dan dipenuhi kebahagiaan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News