pacu jalur di champs elysees - News | Good News From Indonesia 2025

Pacu Jalur di Champs-Élysées

Pacu Jalur di Champs-Élysées
images info

Saya beberapa kali mengunjungi Prancis dari pantai Calais – yang berseberangan dengan pantai Dover, Inggris – menuju kota Amiens sampai ke Reims yang terdapat sebuah katedral besar. Dari beberapa kota itu, tentu saya tidak bisa kalau tidak mengunjungi ibu kota Paris, salah satu kota besar Eropa dan pusat global untuk seni, mode, keahlian memasak, dan budaya. Pemandangan kotanya pada abad ke-19 dilintasi oleh jalan raya lebar dan Sungai Seine. Di luar landmark seperti Menara Eiffel dan Katedral Notre-Dame Gotik abad ke-12, kota ini terkenal dengan budaya kafe dan butik desainer di sepanjang Rue du Faubourg Saint-Honoré. Di kota Paris ini, saya menuju salah satu stasiun KA yang besar, yaitu Gare du Nord, untuk naik Metro yang mengelilingi ibu kota.

Salah satu jalan terkenal yang saya selalu kunjungi di Paris itu adalah Champs-Élysées, sebuah jalan utama yang lebar. Jalan ini membentang dari Place de la Concorde ke Arc de Triomphe dan dikenal sebagai salah satu jalan paling indah di dunia. "Champs-Élysées" secara harfiah berarti "Elysian Fields", yang dalam mitologi Yunani merujuk pada tempat peristirahatan bagi para pahlawan.

Di jalan utama yang terkenal inilah, bangsa Indonesia lewat kepiawaian 500 anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI menunjukkan kehebatannya menampilkan marching band dan pasukan defile yang tampil di Hari Kemerdekaan Prancis, Bastille Day, tanggal 14 Juli 2025, di hadapan Presiden Prancis, Emanuel Macron, dan tamu-tamu negara, serta disaksikan jutaan mata lewat media TV dan media sosial.

Saya tahun 1960-an, sebagai orang kelahiran Surabaya, sudah sering melihat kehebatan marching band Akademi Angkatan Laut (AAL) dan Akademi Militer Nasional (AMN) di Surabaya. Marching band ini sering memukau khalayak di beberapa negara di dunia ini.

Menariknya, selain penampilan marching band dan pasukan defile itu, para anggota TNI dan Polri ketika berada di kawasan Champs-Élysées ini juga menampilkan atraksi yang menarik perhatian masyarakat Paris, yaitu tari Pacu Jalur. Budaya Pacu Jalur itu bukanlah budaya sementara yang muncul sesaat lalu hilang, masa terkenalnya hanya sebentar yang kemudian dilupakan orang. Karena sebagai budaya, maka meskipun suatu saat dunia melupakannya, namun Pacu Jalur sebagai budi daya masyarakat yang turun-temurun di bumi Riau akan terus hidup. Tarian yang terinspirasi penampilan peran Anak Coki dan fenomena aura farming di TikTok, pacu jalur membentuk narasi baru tentang olahraga, identitas, dan politik-budaya.

Pertunjukan tari Pacu Jalur dari anggota TNI dan Polri di Paris itu menarik perhatian khalayak di mana para perwira dan bintara tentara Prancis ikut nimbrung menari dengan lincah dan bahagia.

Dalam hubungan internasional, Indonesia telah menjadikan tari Bali, tari Jawa, tari Papua, Sumatra, dsb., termasuk angklung, sebagai sarana diplomasi budaya "soft power". Indonesia sangat kaya akan keragaman budayanya sehingga kegiatan diplomasi Indonesia memiliki beraneka ragam cara berdiplomasi dalam bentuk soft power ini, misalkan diplomasi makanan atau culinary diplomacy, traditional dances diplomacy, music diplomacy (antara lain seperti angklung ini).

Dan sekarang tari Pacu Jalur menjadi salah satu khazanah soft power diplomacy bangsa Indonesia yang dengan indahnya ditampilkan para anggota TNI dan Polri di Champs-Élysées itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AC
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.