Seniman dari Asia telah banyak membuat film yang menjadi sorotan masyarakat dunia. Masing-masing film yang dibuat menggambarkan kehidupan khas dari negara-negara di Asia.
Pada artikel ini mari kita bahas dua film dari Indonesia dan Iran yang seru sekaligus inspiratif.
Film Oeroeg: Ironi Persahabatan di Masa Perjuangan
Film pertama kali ini berasal dari negeri kita tercinta, Indonesia. Film Oeroeg berlatar belakang sejarah masa kolonial sampai masa perjuangan kemerdekaan. Film Oeroeg dirilis tahun 1993 yang merupakan adaptasi dari novel karya Hella Haasse yang terbit tahun 1948.
Oeroeg atau Urug adalah seorang anak pribumi yang bersahabat dengan Johan seorang anak tuan Belanda pemilik kebun teh di Kebon Djati. Ayah Urug menjadi pelayan di rumah ayah Johan. Secara alamiah sebagai anak kecil mereka bermain bersama tanpa melihat perbedaan yang ada di diri mereka.
Persahabatan mereka begitu dekat, Johan sudah fasih menggunakan bahasa Indonesia dan sering menggunakannya saat berbicara dengan ayahnya. Hal itu ditentang oleh ayahnya. Ia selalu diperingatkan oleh ayahnya kalau ia berbeda dengan Urug, ia lebih tinggi derajatnya dibanding Urug.
Namun, keterikatan hubungan persahabatan dengan Urug selalu diingat bahkan saat Johan berada di Belanda. Ia ingat betul janji yang telah mereka buat saat masih kecil, “Jauh dekat tetap saudara”.
Saat beranjak dewasa, terjadi konflik antara Urug dan Johan yang telah sama-sama sadar tentang perbedaan yang mereka miliki. Saat ingin menonton bioskop bersama, mereka tidak bisa menonton di ruangan yang sama karena diskriminasi terhadap pribumi.
Urug semakin memahami adanya diskriminasi dan ketidakadilan dari negara yang menjajah bangsanya sehingga ia menjadi kritis dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Ia juga semakin membenci Johan sebagai orang Belanda karena kematian ayahnya saat menyelamatkan jam berharga milik ayah Johan.
Di sisi lain, Johan telah menjadi tentara Belanda untuk melakukan Agresi Militer Belanda ke Indonesia, ia masih mengingat kenangan-kenangan selama ia di Indonesia, masyarakat yang ramah, makanan yang enak, dan alamnya yang indah.
Kembalinya Johan ke Indonesia tidak hanya membawa misi negara, tapi juga misi pribadinya untuk mencari ayahnya dan sahabat lamanya, Urug. Namun, ia menemukan ayahnya telah tewas dibunuh gerilyawan Indonesia di rumah Kebon Djati, Cirebon.
Setelah pemakaman ayahnya, Johan punya satu misi lagi yaitu untuk bertemu Urug yang tidak diketahui kabarnya bahkan oleh keluarganya. Karena ia sedang gerilya bersama pejuang revolusioner Indonesia lainnya.
Sampai pada akhirnya, Urug dan Johan menjadi tawanan dua pihak, Johan ditawan Indonesia, Urug ditangkap oleh Belanda. Mereka baru bertatap muka dan berbincang sekilas saat pertukaran tawanan berlangsung. Adegan ini yang menjadi penutup film sekaligus bagian paling epik.
Johan: “Apakah kita masih berteman?”
Urug: “hanya kalau kita sederajat.”
Johan: “apakah kita belum sederajat?”
Urug: “Belum, jika 12 orang Indonesia dihitung senilai dengan satu orang yaitu dirimu.”
Hal ini menggambarkan bahwa harga nyawa satu orang Belanda bernilai 12 orang Indonesia. Begitu ironi, persahabatan mereka dirintangi oleh penjajahan, peperangan, dan ketidakadilan antara negara yang menjajah dan negara yang baru merdeka dari negara jajahannya.
Baca juga: Pemerintah Belanda Minta Maaf ke Indonesia atas Kekerasan Ekstrem 1945-1949
Film Children of Heaven: Sepatu dan Harapan
Kawan GNFI, film yang akan dibahas selanjutnya adalah film yang berasal dari Iran. Bukan soal nuklir atau perang. Namun, film Children of Heaven ini menceritakan tentang potret kemiskinan keluarga di Iran yang dikemas melalui sudut pandang anak kecil sebagai tokoh utamanya.
Tokoh utamanya yaitu dua kakak beradik bernama Ali dan Zahra. Mereka hidup dari keluarga kurang mampu. Ibunya sakit-sakitan, ayahnya bekerja serabutan dengan gaji kecil, dan keluarga mereka masih memiliki bayi yang mesti dirawat dengan baik.
Ali, seorang kakak yang pengertian dan pintar suatu hari menghilangkan sepatu Zahra yang baru diperbaiki. Di hari itu pula ia melihat ibunya dimarahi oleh penyewa rumah karena belum membayar tagihan rumah. Ia tidak tega memberitahukan kabar buruk kalau sepatu adiknya itu hilang. Ia paham kondisi ekonomi orang tuanya tidak mencukupi untuk membelikan adiknya sepatu.
Setelah berkompromi dengan Zahra, akhirnya mereka menemukan ide untuk saling bergantian menggunakan sepatu milik Ali. Di pagi hari, Zahra menggunakan sepatu itu, di siang hari Ali yang menggunakannya. Setiap pulang sekolah, Zahra harus berlari menuju gang rumahnya agar Ali tidak terlambat masuk sekolah karena Ali sedang menanti sepatu yang dikenakan Zahra.
Mungkin, bagi kita sepatu adalah hal yang biasa saja. Bahkan, ada orang-orang yang punya puluhan atau ratusan sepatu di rumahnya. Namun, bagi Ali dan Zahra sepatu begitu berharga untuk mereka karena mereka hanya punya sepasang sepatu untuk digunakan bergantian.
Setelah kehilangan sepatu, Zahra selalu memperhatikan sepatu milik teman-temannya. Ia iri dengan teman-temannya yang punya sepatu bagus. Ia juga malu karena menggunakan sepatu milik kakaknya yang sudah lusuh. Tapi karena Zahra paham kondisi keluarganya, ia tidak merengek meminta sepatu baru. Ia hanya menahan sedih dalam diamnya.
Harapan Ali memberikan sepatu untuk Zahra mendapatkan momen saat ia mengikuti lomba lari yang diadakan gubernur di kotanya. Ia tertarik ikut lomba karena juara 3 lomba tersebut akan mendapatkan sepasang sepatu olahraga. Ia ingin memberikan sepatu itu untuk Zahra.
Baca juga: 5 Rekomendasi Film Inspiratif yang Bikin Kawan Semangat Meraih Impian
Namun, ia tidak berhasil menjadi juara 3, malahan ia juara 1. Saat penyerahan piala dan hadiah untuk juara 1, ia menangis sedih. Ia gagal untuk memberikan sepatu untuk Zahra.
Cerita selanjutnya dikemas dengan menggantung. Saat Ali tengah bersedih, di sisi lain ayahnya membawa dua kotak sepatu yang diikat di sepedanya bersamaan dengan bahan makanan lainnya. Wajah bahagia Ali dan Zahra hanya bisa muncul di imajinasi penonton tidak ditampilkan di dalam film.
Setelah membaca artikel ini, apakah Kawan GNFI tertarik menonton dua film ini?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News