Coba bayangkan bila seorang anak muda dari kota Surabaya berada di Yogyakarta, bertemu, dan bercakap dengan orang Yogyakarta yang usianya lebih tua dan bertanya dengan lugunya menggunakan bahasa Jawa ngoko: “Sampeyan niku kok saged boso Jowo alus, belajar teng pundi sampeyan?” (Anda itu kok bisa berbahasa Jawa halus, belajarnya di mana?). Orang di sekitarnya yang mendengar pertanyaan anak muda Surabaya itu tentu tertawa terbahak-bahak atau geram karena kok bicara dengan orang yang sudah sepuh/senior menggunakan bahasa kasar, lagian mengapa tanya dari mana belajar bahasa Jawanya? Lha wong beliau itu orang Jawa Yogyakarta, kok! Sejak lahir dari rahim ibundanya sudah berbahasa Jawa.
Contoh di atas itu kalau terjadi antara orang-orang biasa, tetapi bayangkan kalau pertanyaan seperti itu ditanyakan oleh seorang presiden suatu negara kepada presiden negara lain, misalnya Presiden Myanmar bertanya kepada Presiden Prabowo dengan terheran-heran, “Bahasa Indonesia Anda bagus, di mana Anda belajarnya?” Jawabannya tentu, “Lha, saya ini orang Indonesia.”
Itulah perlunya suatu briefing atau memberikan penjelasan sebelum terjadi suatu pertemuan. Untuk kasus anak muda Surabaya itu, dia harus diberitahu terlebih dahulu bahwa di Yogyakarta itu bahasa Jawanya halus, dan kalau berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan bahasa Jawa halus. Demikian juga untuk contoh Presiden Myanmar itu.
Dalam tata cara suatu pemerintahan negara, misalnya kalau ada pertemuan resmi antarnegara, maka menteri luar negeri memberikan Briefing Memo kepada Presiden tentang siapa yang akan dihadapi, bagaimana latar belakang politiknya, apa hobinya, panggilan resminya apa, pakai bahasa apa, dan sebagainya.
Kejadian lucu karena sepertinya tidak ada briefing terlebih dahulu terjadi di Gedung Putih, Amerika Serikat, ketika Presiden Donald Trump sedang menikmati pujian dari sekelompok pemimpin Afrika pada hari Rabu, 9 Juli 2025. Banyak dari mereka berbicara bahasa yang berbeda, ketika Presiden Liberia mengambil mikrofonnya dan berbicara dalam bahasa Inggris—bahasa resmi negaranya.
“Liberia adalah teman lama Amerika Serikat dan kami percaya pada kebijakan Anda untuk membuat Amerika hebat lagi,” kata Presiden Joseph Boakai pada pertemuan Gedung Putih sebelum mengadvokasi investasi AS di negaranya. “Kami hanya ingin berterima kasih banyak atas kesempatan ini.”
Trump terkesan, heran, dan bertanya dari mana Boakai mendapatkan keterampilan bahasa Inggrisnya.
“Such good English,” Trump bertanya. “Where did you learn to speak so beautifully?” (Bahasa Inggris yang bagus,” kata Trump. “Di mana kamu belajar berbicara dengan begitu indah?”)
Presiden Boakai tampak terkekeh mendengar pertanyaan yang aneh dan lucu itu.
“Di Liberia?” Trump bertanya lagi. “Ya, Pak,” kata Boakai.
“Itu sangat menarik,” kata Trump. “Saya memiliki orang-orang di meja ini yang tidak bisa berbicara dengan baik.”
Harusnya Presiden Trump diberi penjelasan terlebih dahulu sebelum pertemuan, misalnya bahwa Liberia didirikan pada tahun 1822 sebagai koloni untuk orang kulit hitam Amerika yang bebas. Budak-budak kulit hitam itu kebanyakan dari Liberia. Perlu Presiden Trump ketahui bahwa bahasa Inggris adalah bahasa resmi Liberia, meskipun beberapa bahasa pribumi juga digunakan di sana.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News