stephanus widjanarko anak bandung yang jadi insinyur f1 - News | Good News From Indonesia 2025

Stephanus Widjanarko, Anak Bandung yang Jadi Insinyur F1

Stephanus Widjanarko, Anak Bandung yang Jadi Insinyur F1
images info

Nama Stephanus Michael Dwiprasetyo Widjanarko sempat ramai diperbincangkan. Ia jadi satu-satunya Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkarier di ajang balap paling bergengsi Formula 1.

Lahir di Bandung, 24 Mei 1986, pria yang akrab disapa Tephie ini sudah mengenal F1 sejak kecil. Semua berawal dari ayahnya yang gemar menonton balapan. Ia bahkan pernah menyaksikan F1 langsung di Sirkuit Sepang bersama sang ayah.

Namun, saat itu perhatiannya belum tertuju pada balapan, melainkan pada strategi tim di balik layar.

“Saya lebih tertarik melihat bagaimana tim bekerja secara teknis dan strategis di balik mobil balap,” ujar Tephie seperti dikutip dari The Conversation Indonesia (2023).

Mahasiswa Jenius dari ITB

Tahun 2004, Tephie memilih jurusan Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia dikenal sebagai mahasiswa yang cemerlang, dengan IPK nyaris sempurna: 3,95!

Tak hanya hebat secara akademis, Tephie juga aktif di laboratorium, terlibat dalam penelitian, dan rajin mengasah keterampilan teknik. Sebuah modal penting menuju karier kelas dunia.

Wow! Indonesia Bakal Gelar WRC, Ajang Motorsport Terbesar Kedua di Dunia Setelah F1

Kejar Ilmu ke Belanda

Setelah lulus, Tephie sempat magang di Chevron Balikpapan sebagai Drilling Engineer. Namun, hasrat belajarnya belum padam. Ia kemudian mendaftar beasiswa ke luar negeri dan diterima di University of Twente, Belanda.

Di sana, ia mengambil program master Engineering Fluid Dynamics dan lulus dengan nilai tinggi: 8,05 dari skala 10. Ia juga pernah bekerja di Vestas Wind Systems A/S, Denmark perusahaan global di bidang turbin angin.

Menariknya, di sanalah ia bertemu dengan mantan engineer Toyota F1. Percakapan singkat mereka membuka jalan menuju mimpi besar.

Awal Karier di Formula 1

Usai studi, Tephie bekerja di National Aerospace Laboratory (NLR) Belanda sebagai Applied CFD Engineer, mengerjakan simulasi aerodinamika.

Tahun 2013, mimpinya jadi kenyataan. Ia diterima di Scuderia Toro Rosso yang kini dikenal sebagai Visa Cash App RB F1 Team. Ia mulai bekerja di Faenza, Italia, sebagai CFD Aerodynamicist. Fokusnya pada simulasi aerodinamika pada bagian depan mobil, seperti sayap depan, barge board, dan pelindung ban.

Deadline adalah Makanan Harian”

Bekerja di Formula 1 bukan perkara mudah. Waktu jadi segalanya. “Hampir setiap hari ada deadline. Tapi justru itu serunya,” kata Tephie dalam wawancaranya dengan KBR Prime.

Setiap 2–3 minggu, tim harus menghasilkan pembaruan desain yang siap diuji, mulai dari modeling 3D, simulasi CFD, hingga uji coba wind tunnel. Semua harus dilakukan dengan presisi dan kecepatan tinggi.

Dari Italia ke Inggris, Lalu Jadi Senior Engineer

Setelah beberapa tahun, Tephie dipindah ke Inggris untuk mendekat ke fasilitas wind tunnel. Tahun 2019, ia dipromosikan menjadi Senior Aero Performance Engineer. Posisi ini membawanya lebih dekat ke lintasan, bekerja langsung bersama tim balapan dan pembalap.

Salah satu momen tak terlupakan terjadi di GP Italia 2020 di Monza. Timnya meraih kemenangan lewat pembalap Pierre Gasly. Kamera F1 sempat menangkap senyum Tephie di paddock sebuah momen membanggakan bagi Indonesia.

Prinsip Hidup: “Santai tapi Serius”

Meski sudah mencapai level puncak, Tephie tetap rendah hati. Ia percaya bahwa kerja keras perlu diiringi dengan menghargai diri sendiri.

“Lakukan apa yang kamu suka supaya semuanya dijalani dengan santai dan tanpa beban,” katanya, mengutip nasihat dosennya di ITB, Prof. Gede Raka.

Tephie juga menaruh perhatian besar pada pengembangan SDM teknik di Indonesia. Ia berharap akan ada lebih banyak peluang dan ekosistem bagi engineer lokal untuk berkembang tanpa harus ke luar negeri.

Inspirasi untuk Anak Muda

Perjalanan Tephie membuktikan bahwa asal bukan batas. Ia bisa berdiri di grid Formula 1 sejajar dengan engineer top dunia karena kerja keras, rasa ingin tahu, dan keberanian mengambil peluang.

Buat kamu yang suka teknik, otomotif, atau bermimpi kerja di luar negeri kisah ini jadi bukti bahwa mimpi besar bisa digapai. Asal terus belajar dan berani mencoba.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.