Alwi Johan Yogatama alias Alwijo adalah content creator Indonesia yang videonya sering mejeng di berbagai platform media sosial. Topik mengenai dunia literasi lekat dengannya sehingga ia dengan mudah diidolakan berbagai kalangan terutama dari pencinta buku.
Pemuda asli Temanggung, Jawa Tengah, tersebut memiliki minat besar terhadap bahasan sejarah. Kendati mengenyam bangku pendidikan tinggi Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran (Unpad), sejarah menjadi “senjata” baginya dalam membuat konten yang untungnya mendapat sambutan baik oleh masyarakat.
Alwi tumbuh sebagai penghobi buku bacaan. Sejumlah buku bertemakan sejarah ia baca sehingga membuatnya mengenali banyak tokoh-tokoh nasional Indonesia dari era yang lalu. Dari sekian banyak tokoh, satu sosok dari dunia sastra menjadi favoritnya yaitu Chairil Anwar.
Chairil Anwar
Chairil Anwar adalah penyair Indonesia yang aktif pada era 1940-an. Banyak dari puisinya yang mendapat label mahakarya di antaranya “Aku” dan “Karawang-Bekasi”.
Kecemerlangan Chairil di dunia sastra Indonesia sayangnya tak bertahan lama. Ia kalah oleh penyakitnya dan meninggal dunia dalam usia muda, yakni 26 tahun. Kendati demikian, karya Chairil tetap abadi dalam bentuk tulisan sehingga namanya tidak mati dalam ingatan orang Indonesia.
Jauh setelah kematiannya, Chairil tetap dipuja. Alwijo sebagai penikmat kisah-kisah sejarah adalah salah satu yang mengidolakannya. Ia melihat sang penyair memiliki kepribadian anti-kemapanan yang menurutnya sama seperti dirinya.
“Aku tuh lihat, baca Chairil Anwar, aku melihat refleksi diriku sendiri, ‘Wah, ini orang aku banget nih! Anti-kemapanan’,” ucap Alwi kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Chairil memang pribadi yang bebas meski bisa dibilang cukup kontroversial. Ia dikenal sering “jajan” wanita penghibur, walau menariknya dari hobi gilanya itu bisa dituangkan juga menjadi karya.
Tahukah poster era kemerdekaan karya pelukis Affandi yang dibubuhi kalimat “Bung, ayo Bung!”? Nah, kalimat itu adalah sumbangsih dari Chairil yang terinspirasi dari kalimat perempuan malam ketika menjajakan dagangannya.
Bagi Alwi sendiri, Chairil tak cuma soal anti-kemapanan dan kegilaan dalam berkarya. Ia menilai sang penyair adalah tokoh sejarah nasional penuh twist dan visi ke depan ketika memandang kehidupan.
“Hatta lurus-lurus aja, Sukarno mungkin dengan wanita segala macam tapi mostly baik. Sementara Chairil Anwar itu melenceng dari sejarah. Jadi ketika saya melihat sejarah dari sudut pandang seorang penyair, ‘Ternyata ini yang dirasakan dia’. Dan saya suka banget mempelajari Chairil Anwar, puisi-puisinya bagus, dan dia seperti bisa memprediksi jalan hidupnya sendiri dengan puisinya,” kata Alwi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News