8 mahasiswa dari prodi Ekonomi Pembangunan, Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian budaya lokal melalui kegiatan sosialisasi bertema “Kearifan Lokal: Mengenal Rumah Singgah Tuan Kadi, Simbol Budaya dan Persinggahan Bersejarah di Riau”.
Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis (26/6/2025) di Panti Asuhan Hikmah, Kota Pekanbaru, sebagai bagian dari implementasi mata kuliah Kewarganegaraan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan warisan budaya Riau kepada anak-anak sejak usia dini dan membentuk kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga jati diri daerah di tengah arus globalisasi.
Tim yang terdiri dari Indah Oktavia Panggabean, Fayza Nabilla, Isdatul Izati, Lusi Yuniza, Al Ganiyyulisman, Afrilyani Rio Pardede, Dewi Puji Lestari, Khairunnisa ini mengemas kegiatan secara interaktif dan menyenangkan.
Rumah Singgah Tuan Kadi: Jejak Budaya dan Identitas Riau
Pusat materi sosialisasi berfokus pada pengenalan Rumah Singgah Tuan Kadi, sebuah bangunan bersejarah yang menyimpan nilai-nilai budaya Melayu dan Islam.
Rumah kayu yang terletak di tepi Sungai Siak ini dulunya menjadi tempat persinggahan para ulama dan bangsawan.
Tiny Carres, Gerakan Remaja yang Ubah Panti Asuhan Jadi Rumah Harapan
Lebih dari sekadar bangunan tua, Rumah Tuan Kadi merupakan representasi harmoni sosial, religiusitas, dan nilai gotong royong masyarakat tempo dulu.
Dalam penyampaian materi, mahasiswa menjelaskan bahwa rumah ini mencerminkan kemegahan masa lampau sekaligus menjadi simbol kekayaan identitas budaya Riau. Arsitekturnya yang khas, berornamen ukiran kayu dan beratap limas, menyampaikan pesan bahwa budaya bukan hanya harus dikenang, tapi juga dirawat dan diwariskan.
“Kami ingin anak-anak mengenal sejarah daerah mereka sendiri, karena dari sana mereka bisa belajar menghargai diri dan lingkungannya,” ujar Indah, salah satu anggota tim.
Edukasi Lewat Media Visual dan Kegiatan Interaktif
Untuk menarik perhatian peserta, tim memanfaatkan media visual berupa video dokumenter pendek yang menampilkan gambaran Rumah Singgah Tuan Kadi beserta latar belakang sejarahnya. Setelah itu, anak-anak diajak menjawab pertanyaan kuis sederhana tentang budaya Melayu dan berdiskusi ringan mengenai apa makna menjaga warisan budaya.
Keceriaan dan antusiasme mewarnai suasana kegiatan. Anak-anak menyimak penjelasan dengan penuh semangat, banyak di antaranya baru pertama kali mendengar tentang Rumah Singgah Tuan Kadi.
“Saya jadi tahu kalau Pekanbaru punya rumah bersejarah. Ternyata itu tempat istirahat orang penting zaman dulu. Menarik sekali!” ucap salah satu anak panti yang tampak sangat antusias.
Membangun Kepedulian Budaya Sejak Dini
Salah satu tujuan utama dari kegiatan ini adalah menanamkan rasa kepemilikan terhadap budaya daerah. Dalam sesi diskusi, mahasiswa menekankan bahwa budaya bukan hanya milik orang dewasa, melainkan juga tanggung jawab generasi muda.
“Ketika kita mengenal budaya sendiri, kita akan lebih percaya diri dalam pergaulan global. Kita tahu siapa diri kita,” tutur Al Ganiyyulisman, anggota tim lainnya.
Bukberbagi di Panti Asuhan Muhammadiyah Children Center (MCC) Mempererat Solidaritas
Anak-anak juga diajak merefleksikan nilai-nilai dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti rasa hormat kepada orang tua, saling tolong-menolong, dan hidup sederhana.
Semua itu merupakan bentuk kearifan lokal yang dapat terus dipraktikkan.
Penutup yang Hangat: Berbagi Kebahagiaan
Sebagai bentuk apresiasi dan kebersamaan, kegiatan diakhiri dengan pembagian cenderamata berupa susu dan roti kepada seluruh anak panti. Meskipun sederhana, pemberian ini menjadi simbol kasih sayang dan perhatian dari para mahasiswa kepada adik-adik di Panti Asuhan Hikmah.
“Semoga yang kami bagikan hari ini bukan hanya makanan, tapi juga semangat untuk mencintai budaya sendiri,” ungkap Lusi, sambil menyerahkan bingkisan kepada salah satu anak.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama yang penuh senyum dan kehangatan. Kegiatan sederhana ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan, baik bagi mahasiswa maupun anak-anak panti.
Pengabdian Mahasiswa yang Berdampak
Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar menerapkan teori dalam kehidupan nyata, tetapi juga turut serta dalam misi pelestarian budaya lokal.
Pendekatan humanis yang mereka lakukan menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil, asal dilakukan dengan niat baik dan konsisten.
“Dari pengalaman ini, kami sadar bahwa pelestarian budaya bukan hanya tentang benda atau tempat. Ia hidup dalam kebiasaan, cerita, dan nilai-nilai yang terus ditanamkan,” ujar Khairunnisa.
Kegiatan ini juga menjadi contoh bagaimana perguruan tinggi dapat bersinergi dengan masyarakat, menjadikan ilmu bukan sekadar untuk kampus, tetapi juga untuk kemaslahatan sosial.
Budaya sebagai Akar yang Menyatu dengan Masa Depan
Meskipun hanya satu hari, kegiatan sosialisasi ini memberi pesan kuat bahwa mengenalkan budaya lokal bukanlah hal kuno, melainkan investasi masa depan. Anak-anak yang mengenal jati diri daerahnya akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih peduli, terbuka, dan bertanggung jawab.
Rumah Singgah Tuan Kadi hanyalah satu contoh dari sekian banyak jejak budaya di Riau. Namun, dari satu cerita itu, bisa lahir seribu kesadaran baru, bahwa mengenal, mencintai, dan menjaga warisan budaya adalah bentuk cinta pada tanah kelahiran.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News