mengenal syair kiasan isinya penuh metafora - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Syair Kiasan, Isinya Penuh Metafora

Mengenal Syair Kiasan, Isinya Penuh Metafora
images info

Syair merupakan salah satu bentuk puisi lama yang mengakar kuat dalam budaya Indonesia, khususnya Melayu. Karya sastra klasik ini sering menghiasi upacara adat dan tradisi, dibawakan dengan irama khas yang memikat.

Ciri utamanya setiap bait punya empat baris, tiap baris berisi 4-6 kata, semua baris adalah isi (tidak ada sampiran seperti pantun), dan berima seragam a-a-a-a. Keunikan struktur inilah yang membuat syair mudah dikenali dan diingat.

Salah satu jenis syair yang cukup istimewa adalah syair kiasan. Jenis syair ini bukan sekadar bercerita, tapi menyampaikan pesan lewat perbandingan halus. Berbeda dengan syair naratif lainnya, fokus syair ini terletak pada penggunaan kiasan sebagai “senjata” penyampaian pesan.

Pengertian Syair Kiasan

Inti dari syair kiasan terletak pada namanya: kiasan. Syair ini menggunakan perumpamaan atau perbandingan untuk mengungkapkan maksud penyair. Objek yang dipilih biasanya berasal dari alam sekitar yang familiar, seperti binatang, bunga, atau buah-buahan. 

Benda-benda ini dianggap mewakili sifat, karakter, atau nasib manusia dengan cara yang halus dan penuh seni. Seekor kancil bisa melambangkan kelicikan, burung merpati melambangkan kesetiaan, mawar melambangkan kecantikan yang berduri, atau buah pahit melambangkan kekecewaan.

Ciri-ciri Syair Kiasan

Syair kiasan menggunakan perbandingan atau kiasan untuk menyampaikan pesan. Objek perbandingan seringkali berupa hewan, bunga, atau buah-buahan. Objek-objek ini digunakan untuk mewakili sifat atau tindakan manusia. 

Ilustrasi penggunaan burung dalam syair kiasan
info gambar

Syair kiasan sering kali mengandung sindiran atau kritik sosial yang cerdas. Penyair menggunakan perisai kiasan untuk menyampaikan pesan tentang pemerintahan, keadaan masyarakat, atau perilaku manusia, tanpa menyebut langsung subjeknya.

Ini menjadi bentuk ekspresi yang aman dan elegan, terutama di masa lampau. Keindahan bahasanya mengaburkan, tapi tidak menghilangkan ketajaman pesan yang ingin disampaikan. 

Di era modern, semangat ini tetap hidup, meski bentuknya beradaptasi. Kritik sosial dalam syair kiasan tak lagi terbatas pada flora atau dan fauna. Namun, bisa muncul dalam lirik lagu, puisi kontemporer, bahkan meme visual yang cerdas, dengan tetap mengandalkan pesan tersirat untuk menyentuh isu kekinian.

Syair Kiasan yang Terkenal

Keindahan dan kedalaman syair kiasan klasik Indonesia dapat Kawan rasakan langsung melalui dua contoh terkenal. Pertama, Syair Burung Pungguk karya ulama Hamzah Fansuri. Syair ini mengharu biru, menggambarkan seekor burung pungguk (sejenis burung hantu kecil) yang merindukan bulan.

Pertama mula pungguk merindu

Membunyilah guruh mendayu-dayu

Hatinya rawan bercampur pilu 

seperti dihiris dengan sembilu

Pungguk bermadah seraya merawan

Wahai bulan terbitlah tuan

Gundahku tidak berketahuan

Keluarlah tercelah awan.

Di sini, Burung Pungguk yang kecil dan biasa mewakili seseorang (mungkin si penyair sendiri) yang mencintai sesuatu yang jauh lebih tinggi dan mulia (Bulan), seperti ilmu sejati atau Tuhan.

Kerinduannya yang dalam dan rasa pilu karena "cinta" yang tak mungkin terbalas tergambar jelas melalui alam yang merespons (guruh) dan rasa sakit yang terasa fisik ("dihiris sembilu").

Contoh lain adalah Syair Burung Nuri yang sering dikaitkan dengan Sultan Badaroedin. Syair ini memakai metafora burung nuri dan simbangan (mungkin merujuk pada perkutut atau sejenisnya) untuk melukiskan perjumpaan dan percikan cinta.

Paksi Simbangan konon namanya

Cantik dan manis sekalian lakunya

Matanya intan cemerlang cahayanya

Paruhnya gemala tiada taranya

Terbangnya Simbangan berperi-peri

Lintas di Kampung Bayan Johari 

Terlihatlah kepada putrinya Nuri 

Mukanya cemerlang manis berseri

Simbangan mengerling ke atas geta 

Samalah sama berjumpa mata

Berkobaran arwah leburlah cinta

Letih dan lesu rasa anggauta

Pertemuan dua burung cantik ini mewakili pertemuan dua insan manusia. Percikan cinta pada pandangan pertama, daya tarik fisik ("matanya intan", "mukanya cemerlang"), dan efek memabukkan dari cinta ("berkobaran arwah", "lebur cinta", "letih lesu rasa anggota") digambarkan dengan indah melalui tingkah laku burung.

Syair ini menunjukkan bagaimana syair kiasan juga bisa dipakai untuk melukiskan romantika dan gejolak asmara manusia.

Syair Smong, Mitigasi Bencana dengan Kearifan Lokal Simeulue Aceh

Syair kiasan, dengan kekuatan metaforanya, telah membuktikan dirinya sebagai bentuk sastra yang luwes dan abadi. Esensinya, menyampaikan pesan secara tidak langsung melalui perbandingan yang dalam dan tetap relevan hingga kini.

Syair kiasan adalah warisan berharga yang terus mengajarkan kawan semua untuk memahami dunia dan menyuarakan isi hati lewat cara yang puitis.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.