Tim SAR Indonesia yang terdiri dari Basarnas, TNI, hingga relawan sipil dikenal dengan dedikasinya dalam menyelamatkan korban kecelakaan maupun bencana alam. Salah satu operasi paling menantang dan heroik yang pernah dilakukan Tim SAR adalah saat mengevakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat pada 9 Mei 2012.
Saat itu pesawat Sukhoi Superjet 100 menghilang dalam penerbangan demonstrasi yang berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Diduga pesawat itu menabrak gunung, hingga menyebabkan ledakan.
Tercatat ada 45 orang korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak itu. Korban kecelakaan Sukhoi ini 33 orang berasal dari Indonesia, 8 orang dari Rusia, 1 orang dari Amerika Serikat, 1 orang dari Italia, 1 orang dari Prancis, dan 1 orang dari Vietnam.
Setelah mendengar kabar kecelakaan itu, Tim penyelamat dari Badan SAR Nasional (BASARNAS) langsung hadir ke lokasi pada Rabu, 9 Mei 2012. Sebanyak 518 orang dari Tim SAR Gabungan diterjunkan dalam operasi SAR tersebut.
Jumlah ini tidak mengherankan karena medan Gunung Salak yang begitu berat. Hingga cuaca yang saat itu menjadi hambatan untuk mengevakuasi para korban.
“Kondisi medan sangat berbahaya karena tingkat kemiringan yang bisa mencapai 85 derajat,” jelas Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo yang dimuat dari Republika.
Perjuangan Tim SAR
Tim SAR Gabungan ini menggunakan berbagai cara agar bisa menaklukkan medan tersebut. Mulai dari menggunakan pesawat, helikopter hingga tali-temali agar bisa menemukan jenazah korban.
Operasi Tim SAR di Gunung Salak tidak hanya melibatkan Basarnas tetapi juga didukung penuh oleh TNI dan relawan sipil seperti Mapala UI serta warga lokal. Salah satu relawan termuda, Arman (17 tahun) dari Ciapus, Bogor, menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi medan ekstrem demi membuka jalur evakuasi.
"Pas tidur, saya mesti mengikat badan dengan tali ke pohon. Biar nggak jatuh ke jurang," kata Arman yang dimuat dari Detik.
Pria yang tinggal di Ciapus, Bogor ini hanya membawa tas punggung kecil yang berisi baju. Sepatu yang dia kenakan pun hanya sepatu biasa, bukan sepatu khusus untuk mendaki gunung.
Sama halnya dengan Arman, Marzen juga bergabung dengan Tim SAR Gabungan untuk membantu evakuasi korban. Dia bekerja tanpa pamrih walau harus menghadapi medan di lokasi sangat berat.
"Yang paling minim itu logistik. Saya sampai makan apa yang ada di lokasi, saya mesti makan gedebong pisang," ucap Marzen.
Namun dia mengaku hal itu adalah hal yang biasa. Bagi Marzen, mengevakuasi jenazah korban Sukhoi adalah yang utama.
"Melihat kondisi korban saya sampai menangis. Baru kali ini saya melihat seperti itu. Yang susah, jenazah yang menyangkut di tebing, mesti memanjat untuk mengambilnya," tutur pria berusia 40-an tahun ini.
Operasi berhasil
Setelah melakukan pencarian korban selama 10 hari, operasi SAR kemudian dihentikan pada 18 Mei 2012. Sebanyak 45 jenazah korban jatuhnya pesawat Sukhoi SSJ-100 berhasil diidentifikasi seluruhnya.
Berdasarkan catatan harian Tim SAR terlihat sejak Jumat (11/5) yang dimuat Kompas, tim SAR darat baru bisa mencapai lokasi jatuhnya pesawat pada pukul 10.40 WIB. Sejak saat itu proses evakuasi telah dimulai, kemudian 15 jenazah baru ditemukan pada Sabtu (12/5).
Pada Minggu (13/5), tim SAR yang didukung berbagai unsur siaga SAR dari TNI maupun dari sipil, berhasil mengevakuasi 5 kantong jenazah. Senin (14/5), tim SAR kembali mengevakuasi sebanyak 3 kantong jenazah.
Kemudian, berturut-turut 4 kantong jenazah pada Selasa (15/5), 1 kantong jenazah pada Rabu (16/5), dan 5 kantong jenazah terakhir pada Kamis (17/5).
“Sebenarnya ada sembilan kantong jenazah yang dievakuasi pada hari Kamis. Tapi, karena sulitnya proses pemindahan, kami gabungkan dalam lima kantong jenazah," kata Daryatmo.
Sumber:
- Evakuasi Korban Sukhoi, Tim SAR Gunakan Tali
- Ini Kisah Kehebatan Tim Evakuasi Sukhoi di Gunung Salak
- Ini Catatan Harian Operasi SAR Sukhoi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News