Di tengah pesatnya transformasi digital global, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bukan lagi sekadar istilah teknis di dunia teknologi. AI telah menjelma menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, mulai dari rekomendasi tontonan di platform streaming, asisten virtual di aplikasi belanja online, hingga sistem pendeteksi fraud di layanan perbankan digital.
Laporan McKinsey Global Institute 2023 mengungkapkan bahwa adopsi AI secara global dapat meningkatkan produktivitas kerja hingga 40 persen. Di Indonesia sendiri, AI mulai digunakan di berbagai sektor: pendidikan, kesehatan, transportasi, hingga agrikultur.
Namun, ironisnya, masih banyak kalangan—termasuk pelaku industri dan tenaga kerja—yang belum sepenuhnya memahami apa itu AI, bagaimana cara kerjanya, dan dampaknya terhadap masa depan pekerjaan mereka.
Apa Itu AI dan Mengapa Kita Perlu Peduli?
AI adalah bidang ilmu komputer yang bertujuan menciptakan sistem atau mesin yang dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia.
Ini mencakup pengenalan suara, pemrosesan bahasa alami (natural language processing), pengambilan keputusan otomatis, hingga kemampuan belajar mandiri (machine learning).
Kawan GNFI, memahami AI bukan berarti harus menjadi programmer atau ilmuwan data. Cukup dengan mengerti dasar-dasarnya, kita bisa menjadi pengguna teknologi yang cerdas dan adaptif. Misalnya, seorang UMKM yang memahami AI bisa menggunakan chatbot untuk layanan pelanggan atau sistem rekomendasi produk untuk meningkatkan penjualan.
Kecerdasan Buatan, Bagaimana Masa Depan Pekerjaan di Tahun 2030?
Menurut World Economic Forum 2023, keterampilan memahami AI, termasuk berpikir kritis dan literasi digital, kini masuk dalam daftar 10 keterampilan penting di masa depan.
Hal ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya relevan bagi pekerja teknologi, tetapi juga bagi siapa pun yang ingin bertahan dan berkembang dalam dunia kerja modern.
AI dan Dunia Kerja, Peluang atau Ancaman?
Pertanyaan umum yang sering muncul: apakah AI akan mengambil alih pekerjaan manusia? Jawabannya, bisa iya, bisa tidak. AI memang berpotensi menggantikan pekerjaan rutin dan repetitif, tetapi juga membuka banyak jenis pekerjaan baru—terutama yang membutuhkan kreativitas, empati, dan pengambilan keputusan kompleks.
Contohnya, posisi seperti AI ethicist, machine learning product manager, atau prompt engineer merupakan jenis pekerjaan baru yang beberapa tahun lalu belum dikenal.
Di Indonesia, sejumlah startup dan perusahaan teknologi juga mulai mencari talenta dengan kemampuan AI, baik di bidang teknis maupun non-teknis.
Melalui riset Microsoft-IDC (2024), terungkap bahwa perusahaan yang berinvestasi dalam pelatihan AI kepada karyawannya cenderung mengalami peningkatan efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Artinya, memahami AI juga bisa menjadi nilai tambah dalam karier seseorang.
AI di Indonesia, Sudah Sejauh Mana?
Indonesia sebenarnya cukup agresif dalam mengembangkan strategi nasional AI. BRIN bersama Kementerian Kominfo telah meluncurkan inisiatif pengembangan AI nasional yang fokus pada sektor kesehatan, pendidikan, reformasi birokrasi, layanan publik, dan ketahanan pangan.
Di sektor pendidikan, misalnya, beberapa universitas seperti Universitas Indonesia dan ITB telah membuka program studi khusus tentang AI dan data science. Bahkan, startup lokal seperti Navasena AI kini menyediakan pelatihan AI terstruktur bagi kalangan profesional dan pelajar, sebagai upaya menjembatani kesenjangan keterampilan di era digital.
Namun, tantangan masih besar. Menurut data dari Google-Temasek e-Conomy SEA Report 2023, literasi AI masyarakat Indonesia masih tergolong rendah, terutama di luar Pulau Jawa.
Perubahan Teknologi di Indonesia, dari Kecerdasan Buatan hingga Kendaraan Listrik
Ini menjadi panggilan bagi berbagai pihak—pemerintah, sektor swasta, dan komunitas teknologi—untuk memperluas akses edukasi AI yang inklusif.
Langkah-Langkah Awal Memahami AI
Bagi Kawan GNFI yang ingin mulai memahami AI, berikut beberapa langkah sederhana yang bisa diambil:
- Baca artikel dan laporan teknologi dari sumber terpercaya seperti McKinsey, MIT Technology Review, atau Kominfo.
- Eksplorasi penggunaan AI di aplikasi harian, misalnya fitur auto-caption di Instagram atau pencarian berbasis gambar di Google Lens.
- Ikut komunitas AI lokal, seperti AI Indonesia, Data Science Indonesia, atau klub teknologi kampus.
- Tumbuhkan rasa ingin tahu, karena AI adalah dunia yang terus berkembang dan berubah.
AI adalah Keniscayaan, Bukan Ancaman
Kawan GNFI, memahami AI bukan berarti kita harus berlomba-lomba menjadi pakar teknologi. Namun, di era sekarang, memilih untuk tidak memahami AI justru bisa membuat kita tertinggal.
AI adalah alat, bukan ancaman. Dan seperti alat lainnya, ia akan bermanfaat jika kita tahu cara menggunakannya dengan bijak.
Sebagai generasi muda Indonesia yang melek digital, sudah saatnya kita mengambil peran dalam mengembangkan AI secara etis, inklusif, dan berdampak bagi masyarakat luas. Karena masa depan Indonesia yang cerdas, berdaya saing, dan berkelanjutan, akan sangat bergantung pada bagaimana kita menyikapi kecerdasan buatan hari ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News