Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto terkenal dengan industri cor Kuningannya. Di desa ini ada puluhan pengrajin dengan hasil produksi berupa patung Buddha, replika candi serta berbagai cenderamata yang terbuat dari logam.
Dimuat dari National Geographic, Agus Kasiyanto adalah salah satu pengrajin cor Kuningan. Sejak 2 SMP, Agus sudah mengenal seluk beluk industri cor Kuningan karena orang tuanya yang menggeluti profesi tersebut.
Agus selalu membantu mengerjakan patung kuningan setelah pulang sekolah. Dia mempelajari proses pembuatannya mulai dari peleburan, pembuatan cetakkan, hingga proses finishing.
Tidak hanya terlibat dalam proses pengadaan, Agus juga sering diajak orangtuanya mengirim barang ke Bali.
Bekal dari orang tuanya tersebut membuat Agus, mantap untuk mendirikan usaha kerajinan cor kuningan miliknya sendiri.
“Sambil membantu orangtua, saya melihat dan belajar sendiri—otodidak sampai akhirnya bisa membuat patung kuningan sendiri,” papar pria berusia 44 tahun ini.
Membuat beragam model
Sama halnya dengan Mujaini, perajin kuningan di Desa Bejijong mampu memproduksi berbagai jenis dan model. Dibantu lima karyawan, mereka memulai proses dari cetak lilin, pembungkusan tanah, pengecoran, penghalusan, hingga pemolesan atau finishing.
”Waktu pengerjaan tidak bisa dipastikan, tergantung model dan ukuran,” imbuhnya yang dimuat dari Radar Majapahit
Dirinya bisa memproduksi beragam model dan ukuran. Seperti miniatur patung Buddha, Ganesha, naga, kura-kura, katak dan patuk dengan model lolok.
”Peminat model lolok biasanya dari luar negeri yang suka model-model unik,” ungkapnya.
Peminat dari Bali
Mujaini menyatakan pemasaran kerajinan kuningan selama ini masih didominasi wisatawan di Pulau Dewata, Bali. Peminat kerajinan kuningan miliknya rata-rata dari turis mancanegara yang sedang berlibur ke Bali.
Banyak dari mereka membeli untuk dijadikan suvenir. Harga kerajinan kuningan yang ditawarkan cukup beragam. Mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 350 ribu.
“Harga ditentukan dari tingkat kerumitan, ukuran, hingga model yang dipesan,” terangnya.
Tetapi dia mengaku terkendala dengan harga bahan baku kuningan yang naik. Jika harga bahan baku melambung, ia harus menyesuaikan harga pasar agar tidak mengalami kerugian.
Meski begitu, dalam sebulan ia mampu mengantongi omzet hingga Rp 5 juta. ”Omzet memang tergantung dari jumlah pesanan pelanggan,” pungkasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News