dyodoran sebut roti ini bisa jadi oleh oleh khas yogya - News | Good News From Indonesia 2025

Dyodoran Sebut Roti Ini Bisa Jadi Oleh-oleh Khas Yogya

Dyodoran Sebut Roti Ini Bisa Jadi Oleh-oleh Khas Yogya
images info

Dyodoran adalah food vlogger asal Kota Yogyakarta. Sama seperti food vlogger kebanyakan, kegiatannya tentu tak bisa terlepas dari membuat konten video mengulas makanan yang dikemas apik dan dibagikan lewat media sosialnya.

Platform YouTube dari pemilik nama asli Dyo Hendro Kumoro itu sudah menembus angka 700 ribuan subscribers, sudah sah dibilang YouTuber top. Jadi jangan heran pula kini ia fokus menjadi konten kreator karena penonton setianya kerap menunggu konten ulasan terbarunya.

Dari pelbagai kontennya Dyo tak hanya mendapat cuan, tapi juga pengalaman dan pengetahuan. Salah satu yang menjadi pusat perhatiannya ialah roti kembang waru yang dinilainya lebih pas menjadi oleh-oleh khas Yogyakarta.

Roti Kembang Waru

Kota Yogyakarta sebagai kota besar memiliki satu oleh-oleh andalan yaitu bakpia pathok. Bentuknya bundar, ukurannya mini, plus rasanya manis. Awalnya kacang hijau menjadi isiannya, tapi seiring perkembangan zaman berbagai varian rasa dibuat untuk menggugah selera penikmatnya.

Namun, apakah bakpia benar-benar asli dari Yogya atau buatan tangan-tangan orang lokal?

Dikutip dari situs resmi Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Bakpia awalnya dibawa seorang Tionghoa bernama Kwik Sun Kwok. Sosok satu ini pun bukanlah orang yang bermukim di Yogya awalnya, karena ia datang dari Wonogiri, Jawa Tengah, pada 1940-an.

Dyo sendiri paham akan hal itu setelah membuat konten soal bakpia. Menurutnya dari catatan sejarah bakpia oleh-oleh khas Yogya menjadi patut dipertanyakan.

“Menurut oleh-oleh khas Yogya itu yang asli masih dipertanyakan. Bakpia kan dibawa Tionghoa-Wonogiri ke Yogya,” ucap Dyo kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Dyo pun merasa roti kembang waru bisa mendapat predikat oleh-oleh khas Yogya sama seperti bakpia. Ia menilai roti tersebut memiliki sejarah dan akar lokalitas lebih kuat karena diproduksi sejak era Mataraman.

“Kalau dilihat catatan sejarahnya roti kembang waru itu Mataram zaman dulu. Penuh dengan filosofi, kenapa lekukannya harus delapan. Kalau diangkat mungkin bisa menjadi salah satu oleh-oleh khas Yogya,” ucap Dyo.

Sesuai dengan ucapan Dyo, roti kembang waru memiliki filosofi di tiap lekukan pinggirannya yang berjumlah delapan. Jumlah tersebut bermakna delapan laku pemimpin yang diadaptasi dari elemen unsur alam yakni tanah, air, angin, api, matahari, bulan, bintang, dan langit. Jikalau ada pemimpin menerapkan delapan lalu tersebut, maka ia sudah menjadi cerminan pemimpin yang pas dalam mengayomi rakyatnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.