denny caknan dan diksi jawa - News | Good News From Indonesia 2025

Merawat Bahasa Ibu Lewat Lagu: Denny Caknan dan Keindahan Diksi Jawa

Merawat Bahasa Ibu Lewat Lagu: Denny Caknan dan Keindahan Diksi Jawa
images info

Dalam belantika musik Pop Jawa dan Koplo, nama Denny Caknan kian menancap sebagai penyanyi dan pencipta lagu yang konsisten mengangkatbahasa Jawa sebagai medium ekspresi. Lagu-lagunya bukan hanya menggoyang panggung dan trending di platform digital, tapi juga menyusup dalam kesadaran pendengarnya lewat diksi-diksi Jawa yang puitis dan filosofis.

Salah satunya yang terbaru adalah lagu berjudul “Sinarengan”. Di dalamnya, Denny menyajikan lirik yang tak hanya romantis, tetapi juga sarat nilai-nilai kehidupan. Mari tengok penggalan ini:

Hanggegem asto
Supayane bakoh bebrayan
Manekung saliro
Yen rubedo angadhang

Jika diterjemahkan:

Saling menggenggam tangan
Supaya kuat dalam hubungan (pernikahan)
Menundukkan jiwa
Ketika rintangan menghadang

Kalimat-kalimat ini bukan sekadar rayuan cinta, melainkan refleksi dari nilai-nilai Jawa seperti keteguhan, kerendahan hati, dan kekuatan bersama. Ini menunjukkan bagaimana bahasa Jawa tidak kehilangan daya ungkapnya di tengah gempuran bahasa pop modern, justru tetap relevan dan indah melalui musik.

Bahasa Jawa sebagai Jiwa Musik

Kecenderungan Denny Caknan menggunakan diksi-diksi yang halus dan menyentuh bukan hal baru. Dalam lagu “Cundamani”, misalnya, kita menjumpai lirik:

Lintang… Suwon ngancani
(Terima kasih sudah menemani)

Ia seperti mengajak berdialog dengan alam seperti bintang, waktu, dan rasa. Sebuah puisi dalam bentuk nyanyian.

Begitu pula dalam lagu “Wirang”, terselip lirik yang sarat makna filosofis:

Tresnoku koyo bonsai Anting Putri
Mbok sirami rino lan wengi
Masio elok endah disawangi
Tapi dipekso raiso gedhi

Cinta diibaratkan seperti bonsai Anting Putri yang berarti indah, terawat, namun tumbuh dalam batasan. Ini bukan hanya metafora, tapi bentuk dari estetika Jawa yang halus dan dalam.

Dalam lirik lain seperti lagu “Jajalen Aku”, Denny bahkan menyisipkan nuansa alam sebagai saksi bisu cinta manusia:

Wit-witan do ngingeti
(Pohon-pohon mengingat)
Lintang-lintange nyekseni
(Bintang-bintang menyaksikan)
Gemiricik e banyu mili
(Gemiricik air mengalir)

Bayangkan, bagaimana elemen-elemen alam digunakan untuk membangun suasana emosional dan spiritual dari sebuah kisah asmara.

Menjaga Bahasa Lewat Musik

Apa yang dilakukan Denny Caknan bukan sekadar berkarya. Ia sedang merawat bahasa ibu, menjadikannya hidup di telinga anak muda, dan membuktikan bahwa bahasa daerah tak harus tertinggal. Ia membuktikan bahwa bahasa Jawa bisa tetap eksis, bahkan berjaya di ruang pop yang universal.

Dalam teori linguistik, ini dapat dibaca melalui konsep“revitalisasi bahasa” yakni upaya memperkuat penggunaan bahasa lokal dalam konteks kontemporer. Musik adalah salah satu medium paling efektif untuk itu, dan Denny melakukannya dengan konsisten.

Lebih dari Sekadar Penyanyi

Sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu, Denny Caknan punya kontrol penuh atas kata demi kata dalam lagunya. Ia bukan hanya menyanyikan, tapi membuat diksi itu hidup dari dasar hatinya. Dengan itu, ia layak disebut sebagai penyair pop Jawa masa kini.

Dalam setiap lagu, Kawan GNFI bisa merasakan kedalaman rasa yang dibungkus dalam kesederhanaan bunyi. Tak heran jika karyanya tak hanya populer, tapi juga menyentuh.

Menjadikan Bahasa Daerah sebagai Sumber Kekuatan

Lewat lagu-lagunya, Denny Caknan memberi pesan penting yaitu bahwa identitas lokal adalah kekuatan, bukan halangan. Justru dengan bahasa ibu, kita bisa menciptakan karya yang otentik, menyentuh, dan membanggakan.

Popularitas Denny Caknan pun telah merambah hingga ke mancanegara. Ia tak hanya mengisi panggung dalam negeri, tapi juga tampil di berbagai negara seperti Taiwan, Malaysia, dan bahkan pernah manggung di Stadion Barcelona dalam pertandingan antara Barcelona melawan Espanyol.

Terbaru, Hong Kong menjadi salah satu negara yang kembali menyambut konsernya, berlangsung selama dua hari pada 31 Mei - 1 Juni 2025. Ini membuktikan bahwa karya berbahasa Jawa tak hanya bisa diterima, tapi juga diapresiasi oleh publik lintas negara.

Di tengah derasnya globalisasi, kehadiran musisi seperti Denny Caknan adalah angin segar. Ia menunjukkan bahwa kawan bisa maju tanpa meninggalkan akar.

Kalau kawan setuju bahwa bahasa daerah patut dibanggakan, mungkin sudah saatnya kawan menyanyikan lirik-lirik seperti “Hanggegem asto, supayane bakoh bebrayan”. Karena dari situ, kita tahu bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga rumah bagi rasa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.