Tak selamanya buruk, apakah Inflasi di Indonesia masih dalam taraf aman?
Di tengah gejolak ekonomi di Asia Tenggara, Indonesia justru menunjukkan persentase inflasi yang moderat (berkisar antara 2-3%), hal ini menunjukkan bahwa fondasi ekonomi domestik Indonesia semakin kokoh dan adaptif, stabilnya angka inflasi pada kuartal kedua 2025 memberi sinyal positif bagi daya beli masyarakat dan iklim investasi.
Setelah sempat mengalami deflasi sebesar 0,09% di bulan Februari 2025, per April 2025, tingkat inflasi year-on-year di Indonesia menyentuh angka 1,95% (sumber. BPS), persentase ini masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia(BI), yaitu 1,5%-3,5%.
Capaian ini menjadi sinyal bahwa pengendalian harga di tingkat nasional tetap berjalan efektif, meski tantangan dari pasar global terus berlangsung, bahkan kondisi terlihat membaik dengan mulai melandainya kurva inflasi year-on-year di bulan Mei 2025 yaitu sebesar 1,6%.
Survei yang dilakukan BI pada kuartal sebelumnya, memprediksi puncak inflasi akan terjadi pada bulan Maret 2025 seiring Ramadan dan Idulfitri, akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat inflasi menjadi lebih tinggi di April 2025, hal ini merupakan puncak inflasi tertinggi yang dicatat oleh BPS sejak Agustus 2024.
Akan tetapi para ekonom dengan optimis melakukan prediksi bahwa kurva inflasi akan menjadi lebih landai di bulan Juni dan Juli yang akan datang. Hal ini dilandasi dengan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang turut membantu menekan biaya impor bahan baku industri dan barang konsumsi, yang didukung pula dengan keputusan BI untuk menurunkan BI-Rate dari 5,75% menjadi 5,5% pada Mei 2025, yang menghasilkan impresi positif dari para investor.
Suku bunga yang relatif rendah dapat mendorong kredit perbankan dan investasi, sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi 5%–5,3% pada 2025. Inflasi di Indonesia, seperti halnya di banyak negara lain, dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik.
Namun, kemampuan Indonesia dalam menjaga stabilitas harga di tengah berbagai tantangan menunjukkan resiliensi ekonomi yang layak diapresiasi. Dengan berbagai kebijakan yang responsif serta koordinasi yang solid antara pemerintah dan otoritas moneter, inflasi di Indonesia terbukti mampu dikendalikan di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan.
Stabilitas ini bukan hanya mencerminkan ketahanan ekonomi nasional, tetapi juga menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Ke depannya, konsistensi dalam menjaga keseimbangan antara harga, daya beli masyarakat, dan iklim investasi akan menjadi salah satu kunci menuju pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan merata di Indonesia.
Secara keseluruhan, inflasi yang terjadi di Indonesia pada periode Januari hingga Mei 2025 tetap dalam kisaran yang terkendali, hal ini mencerminkan efektivitas kebijakan pemerintah dan otoritas moneter dalam melakukan penjagaan stabilitas harga di masyarakat. Meskipun terdapat berbagai tekanan yang cukup signifikan dari faktor eksternal (kemungkinan gejolak harga minyak bumi, ketidakpastian geopolitik, perang dagang, dsb) dan faktor internal, koordinasi antara masyarakat dan pemerintah, dan respons kebijakan yang tepat waktu telah membantu menjaga daya beli masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Ke depannya, pemerintah Indonesia diharapkan untuk memperhatikan kesejahteraan rakyat dan terus terjaga akan adanya potensi ancaman ekonomi, sehingga Indonesia bisa memiliki tingkat inflasi yang berada pada batas "aman" sehingga Indonesia diharapkan akan memiliki peluang di pasar Asia Tenggara untuk mempertahankan stabilitas harga sekaligus memiliki pertumbuhan ekonomi yang inklusif di tahun 2025.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News