Handoko Hendroyono adalah tokoh yang dikenal dalam industri kreatif Indonesia. Lama berkecimpung di dunia periklanan, sejumlah iklan produk tanah air pernah digarap dan sukses mendulang popularitas lewat berbagai jargonnya.
Sosok lulusan jurusan Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia tersebut mengasah kreativitasnya saat bekerja di biro periklanan sehingga membentuyknya sebagai pengarah kreatif atau creative director. Setelah itu ia memilih beranjak fokus ke perancang grafis yang berada di tatanan bawah industri kreatif. Meski keluar di zona amannya, Handoko justru mampu bersentuhan dan menjalin kerja sama dengan pekerja seni lintas dimensi yang lain.
Salah satu hasil kolaborasinya yang sarat perhatian ialah M Bloc Space. Bekas gudang dan rumah dinas milik Perum Uang RI (Peruri) diubahnya menjadi kawasan paling gaul tak hanya di daerah Blok M, tetapi juga Kota Jakarta. Handoko tak sendiri mendirikannya, karena ada lima tokoh pelaku seni ikut bergerak seperti Wendi Putranto, Lance Mengong, Jacob Gatot Sura, Mario Sugianto, dan almarhum Glenn Fredly.
Adapun M Bloc Space didesain dengan semangat lokalitas di mana berbagai jenama dalam negeri dijajakan kepada para pengunjung. Handoko sebagai salah satu pendiri memang mengusung semangat ini agar rasa memiliki jenama lokal menjadi kuat.
Tak Perlu Go International
Isu mengenai jenama lokal yang seolah terasing dalam negeri sendiri memang bukanlah hal baru di kehidupan masyarakat Indonesia. Masih banyak masyarakat yang menilai jenama luar negeri lebih baik daripada jenama lokal, sekalipun harganya sedikit lebih mahal.
Namun, jenama lokal dalam beberapa tahun terakhir tumbuh berkembang. Banyak yang sudah sadar akan kualitas sehingga mendapat perhatian bahkan dalam skala internasional. Dari situ, masyarakat Indonesia pun bangga karena produk dalam negeri diterima di pasar global.
Bagi Handoko sendiri, predikat go international yang didapatkan jenama lokal tidaklah terlalu penting. Karena hal yang paling dibutuhkan adalah rasa memiliki dan kecintaan dari masyarakat kepada produk-produk dalam negeri.
“Kalau menurut saya pribadi sih tidak terlalu perlu untuk go global karena isu lokalitas memang juga kuat. Jadi sebenarnya memperkuat citra lokalitas itu. Rasa memiliki rasa lokalitas itu menurut saya saya sudah cukup karena otomatis akan terekspose keluar (negeri) juga,” ucap Handoko kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Handoko juga menjelaskan bahwa produk lokal tak sebatas yang memiliki jenama. Bahan baku lokal yang memang hanya bisa ditemukan di Indonesia turut masuk dalam hitungan dan itu mesti dijaga serta diberdayakan secara mandiri.
“Lokalitas kan bukan hanya brand, bukan hanya jenama, tapi juga misalnya sourcing, bahan baku lokal. Ekosistemnya harus dibangun, itu lebih penting sebenarnya. Jadi lokalitas itu bukan sekadar brand Indonesia ada di luar tapi justru bagaimana kita merawat narasi-narasi, nature, indikasi geografis, intellectual property lokal, untuk dibangkitkan,” ucapnya lagi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News