tidak ada makan siang gratis dalam bisnis - News | Good News From Indonesia 2025

Tidak Ada Makan siang Gratis dalam Bisnis

Tidak Ada Makan siang Gratis dalam Bisnis
images info

Ide There’s No Such Thing as a Free Lunch atau tiada makan siang gratis sering kali menarik, karena secara alami manusia ingin mendapatkan sesuatu tanpa perlu berusaha.

Ekonom klasik Milton Friedman menyebutkan bahwa dalam setiap pilihan yang kita lakukan akan memiliki opportunity cost, yaitu: adanya sesuatu" yang akan kita korbankan, jika ingin mendapatkan manfaat gratis itu.

Sahabat GNFI, dalam pemasaran, brand sering menggunakan kata gratis atau free untuk mengurangi hambatan atau filter dalam alam sadar konsumen/customer, sehingga penolakan mereka akan berkurang. Juga digunakan untuk membangun kepercayaan ataupun meningkatkan keterlibatan mereka.

Hasilnya, kata free dan gratisditukar konsumen dengan "membayar" melalui cara yang lebih halus: misalnya melalui berbagi data pribadi, berkomitmen menjadi pengguna jasa, berlangganan tahunan atau menjadi pembeli brand jangka panjang yang loyal.

Sesungguhnya promosi ini telah dirancang secara cerdik oleh brand untuk mendukung tujuan bisnis mereka, seperti: meningkatkan pangsa pasar, loyalitas, atau mengumpulkan "data" berharga dari konsumen. 

Mengenang Kejayaan Bisnis Kopi di Semarang, Pabrik Kopi Margo Redjo yang Masih Eksis

Kawan, kita mungkin akrab sekali dengan teknik promo ini dan bisa jadi telah pula menjadi 'korbannya', tetapi tetap bahagia. Yuk, kita simak contoh yang dekat dengan kehidupan kita.

1. Musik Gratis, Ditukar dengan Data Pelanggan

Salah satu brand penyedia musik menawarkan akses gratis ke jutaan lagu bagi pengguna yang ragu untuk berlangganan. Akses ini tidak diterima begitu saja, tetapi ada maharnya, yaitu: alamat email, mendengarkan iklan, fitur terbatas, serta data pola kebiasaan mendengarkan, preferensi, dan perilaku mereka.

Data yang berharga ini digunakan untuk menyempurnakan algoritmanya dan sebagai sarana untuk menjual iklan yang disesuaikan dengan penggunanya. 

2. Membangun Ekosistem Super App

Salah satu super app dan aplikasi ride hailing terbesar di Indonesia, sering menggunakan promo “perjalanan gratis” untuk merebut pangsa pasar. Misalnya menawarkan perjalanan gratis bagi pengguna baru di Jakarta guna memenangkan persaingan melawan kompetitornya.

Syaratnya? pengguna harus mengunduh aplikasi, mendaftar dengan detail data pribadinya, serta menghubungkannya dengan metode pembayaran GoPay. Pintar bukan!

Perjalanan “gratis” ini merupakan palang pintu gerbang untuk mengunci pengguna ke ekosistem produk, mendorong mereka menggunakan layanan lain yang disediakan.

3. Promosi Perumahan, Kartu Kredit, hingga Pinjol

Promosi penjualan kawasan perumahan sering menggunakan teknik ini melalui acara event dengan iming-iming aneka hiburan, bazaar makanan, hingga free durian montong. Contoh lainnya adalah penawaran pembukaan kartu kredit baru dengan iming iming berupa souvenir menarik atau bebas iuran tahunan.

Bahkan, industri pinjol pun dapat dikatakan menggunakan teknik ini dengan cara memberi super kemudahan dalam mekanisme peminjamannya.

55 Ucapan Idul Fitri 2025 untuk Rekan Kerja, Relasi Bisnis, dan Atasan Perusahaan, Bermakna dan Sopan!

Teknik promo ini sebenarnya sedarah dengan teknik promo seperti beli 3 Gratis 1, bebas uang pangkal, early bird, potongan biaya berlangganan mapun free ongkir. Dahsyat bukan?

Kata free atau gratis, secara universal merupakan kata trigger psikologis yang dapat menurunkan filter waspada dalam diri seseorang, sehingga meminimalisir kesadarannya terhadap konsekuensi logis yang akan mereka tukarkan dengan sesuatu yang gratis itu.

Konsekuaensi itu bisa saja berupa data pribadi, waktu, loyalitas, bahkan uang.

Bagi brand, merancang penawaran “gratis” dapat memaksimalkan nilai jangka panjang maupun memberikan ROI yang terukur.

Sebagai pemasar, jika kita menggunakan teknik ini, sudah seharusnya kita harus tetap berpegang pada etika, yaitu menjaga keseimbangan antara daya tarik “gratis” secara transparan, memastikan bahwa konsumen memahami "konsekuensinya".

Adanya artikel ini setidaknya jadi pengingat konsumen bahwa sesuatu yang gratis pasti ada konsekuensinya, jadi konsumen perlu tetap kritis.

Pernahkah Kawan GNFI menemukan tawaran “gratis” yang dengan tanda kutip ada embel embelnya?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JE
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.