webinar stopselfdiagnosis kenali diri dengan bantuan ahli - News | Good News From Indonesia 2025

Webinar #StopSelfDiagnosis, Saatnya Kenali Diri dengan Bantuan Ahli

Webinar #StopSelfDiagnosis, Saatnya Kenali Diri dengan Bantuan Ahli
images info

Di tengah rutinitas yang padat dan tuntutan hidup yang semakin beragam, menjaga kesehatan mental jadi hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Sayangnya, kemajuan teknologi dan akses informasi yang luas tak selalu datang dengan pemahaman yang benar.

Salah satunya tercermin dalam fenomena yang kini marak terjadi: self-diagnosis, atau mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan profesional.

Untuk menjawab kegelisahan ini, Catatan Psikologi dan BINUS University mengadakan webinar bertajuk #StopSelfDiagnosis: Kenali Diri dengan Bantuan Ahli, Bukan Sekedar Asumsi.

Acara yang berlangsung pada Sabtu, 10 Mei 2025 ini digelar secara daring mulai pukul 13.00 WIB dan menghadirkan Jainal Ilmi, M.Psi., Psikolog, CT.HRNLP sebagai narasumber.

Mengenal Self-Diagnosis dan Risikonya

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan self-diagnosis? Secara sederhana, ini adalah kebiasaan mendiagnosis kondisi kesehatan—khususnya mental—berdasarkan informasi yang didapat sendiri, umumnya dari internet atau media sosial, tanpa konfirmasi dari ahli.

Fenomena ini makin banyak ditemukan di kalangan anak muda. Misalnya, hanya karena merasa cemas sesekali, seseorang bisa menyimpulkan bahwa dirinya mengalami gangguan kecemasan umum (GAD). Atau, setelah melihat konten psikologi di TikTok, tiba-tiba merasa bahwa dirinya memiliki depresi kronis.

Kementerian ESDM, KMI, dan PPI Dunia Adakan Webinar, Soroti Optimalisasi Energy Security

Padahal, menurut Jainal Ilmi, diagnosis psikologis tidak bisa disimpulkan secara instan. Dalam paparannya, Jainal Ilmi menekankan bahwa mengenali diri secara utuh membutuhkan proses yang valid dan profesional.

"Banyak orang mengira mereka mengalami gangguan mental hanya karena merasa sedih atau cemas dalam waktu tertentu. Padahal, diagnosis psikologis tidak sesederhana itu. Butuh observasi, asesmen, dan pendampingan oleh ahli," ungkapnya.

Kesalahan dalam memahami kondisi mental bisa berdampak serius. Mulai dari self-stigma, konsumsi obat yang tidak tepat, sehingga menunda pertolongan yang sebenarnya sangat dibutuhkan.

Stres Itu Wajar, tapi Harus Dikenali

Selain membahas self-diagnosis, webinar ini juga mengajak Kawan GNFI untuk memahami konsep stres dalam psikologi. Tidak semua stres itu buruk. Jainal memperkenalkan dua jenis stres: Eustres dan Distres.

  • Eustres adalah stres yang memicu semangat, membantu seseorang untuk berkembang, dan memberi dorongan positif.
  • Distres, sebaliknya, adalah stres yang membuat seseorang merasa terpuruk, takut berlebihan, atau bahkan kehilangan motivasi hidup.

Dengan pemahaman yang benar, kita bisa menyikapi stres secara lebih sehat. Narasumber juga menjelaskan dua strategi penting dalam manajemen stres:

  • Emotional Focused Coping (EFC): berfokus pada bagaimana seseorang mengelola emosi yang muncul akibat stres.
  • Problem Focused Coping (PFC): berfokus pada langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan sumber masalah

Keduanya penting dan bisa digunakan secara bergantian, tergantung situasi dan kapasitas diri.

Antusiasme Mahasiswa Meriahkan Webinar Kesehatan Mental

Mahasiswa berperan aktif dalam menyukseskan jalannya webinar ini. Partisipasi tidak hanya datang dari satu universitas saja, melainkan berasal dari berbagai institusi pendidikan tinggi yang tersebar di Indonesia.

Antusiasme peserta terlihat jelas dari keterlibatan aktif mereka selama sesi berlangsung, baik dalam bentuk diskusi, tanya jawab, maupun respons terhadap materi yang disampaikan. Webinar ini tak hanya menjadi ruang belajar, tapi juga wadah berbagi pengalaman dan refleksi bersama.

Webinar Makin Cakap Digital 2022: Waspada Rekam Jejak Digital di Internet

Dari sesi ini, banyak Kawan GNFI yang merasa "tertampar" dalam arti positif—karena akhirnya menyadari bahwa mengenali diri secara utuh memang butuh bantuan yang tepat, bukan sekadar asumsi pribadi.

Kenali Diri dengan Bantuan Ahli, Bukan Sekadar Asumsi bersama Catatan Psikologi

Di penghujung sesi, acara ditutup dengan refleksi dan penguatan dari narasumber. Jainal kembali menekankan bahwa self-diagnosis bukanlah solusi, bahkan bisa menjadi bumerang jika dilakukan tanpa pemahaman yang benar.

Jainal mengajak seluruh Kawan GNFI untuk lebih berani membuka diri dan mencari bantuan profesional ketika dibutuhkan. Psikolog, konselor, atau tenaga ahli di bidang kesehatan mental bukan hanya untuk "orang gila", tetapi justru untuk semua orang yang ingin menjaga kualitas hidupnya.

Webinar ini menjadi bukti bahwa edukasi tentang kesehatan mental bisa dilakukan secara menyenangkan dan membumi.

Dengan bahasa yang mudah dipahami, ilustrasi yang relatable, serta atmosfer yang suportif, kegiatan ini berhasil menyampaikan pesan penting: kenali diri dengan cara yang tepat, dan jangan takut minta bantuan.

Upaya seperti ini patut diapresiasi dan diperluas cakupannya. Karena membangun generasi yang sehat mental bukan hanya tugas para psikolog, tapi juga tanggung jawab kita bersama.

Semoga semakin banyak ruang edukatif seperti ini yang bisa mengubah cara pandang masyarakat terhadap kesehatan mental—lebih inklusif, lebih terbuka, dan tentu saja, lebih penuh empati.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.