Handoko Hendroyono adalah sosok yang disegani di industri kreatif Indonesia. Sejumlah iklan dari produk tanah air pernah digarap dan mendulang popularitas lewat jargonnya.
Lulusan jurusan Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia tersebut mengasah kreativitasnya saat bekerja di biro periklanan sehingga membentuyknya sebagai pengarah kreatif atau creative director. Setelah itu ia memilih beranjak fokus ke perancang grafis yang berada di tatanan bawah industri kreatif. Meski keluar di zona amannya, Handoko justru mampu bersentuhan dan menjalin kerja sama dengan pekerja seni lintas dimensi yang lain.
Salah satu hasil kolaborasinya yang sarat perhatian ialah M Bloc Space. Bekas gudang dan rumah dinas milik Perum Uang RI (Peruri) diubahnya menjadi kawasan paling gaul tak hanya di Blok M, tetapi juga Kota Jakarta. Handoko tak sendiri mendirikannya, karena ada lima tokoh pelaku seni ikut bergerak seperti Wendi Putranto, Lance Mengong, Jacob Gatot Sura, Mario Sugianto, dan almarhum Glenn Fredly.
M Bloc Space didesain dengan semangat kelokalan lewat memasarkan produk buatan dalam negeri. Handoko sendiri mengaku jenama lokal memang sedang digemari, tapi sulit bersaing dengan brand asing yang biasanya menguasai pasar-pasar – seperti mal dsb – di Indonesia.
Indonesia Telat
Jenama lokal dari tahun ke tahun berupaya meningkatkan kualitas agar lebih dicintai di negeri sendiri. Pelan tapi pasti hal itu pun terlihat dari semakin beragamnya jenama yang hadir dengan menghadirkan inovasi, harga lebih miring, dan kualitas lewat produknya.
Dalam industri fesyen misalnya. GoodStats pada 2023 mencatat sekitar 40 persen masyarakat Indonesia kepincut membeli merek lokal karena kualitasnya tidak jauh berbeda dengan merek asing.
Bagi Handoko, jenama Indonesia harus diperjuangkan agar bisa menjadi raja di rumah sendiri. Namun, ia merasa kebangkitan lokalitas sangatlah telat dibandingkan negara-negara yang lain.
“Ketika ini terjadi, katakan lah di Amerika, Australia, atau di negara-negara Skandinavia, Korea, segala macam, kita masih seru dengan brand asing,” ucap Handoko kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Handoko melihat pelaku industri kreatif merespons lokalitas produk kurang sehingga ketinggalan jauh dari negara tetangga semisal Thailand. Menurutnya terlalu lama terlena dengan brand asing menjadi PR bangsa Indonesia.
“Kita tergila-gila (brand) asingnya terlalu lama. Menurut saya kita harusnya lebih cepat untuk menyusul negara-negara lain terkait lokalitas itu,” ujarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News