Dalam beberapa tahun terakhir, kata “healing” menjadi salah satu istilah yang ramai diperbincangkan di kalangan Gen Z. Kata healing tidak lagi sekedar istilah medis, melainkan telah menjadi simbol dari upaya seseorang untuk memulihkan diri dari kesibukan dan kelelahan akan aktivitas.
Dalam dunia gen Z, healing menjadi tren sosial, seperti foto atau video di media sosial dengan #healing atau caption “healing time”. Mereka mengekspresikan diri dengan berlibur ke pantai, staycation di hotel bintang lima, hingga nongkrong di coffee shop.
Konsep healing sejatinya adalah proses pemulihan, baik secara emosional maupun mental. Healing bersifat sangat personal, tidak melulu terjadi di tempat eksotis atau mahal, tetapi sesuatu yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu apakah healing harus selalu tentang kemewahan dan estetik? Jawabannya tidak. Artikel ini akan membahas bagaimana Gen Z memaknai healing, mengapa penting, dan bentuk-bentuk pemulihan mental yang dapat dilakukan sehari-hari. Berikut adalah bentuk healing ala Gen Z yang realistis, sederhana, tetapi berdampak nyata:
1. Rehat Dunia Digital, Putusi Sinyal & Sambung Diri Sendiri
Media sosial realitanya sangat memberikan dampak negatif kepada gangguan mental seseorang, seperti kecemasan dan depresi. Hunt et al (2018) menjelaskan bahwa membatasi aktivitas media sosial akan memberikan dampak yang signifikan terhadap gejala depresi dan kesepian.
Metode ini dapat dilakukan dengan beristirahat dari media sosial dalam kurun waktu 1-2 jam. Manfaatkan diri dengan melakukan aktivitas lain seperti membaca, menulis jurnal, atau sekedar duduk diam dan merenung.
2. Merawat Rutinitas dari Hal-Hal Kecil
Rutinitas dalam hidup yang dilakukan secara stabil dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan kontrol diri. Struktur harian yang sehat sangat berkontribusi pada kestabilan emosi. Hal-hal kecil seperti istirahat yang cukup, sarapan, dan membuat to-do list, dapat menjadi pondasi yang kuat dalam menjaga kesehatan mental.
3. Journaling, Menulis untuk Merapikan Pikiran
Menulis adalah cara paling sederhana tetapi efektif untuk menjernihkan pikiran. Baikie & Wilhelm menjelaskan bahwa expressive writing seperti journaling dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
Aktifitas journaling dapat dilakukan menulis isi pikiran tanpa sensor dengan mengekspresikan perasaan, mencatat emosi, dan melacak kemajuan diri. Cara ini sangat ampuh untuk mengenali perasaan yang muncul untuk menyembuhkan luka batin secara perlahan.
Baca juga: Apa Itu Journaling? Ini 4 Manfaatnya untuk Kesehatan Mental!
4. Berkomunikasi Tanpa Filter, Berkoneksi secara sehat
Koneksi sosial yang sehat menjadi faktor yang sangat penting pada perlindungan akan stress dan depresi. Hubungan yang hangat dengan orang sekitar adalah kunci kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang.
Carilah teman atau keluarga yang dapat memberimu rasa aman. Luangkan waktu untuk berbincang santai, bercanda gurau, tanpa memikirkan hiruk pikuk dunia. Sebaliknya, tetapkan batasan pada orang atau lingkungan yang membuat diri stress.
5. Bergerak dan Meringankan Badan
Olahraga ringan seperti jalan kaki atau yoga seringkali membuat pikiran menjadi lebih tenang. Secara ilmiah, bergerak meningkatkan produksi hormone endorphin yang dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mengembalikan suasana hati.
6. Belajar Menghargai Diri dan Waktu
Bagi gen Z, budaya hustle sering menempatkan nilai diri pada seberapa produktif seseorang. Padahal realitanya, tubuh sangat perlu waktu untuk beristirahat dan refleksi agar kesehatan mental terus terjaga.
Luangkan waktu untuk beristirahat sejenak tanpa melakukan apa-apa. Duduk atau bermeditasi mendengarkan musik atau podcast dengan menatap langit sore yang dapat memberi suasana hati menjadi lebih tenang.
Baca juga: Fenomena Hustle Culture, Produktif atau Merusak Kesehatan Mental?
7. Berani Berkata Tidak
Gen Z dikenal sebagai people pleasure yang sulit untuk menolak perkataan atau permohonan seseorang. Berani menolak adalah satu upaya bentuk self-respect untuk diri kita. Tidak perlu selalu memikirkan perasaan seseorang, karena perasaan diri sendiri jauh lebih penting untuk kesehatan mental kita.
Healing adalah proses, bukan destinasi. Healing bukan hanya menambah hal baru, tetapi juga mengurangi yang tidak sehat. Healing bisa dilakukan setiap hari dengan sederhana tanpa perlu kemewahan.
Saat kita jujur pada diri sendiri, saat kita memeluk rasa lelah, dan saat kita memberi ruang untuk tumbuh perlahan, adalah healing terbaik bagi mental kita. Karena pada akhirnya, healing bukan tentang kemana kita pergi, tetapi bagaimana kita kembali ke diri sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News