legenda asal usul danau malawen di kalimantan tengah kisah cinta antara kumbang banaung dan intan - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Asal-Usul Danau Malawen di Kalimantan Tengah, Kisah Cinta antara Kumbang Banaung dan Intan

Legenda Asal-Usul Danau Malawen di Kalimantan Tengah, Kisah Cinta antara Kumbang Banaung dan Intan
images info

Danau Malawen merupakan salah satu danau yang berada di Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul Danau Malawen tersebut dulunya.

Bagaimana kisah dari legenda asal usul Danau Malawen tersebut? Simak kisah lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Legenda Asal Usul Danau Malawen

Dilansir dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, pada zaman dahulu di tepian sungai yang ada di Kalimantan hiduplah sepasang suami istri. Pasangan suami istri ini masih belum dikaruniai anak meskipun sudah menikah sejak lama.

Mereka terus berdoa agar bisa segera diberi keturunan. Akhirnya setelah sepuluh tahun kemudian, sang istri hamil dan melahirkan seorang putra.

Pasangan suami istri ini tentu sangat bahagia dengan kehadiran putra mereka. Putra semata wayangnya ini kemudian mereka beri nama Kumbang Banaung.

Seiring berjalannya waktu, Kumbang Banaung mulai tumbuh dewasa. Sejak kecil dia dididik untuk menjadi anak yang berbakti dan selalu bersikap baik kepada sesama.

Akan tetapi, perilaku Kumbang Banaung ternyata sangat berbeda dengan apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Kumbang Banaung memiliki sifat yang buruk dan sering tidak mendengarkan serta mematuhi nasihat kedua orang tuanya.

Pada suatu hari, Kumbang Banaung memaksa sang ayah untuk ikut dengan dirinya berburu ke hutan. Padahal pada waktu itu sang ayah tengah sakit keras.

Ayahnya tentu tidak bisa memenuhi permintaan Kumbang Banaung. Akhirnya sang ayah meminta istrinya untuk memenuhi kebutuhan Kumbang Banaung agar bisa pergi berburu ke hutan.

Selain itu, sang ayah juga menitipkan piring malawen sakti kepada Kumbang Banaung. Piring malawen tersebut bisa dia gunakan nantinya untuk berbagai macam keperluan.

Setelah semua persiapan selesai, Kumbang Banaung kemudian berangkat ke hutan untuk pergi berburu. Karena pergi seorang diri, Kumbang Banaung akhirnya tersesat di dalam hutan tersebut.

Tanpa sadar, sampailah Kumbang Banaung di sebuah desa yang bernama Sanggu. Pada saat kedatangannya, terdapat upacara adat yang mengantarkan masa pingitan putri kepala desa tersebut.

Kumbang Banaung yang melihat hal ini merasa terkesima dengan kecantikan putri kepala desa. Dirinya kemudian mencoba untuk mendekati sang putri dan berkenalan.

Putri kepala desa tersebut bernama Intan. Setelah saling mengenal, Kumbang Banaung dan Intan jadi sering bertemu di kemudian hari.

Pertemuan ini lambat laun menumbuhkan benih cinta di antara mereka. Namun kisah cinta mereka ternyata diketahui oleh masyarakat Desa Sanggu.

Mereka menganggap apa yang dilakukan Kumbang Banaung dan Intan sudah melanggar adat desa. Akhirnya hal ini dilaporkan kepada kepala desa.

Kepala desa juga tidak setuju dengan kisah cinta yang dijalin oleh anaknya. Akhirnya kepala desa memutuskan untuk menjodohkan Intan dengan Juragan Rotan.

Intan tentu tidak terima dengan perjodohan tersebut. Dirinya kemudian menceritakan hal ini kepada Kumbang Banaung.

Mendengarkan hal ini, Kumbang Banaung menjadi gusar. Sebab dia sudah jatuh hari dengan putri kepala desa tersebut.

Kumbang Banaung kemudian menceritakan isi hatinya ini kepada kedua orang tuanya. Dia meminta orang tuanya untuk melamar Intan agar bisa menjadi istrinya.

Kedua orang tua Kumbang Banaung tentu tidak setuju dengan permintaan tersebut. Ayah dan ibunya berkata bahwa keluarga mereka tidak sepadan dan pantas untuk melamar anak kepala desa.

Meskipun sudah dijelaskan oleh kedua orang tuanya, Kumbang Banaung masih bersikeras dengan keinginannya. Dia tetap ingin menjadikan Intan sebagai istrinya.

Akhirnya Kumbang Banaung diam-diam kembali ke Desa Sanggu. Di sana dia bertemu dengan Intan dan mengajaknya melarikan diri dari sana.

Intan tentu setuju dengan rencana Kumbang Banaung. Sebab dia juga tidak sudi dinikahkan dengan Juragan Rotan.

Akhirnya pasangan ini mulai keluar dari Desa Sanggu. Namun sayang belum jauh dari Desa Sanggu, mereka sudah ditemukan warga yang tengah berjaga.

Akhirnya mereka melarikan diri saking paniknya. Masyarakat desa juga berbondong-bondong mengejar mereka agar tidak melarikan diri dari desa.

Setelah berlari cukup jauh, Kumbang Banaung dan Intan sampai di tepian sungai. Di sana mereka tidak menemukan sampan atau perahu yang bisa digunakan untuk menyeberang.

Masyarakat yang mengejar sudah makin dekat. Tiba-tiba Kumbang Banaung teringan dengan piring malawen yang ditutupkan kepada dirinya.

Kumbang Banaung kemudian melemparkan piring tersebut ke sungai. Ajaibnya piring tersebut tiba-tiba berubah menjadi besar.

Dirinya langsung mengajak Intan untuk naik piring malawen tersebut. Dia dengan sombongnya kemudian berkata bahwa sudah selamat dari kejaran warga yang hanya bisa melihat dari tepian sungai.

Tidak lama berselang, cuaca tiba-tiba berubah dengan drastis. Hujan deras langsung turun ketika Kumbang Banaung dan Intan tiba di tengah sungai.

Hujan ini membuat gelombang sungai mengalir dengan deras. Tanpa sadar, gelombang ini membuat piring malawen tersebut terbalik dan menenggelamkan Kumbang Banaung beserta Intan.

Akhirnya pasangan sejoli ini tidak bisa selamat dan tenggelam di sungai tersebut. Ajaibnya mereka tiba-tiba berubah menjadi dua ekor buaya putih.

Tidak hanya itu, aliran sungai tersebut tiba-tiba tersumbat dan membentuk sebuah danau yang menyerupai piring malawen. Akhirnya atas peristiwa tersebut, masyarakat sekitar memberi nama danau tersebut dengan nama Danau Malawen.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.