Apakah Kawan GNFI pernah penasaran dari mana asalnya tukang bubur bermotor yang biasa lewat pada pagi hari? Tukang bubur yang umumnya terlihat di sekitar perkantoran dan perumahan di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi tersebut umumnya berasal dari satu perkampungan.
Kali ini, Kawan GNFI akan diajak mengenali kampung dan keunikannya tersebut.
Dari Mana Asal Tukang Bubur Bermotor?
Para pemotor tersebut berasal dari perkampungan yang tersebar di daerah Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Beberapa yang paling terkenal dengan julukan kampung tukang bubur adalah Kampung Buwek serta Kampung Pulo, Desa Sumberjaya.
Terdapat lebih dari 50 orang pedagang bubur bersepeda motor yang berasal dari kampung-kampung ini. Apabila Kawan GNFI hendak berkunjung ke salah satu kampung tersebut, yaitu Kampung Buwek, umumnya tidak ditemukan plang penanda bahwa kampung tersebut adalah kampung tukang bubur. Hanya ada populasi motor yang dilengkapi gerobak bubur terpasang di joknya sebagai petunjuk.
Kampung Buwek yang dijuluki kampung tukang bubur ini sendiri sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Kampung ini dinamakan Kampung Buwek dari kata beuek atau buek yang berarti burung hantu.
Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya populasi burung hantu yang berhabitat di kampung tersebut. Selain terkenal dengan sebutan kampung tukang bubur dan populasi burung hantunya, kampung ini juga terkenal dengan kebudayaan tari topengnya.
Dari Tambun ke BSD
Para tukang bubur umumnya sudah terjaga sebelum pukul dua pagi untuk memasak dan meracik bumbu. Kemudian, sebagian besar dari mereka sudah tancap gas ketika subuh menjelang.
Para tukang bubur melakukan konvoi pada pagi hari menuju daerah penjualan mereka seperti Jakarta, Cikarang, Tangerang, dan Cibubur. Bahkan beberapa di antara mereka memiliki daerah jangkauan hingga Bumi Serpong Damai (BSD).
Rekomendasi Sarapan Nikmat Ala Sunda, Bubur Ayam Tasik Juaranya!
Rutinitas ini dilakukan oleh tukang bubur dari berbagai kalangan usia, mulai dari pedagang berusia 16 tahun hingga lanjut usia. Hal tersebut mereka lakukan karena mahalnya biaya akomodasi yang harus dikeluarkan apabila mereka memutuskan menetap di kota-kota tersebut.
Pada akhirnya, mereka memilih untuk tetap tinggal di kampung mereka dan menjangkau area dagang dengan motor.
Menu Sederhana Pembawa Berkah
Bubur yang ditawarkan oleh para pedagang bubur ini sendiri memiliki menu yang berbeda dari kebanyakan bubur pada umumnya.
Bubur bermotor khas Bekasi ini umumnya terdiri dari suwiran ayam, kecap, taburan bawang goreng, tongcai, cakwe, serta kerupuk. Berbeda dengan bubur gerobak yang biasanya dihidangkan dengan kuah kuning.
Di balik sederhananya menu bubur tersebut, terdapat banyak pihak yang diuntungkan. Tentunya pihak pertama adalah pedagang bubur bermotor itu sendiri. Beberapa pedagang senior mampu berjualan bubur hingga mengangkat perekonomian mereka. Bahkan mewujudkan impian mereka untuk membangun pondok mengaji hingga pergi beribadah ke tanah suci.
Selain para pedagang bubur, ibu-ibu pedagang bumbu pelengkap bubur juga diuntungkan. Umumnya para ibu tersebut merupakan warga asli perkampungan berjumlah lima orang.
Mereka akan meracik dan menyiapkan bumbu bubur untuk dijual ke pedagang bubur, misalnya cabai, minyak, bawang merah, serta bumbu lainnya.
Salah satu ibu pedagang bumbu itu mengaku bahwa awalnya ia tidak tahu daerah tersebut merupakan tempat berkumpulnya para pedagang bubur bermotor. Kemudian, ia mulai memasok bahan-bahan pelengkap bubur kepada para pedagang hingga akhirnya usahanya bertumbuh bersama dengan pedagang tersebut.
Baginya, pertumbuhan tersebut menjadi berkah bagi usahanya karena ia mendapat target pasar tersendiri sekaligus dapat membantu orang lain dengan mempekerjakan mereka.
Bagaimana Kawan GNFI? Apakah Kawan tertarik mencoba bubur tersebut? Atau malah Kawan sudah menjadi pelanggan setia dari para pedagang bubur tersebut?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News