12 mei 2025 libur apa ini dia tradisi umat buddha dalam merayakan hari raya waisak - News | Good News From Indonesia 2025

12 Mei 2025 Libur Apa? Ini Dia Tradisi Umat Buddha dalam Merayakan Hari Raya Waisak

12 Mei 2025 Libur Apa? Ini Dia Tradisi Umat Buddha dalam Merayakan Hari Raya Waisak
images info

Apabila Kawan membuka kalender Mei 2025 akan menemukan satu tanggal merah yang jatuh pada hari Senin. Diantara Kawan tentunya ada yang penasaran, kira-kira Senin 12 Mei 2025 libur apa? Jawabannya adalah Hari Raya Waisak.

Hari Raya Waisak merupakan hari suci yang selalu diperingati oleh seluruh umat Buddha. Hari Raya Waisak tahun ini jatuh pada Senin, 12 Mei 2025, atau dalam kalender Buddhis dikenal sebagai tahun 2569 BE. Ini adalah salah satu hari libur nasional yang sudah ditetapkan sejak Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1983.

Meski begitu, bagi umat Buddha, ini bukan sekadar hari libur, melainkan panggilan spiritual untuk membersihkan batin, memperkuat komitmen terhadap Dharma, dan memperdalam penghayatan terhadap nilai-nilai Buddha.

Kegiatan menyambut Hari Raya Waisak tidak hanya dilakukan di vihara, tapi juga di lingkungan sosial, seperti membersihkan makam leluhur, melakukan puja bakti, hingga pentas kesenian dan perlombaan.

Namun, apa sih Hari Raya Waisak itu dan bagaimana sejarah dan tradisi yang dilakukan Umat Buddha saat Hari Raya Waisak? Yuk, kita simak penjelasan lengkap di bawah ini!

Apa Itu Hari Raya Waisak

Hari Raya Waisak merupakan hari untuk memperingati lahirnya Siddhartha Gautama atau juga dikenal sebagai sang Buddha. Buddha ialah gelar, yang berarti yang tercerahkan atau yang terbangun.

Setiap tahunnya, Hari Raya Waisak jatuh pada tanggal yang berbeda. Perayaan Hari Raya Waisak dilakukan pada bulan Purnama dan bergantung pada penandaan kalender Buddha atau Buddhist Era (BE).

Mengutip dari laman resmi Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI, penetapan Hari raya Tri Suci Waisak di Indonesia menggunakan metode Purnama-Sidhi berdasarkan perhitungan astronomi yang bersifat universal, ilmiah, dan modern.

Pada satu tahun perputaran Bumi mengitari Matahari berjumlah 365 hari. Sedangkan satu tahun lunar hanya 355 hari. Sehingga, terdapat perbedaan 10 hari setiap tahunnya.

Pada tahun kabisat lunar, dalam satu tahun terdapat 13 purnama. Pada saat itu, terdapat bulan Waisak ganda. Maka, perhitungannya berpatokan pada kalender lunar atau chandra Buddhis yang sudah menyesuaikan dengan perhitungan kalender Matahari atau solar-surya.

Sementara itu, Hari Raya Waisak merupakan salah satu hari besar agama Buddha atau yang disebut juga dengan Tri Suci Waisak. Umat Buddha kerap menyebut Hari Raya Waisak dengan Tri Suci Waisak karena pada hari raya tersebut memperingati tiga peristiwa penting yang terjadai di bulan Vesakha yang terjadi di saat bulan purnama.

Tiga peristiwa penting tersebut yakni:

  • Kelahiran Siddharta Gautama di Taman Lumbini tahun 623 SM, di mana kelahirannya disebut sebagai Bodhisattva atau calon Buddha.
  • Pencapaian penerangan sempurna oleh Petapa Gotama di bawah pohon Bodhi pada tahun 588 SM.
  • Wafatnya Buddha Gotama (Parinibbana) di Kusinara pada usia 80 tahun.

Pelaksanaan Hari Raya Waisak tidak hanya tradisi semata melainkan juga meneladai tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.

Baca Juga: Cuti Bersama Waisak 2025, Apakah Bank BCA, BNI, BRI, Mandiri Libur?

Sejarah Hari Raya Waisak

Hari Raya Waisak ialah festival yang dirayakan oleh umat Buddha di seluruh dunia untuk memperingati seorang Guru Agung bernama Buddha Gautama. Ia lahir sebagai seorang guru spiritual dari wilayah timur laut India yang meyakini bahwa kemewahan dan kekayaan tidak menjamin kebahagiaan sejati.

Siddhartha Gautama mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, yang kini menjadi tempat suci bagi umat Buddha di India. Dalam perjalanannya, ia menjalani kehidupan sebagai tunawisma dan belajar meditasi selama sekitar enam tahun.

Selama perjalanannya itu, Buddha mempraktikkan kehidupan asketis, yaitu hidup tanpa kenikmatan duniawi untuk mencapai keuntungan spiritual.

Setelah mencapai pencerahan sempurna, Buddha Gautama mengajarkan jalan menuju kebebasan dari ketidaktahuan, mengatasi nafsu, dan membebaskan diri dari penderitaan.

Selain itu, dari banyak hal baik yang dilakukan oleh Buddha Gautama setelahnya dapat menyentuh hati banyak orang. Tentunya dari hal ini banyak orang mengikutinya dan ajarannya tersebar di berbagai wilayah dengan India menjadi awal mula kemunculannya.

Tradisi yang Dilakukan Umat Buddha Saat Waisak

Umat Buddha memiliki beberapa tradisi yang umumnya dijalankan saat Hari Raya Waisak. Lantas, tradisi apa saja yang dilakukan umat Buddha saat Waisak? Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa tradisi yang biasa dilakukan umat Buddha saat Hari Raya Waisak.

Menerapkan Lima Sila Buddha

Hal ini bukan hanya dilakukan pada saat menyambut Hari Raya Waisak saja, tetapi juga diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Ada Lima Sila agama Buddha yang terdapat pada kitab Tripitaka dan harus dipatuhi. Adapun isi Lima Sila tersebut sebagai berikut.

  • Panatipata veramani sikkhapadang samadiyami

(Aku bertekad melatih menahan diri dari membunuh makhluk hidup)

  • Adidana veramani sikkhapadang samadiyami

(Aku bertekad melatih menahan diri dari mengambil barang yang tak diberikan)

  • Kamesumiccharacara veramani sikkhapadang samadiyami

(Aku bertekad melatih menahan diri dari perbuatan asusila)

  • Musavada veramani sikkhapadang samadiyami

(Aku bertekad melatih menahan diri dari bicara yang tidak benar)

  • Surameraya majjapamadattana veramani sikkhapadang samadiyami

(Aku bertekad melatih menahan diri dari tidak makan makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan)

Menyalankan Lilin dan Melepas Lampion

Perayaan hari Waisak memang diidentikan dengan cahaya, salah satunya, lilin. Pada saat Hari Raya Waisak, semua umat Buddha akan menyalankan lilin.

Lilin yang digunakan yakni, berupa lilin yang berbentuk bunga lotus. Lilin melambangkan pengusiran kegelapan dari dunia.

Sedangkan bunga lotus, karena bisa hidup di air yang keruh, maka diyakini dianggap dapat memperindah dunia. Selain itu, ada juga ritual melepas lampion yang kerap dilakukan di candi juga merupakan bagian dari perayaan Hari Raya Waisak.

Memandikan Patung Buddha di Wihara

Sebelum Hari Raya Waisak tiba, para umat Buddha melakukan ritual mandi. Mandi yang dimaksud yakni, membersihkan patung Siddharta (sang Buddha) yang bermakna mensucikan hati dan pikiran.

Tradisi ini dilakukan di Wihara, para umat yang hendak melakukannya harus antre dengan tertib. Saat prosesi memandikan patung Buddha juga diiringin doa yang dibacakan biksu.

Mengenakan Pakaian Putih

Warna putih melambangkan kesucian dan kemurnian hati. Tidak ada aturan khusus mengenai pakaian saat ibadah pada Hari Waisak, yang penting ialah mengenakan pakaian sopan serta tidak mencolok.

Tidak hanya itu, sebagian pemuka agama Buddha menyarankan umatnya untuk memakai baju warna putih yang artinya kemurnian dan kesucian. Hal itu sebagai bentuk penghormatan dan keseriusan dalam merayakan hari suci ini.

Mengibarkan Bendera Khas Buddha

Terdapat umat Buddha yang melaksanakan tradisi ini. Memang, tradisi ini dilakukan hanya pada saat hari Waisak saja. Di beberapa daerah, umat Buddha mengibarkan bendera Buddha di depan rumah.

Bendera ini mempunyai lima warna dengan makna mendalam. Warna-warna pada bendera ini diambil dari warna tubuh Sang Buddha. Gabungan dari kelima warna tersebut disebut dengan istilah "Prabhasvara," yang berarti bercahaya dengan sangat terang atau gemilang.

Baca Juga: 47 Ucapan Selamat Hari Raya Waisak 2025 Penuh Makna, Bahasa Inggris serta Untuk Teman dan Atasan

Demikian informasi seputar sejarah dan tradisi yang dilakukan Umat Buddha saat Hari Raya Waisak. Semoga bermanfaat!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
FH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.