Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K., mengumumkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengajukan Gunung Slamet sebagai taman nasional kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Langkah ini diambil untuk memperkuat upaya konservasi lingkungan di kawasan strategis tersebut.
"Surat pengajuan sudah kami sampaikan ke KLHK. Kita menunggu hasil evaluasi. Beberapa gunung lain seperti Lawu dan Merbabu sudah berstatus taman nasional, kini saatnya Slamet menyusul," ujar Gubernur dalam Musrenbangwil Eks Keresidenan Pekalongan dikutip dari laman humas.jatengprov.go.id.
Pengajuan ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Jawa Tengah 2026, yang menargetkan provinsi ini sebagai lumbung pangan nasional. Untuk mencapainya, kelestarian lingkungan—khususnya ketersediaan air—harus menjadi prioritas.
Gunung Slamet, Surga Keanekaragaman Hayati
Gunung Slamet (3.428 mdpl) merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan kedua di Pulau Jawa setelah Semeru. Kawasan ini menyimpan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa, menjadikannya calon kuat sebagai taman nasional.
Hutan Gunung Slamet terdiri dari berbagai zona vegetasi, mulai dari hutan hujan tropis di kaki gunung hingga hutan montana dan subalpin di puncaknya. Beberapa flora khas yang ditemukan menurut catatan KLHK antara lain:
- Puspa (Schima wallichii) dan Saninten (Castanopsis argentea) di zona bawah.
- Edelweis Jawa (Anaphalisjavanica) di ketinggian 2.000 mdpl ke atas.
- Raflesia rochussenii, bunga langka yang menjadi indikator ekosistem sehat
Baca juga Gunung Slamet: Fakta Sejarah, Flora Fauna, dan Tujuan Pendakian di Indonesia
Rumah bagi Fauna Endemik dan Langka
Gunung Slamet menjadi habitat bagi satwa liar yang dilindungi, seperti macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang berstatus
kritis, elang Jawa (Nisaetusbartelsi) yang menjadi simbol satwa langka Indonesia, owa Jawa (Hylobatesmoloch) dan Lutung kelabu (Trachypithecusauratus).
Selain itu, menurut LIPI (2022) Gunung Slamet juga menjadi habitat bagi berbagai jenis burung endemik seperti Cekakak sungai (Todirhamphuschloris) dan Murai batu (Kittacinclamalabarica).
Strategi Konservasi dan Dukungan Masyarakat
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng, Widi Hartanto, menyatakan bahwa kajian ilmiah telah dilakukan untuk mendukung pengajuan ini. Kawasan calon taman nasional mencakup lima kabupaten: Brebes, Tegal, Pemalang, Purbalingga, dan Banyumas.
Selain perlindungan ekosistem pegunungan, Gubernur juga mendorong program Mageri Laut (penahan abrasi) dan rehabilitasi mangrove di pesisir utara Jawa Tengah.
Di sisi lain, pegiat lingkungan Suwong menekankan bahwa ketersediaan air adalah kunci ketahanan pangan. Ia mengusulkan revitalisasi kawasan Sisik Naga, sebuah koridor hijau dari Gunung Prau hingga Slamet, sebagai daerah resapan air.
"Jika daerah tangkapan air rusak, target Jateng sebagai lumbung pangan bisa gagal. Sungai dan tanggul pantai juga harus dijaga," ujarnya.
Baca juga Mitos Letusan Gunung Slamet yang Akan Belah Pulau Jawa, Benarkah?
Referensi
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2023). Laporan Status Keanekaragaman Hayati Indonesia.
- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). (2022). Studi Biodiversitas Gunung Slamet.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News