Sumatra Barat menjadi salah satu daerah di Indonesia yang dikenal dengan keberagaman kulinernya. Salah satu jenis kuliner tradisional yang patut Kawan coba ketika berkunjung ke daerah ini adalah galamai.
Apakah Kawan pernah mencoba dan mencicipi cita rasa dari galamai ini sebelumnya? Sekilas makanan tradisional yang satu ini mirip dengan dodol yang bisa Kawan jumpai di beberapa daerah lainnya.
Meskipun demikian bagi masyarakat Minangkabau, galamai lebih dari sekadar makanan tradisional saja. Sebab kuliner yang satu ini memiliki makna yang mendalam, sehingga sering disajikan dalam beberapa acara penting yang ada di tengah masyarakat Minangkabau.
Lantas bagaimana pembahasan lebih lanjut terkait makanan tradisional yang satu ini? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut.
Mengenal Galamai
Galamai merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari daerah Sumatra Barat, khususnya Kota Payakumbuh. Bahkan bagi sebagian masyarakat, Payakumbuh juga dikenal dengan nama "Kota Galamai."
Akan tetapi, makanan tradisional ini tidak hanya bisa ditemukan di daerah itu saja. Kawan juga bisa menemukan galamai di beberapa daerah lain yang ada di Sumatra Barat, seperti Solok, Pariaman, Pasaman, dan sekitarnya.
Dilansir dari laman Genta Andalas, penamaan galamai sendiri merupakan singkatan dari kata "gulo" dan "amai". Kedua kata ini secara harfiah berarti "gula" dan "ibu" dalam bahasa Indonesia.
Selain itu, asal kata dari makanan tradisional ini diyakini juga berasal dari bahasa Minang lainnya, yakni "gelame". Dalam bahasa Indonesia, kata "gelame" ini berarti berlemak atau bertekstur kenyal.
Definisi ini merujuk kepada bentuk galamai yang kenyal ketika sudah matang.
Pada dasarnya, galamai merupakan kudapan yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar tepung ketan, gula aren, dan santan. Nantinya semua bahan ini akan dimasak dengan menggunakan sebuah tungku besar dalam waktu tiga hingga empat jam lamanya.
Ketika dimasak, adonan galamai lama-kelamaan akan menggumpal dan berwarna cokelat kehitaman. Hal inilah yang membuat galami mirip dengan dodol yang ada di daerah lainnya, baik secara tekstur maupun warnanya.
Nantinya adonan ini akan dipotong-potong ketika sudah dingin sebelum disajikan dan dinikmati.
Disajikan dalam Acara Penting
Meskipun menjadi salah satu makanan tradisional yang ada di Sumatra Barat, masyarakat Minangkabau menganggap galamai lebih dari sekadar kuliner saja. Sebab makanan tradisional ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Minangkabau.
Dikutip dari laman RRI, galamai menjadi salah satu makanan tradisional yang menjadi simbol penghulu dalam suku Minangkabau. Makanan tradisional ini menjadi simbol terhadap seseorang yang memiliki kebijaksanaan yang luas.
Selain itu, makanan ini juga menjadi simbol kelapangan hati dari seseorang. Hal ini sesuai dengan bentuk galamai yang terlihat lembut dan tidak mudah putus ketika ditarik secara langsung.
Tidak heran makanan tradisional ini bisa Kawan jumpai di beberapa acara penting yang ada di Sumatra Barat. Misalnya, galamai sering kali menjadi salah satu menu sajian yang dihidangkan dalam acara pesta adat, pernikahan, maupun hari besar lainnya.
Selain itu, galamai diketahui juga menjadi menu yang disajikan pada saat peresmian Kota Payakumbuh di masa lalu. Dinukil dari laman Padangkita, peresmian Kota Payakumbuh pada 1970 ditandai dengan pemotongan galamai oleh Amir Machmud yang menjadi Menteri Dalam Negeri Indonesia saat itu.
Meskipun demikian, Kawan tidak perlu menunggu momen-momen khusus terlebih dahulu untuk menikmati galamai. Pada saat ini, sudah banyak toko-toko yang menjual makanan tradisional khas Payakumbuh tersebut, baik untuk oleh-oleh maupun dikonsumsi secara langsung.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News