Maraknya degradasi lahan dan kerusakan hutan membuat pelestarian hutan menjadi isu yang semakin relevan. Masyarakat kini mulai menyadari bahwa menjaga hutan bukan tugas pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab bersama.
Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono, menyampaikan bahwa masyarakat saat ini memiliki peran penting dalam pengelolaan hutan. (15/06/2024)
Setiap kelompok masyarakat memiliki upaya masing-masing untuk menjaga hutan. Masyarakat modern melakukannya melalui kampanye reboisasi, edukasi, mendukung produk ramah lingkungan, dan banyak lagi. Sementara masyarakat adat melestarikan hutan melalui tradisi dan ritual yang mereka lakukan secara turun temurun.
Tradisi Kacuautang untuk Menjaga Hutan
Tradisi Kacuautang dilakukan oleh warga Kampung Adat Wundut, Desa Persiapan Pindu Wangga, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
Tradisi ini dilaksanakan untuk menjaga kelestarian hutan di sekitar mereka. Tidak hanya itu, mereka juga bertekad untuk menjaga mata air, lahan pertanian, peternakan, dan padang penggembalaan.
Tetua adat, Lunggi Randa, dalam wawancaranya dengan iNews mengatakan, “yang mendasari kami adalah wasiat turun-temurun dari leluhur yang perlu untuk dijaga secara berkelanjutan. Leluhur kami di masa lalu kompak untuk mempertahankan itu, kami pun demikian,” jelasnya sambil mengunyah sirih.
Perkataan Lunggi Randa menunjukkan bahwa kita perlu menyadari bahwa apa yang kita lakukan sekarang terhadap bumi akan menjadi warisan untuk generasi selanjutnya. Maka dari itu, kita harus menjaga alam ini untuk kehidupan aman dan nyaman anak cucu nanti.
Ritual Kacuautang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, dengan rangkaian persembahyangan yang mengikuti kepercayaan asli Sumba, yaitu aliran Marapu. Setelah ritual selesai, warga melanjutkannya dengan kegiatan reboisasi di hutan sekitar.
Tradisi ini memberi contoh yang patut kita teladani. Dalam upaya menjaga bumi, yang terpenting adalah konsistensi. Perubahan yang dilakukan secara konsisten akan memberikan dampak lebih besar daripada dengan aksi yang hanya gencar dilakukan di awal namun cepat berhenti.
Pantangan dan Kepatuhan pada Alam Melalui Tradisi Kacuautang
Setelah ritual Kacuautang, warga kampung dilarang untuk menebang pohon selama lima tahun kedepan, bahkan untuk keperluan membangun rumah adat sekalipun. Jika ada yang melanggar pantangan itu, maka diyakini akan terkena musibah seperti tersambar petir atau dipatok ular.
Pantangan tersebut mengajarkan bahwa ketika kita mengusik kehidupan hutan, seperti melakukan degradasi lahan tanpa kendali. Maka dampak buruk akan kembali kepada kita. Kita akan kehilangan sumber oksigen, meningkatnya perubahan iklim, hingga kepunahan keanekaragaman hayati.
Warga Kampung Wundut begitu menjaga hutan karena fungsinya yang vital sebagai sumber makan alternatif, bahan bangunan rumah adat, dan obat-obatan tradisional.
Menghormati Hutan Sebagai Sumber kehidupan
Lundi Rangga juga menyoroti berbagai kerusakan alam yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak menghargai kearifan lokal serta mengeksploitasi alam tanpa memikirkan kelestarian dan keberlanjutan.
“Hutan-hutan dirusak, buka lahan baru dengan cara dibakar dan juga pembakaran padang adalah perilaku yang tidak pantas ditiru. Kami di sini, kalau hutan adat hanya dimasuki untuk mencari ramuan obat tradisional atau kayu utama untuk membangun rumah adat. Itupun baru bisa masuk jika sudah diadakan rangkaian ritual memohon ijin,” jelasnya.
Dari situ, kita bisa memetik banyak pelajaran. Kita harus menghormati hutan sebagai sumber kehidupan. Tidak etis jika kita sudah dibantu oleh hutan untuk memenuhi kebutuhan, lalu justru merusaknya demi keserakahan dan kepentingan pribadi.
Kearifan seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat adat telah lebih dulu memahami prinsip keberlanjutan, bahkan sebelum istilah itu populer.
Tradisi seperti Kacuautang menjadi bukti bahwa solusi untuk krisis lingkungan tidak selalu datang dari teknologi canggih atau kebijakan besar.
Terpenting adalah masyarakat mampu memahami kewajiban untuk menjaga dan memanfaatkan alam secara bijak. Dengan itu, bersama-sama kita semua bisa merawat hutan, bahkan masa depan dunia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News