Zen Rachmat Sugito atau lebih dikenal dengan Zen RS adalah penulis dan jurnalis yang sudah dikenal lewat banyak karyanya, terutama lewat tema sepak bola. Banyak tulisan telah Zen buat dan tersebar di pelbagai media, mulai dari buku sampai artikel media online.
Salah satu magnum opus dari Zen Simulakra Sepakbola yang terbit pada 2016. Lewat buku kumpulan esai tersebut, ia memaparkan kondisi sepak bola lokal yang bertautan dengan ihwal sejarah, politik, dan kekuasaan.
Zen sedari kecil menyukai sepak bola, bahkan pernah bermimpi menjadi pemain. Namun, setelah melalui jalan panjang kehidupan, ia memilih karier sebagai penulis yang membuatnya dikenal sebagai esais andal di dunia literasi Indonesia.
Adapun perhatian Zen yang tinggi nan kritis terhadap sepak bola bisa menjadi peta pemikiran bagi orang banyak yang meminati olahraga populer ini. Salah satu isu yang dikritisinya ialah program naturalisasi pemain yang semakin digalakkan PSSI setiap tahunnya. Menariknya, Zen menilai langkah tersebut sebagai tanda kegagalan bangsa dalam memfasilitasi masyarakat untuk berolahraga.
Tanda Kegagalan
Sepak bola Indonesia berupaya maju dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu yang paling kentara ialah program menaturalisasi pemain agar bisa memperkuat Timnas Indonesia. Harapannya, para pemain keturunan yang lahir dan besar di luar negeri bisa memberi kontribusi besar membawa tim nasional berprestasi di panggung internasional.
Sampai Februari 2025, tercatat sudah ada lebih dari 50 pemain sepak bola asing mendapat status warga negara Indonesia (WNI). Ada yang dinilai sukses, tapi tak jarang pula dicap belum atau gagal memberi sumbangsih bagi negeri.
Fan sepak bola Indonesia lantas kerap terbagi dua kubu terkait program naturalisasi ini, pro dan kontra. Bagi mereka yang kontra, sejumlah alasan dikemukakan mulai dari menghambat perkembangan pemain lokal, mengurangi identitas nasional, sampai menilai cara tersebut terlampau instan demi menaikkan mutu sepak bola nasional.
Adapun Zen RS memiliki tanggapan lain mengenai maraknya program naturalisasi pemain. Ia menilai ini adalah tanda kegagalan bangsa Indonesia mengolahragakan masyarakat.
“Naturalisasi jelas adalah kegagalan bukan hanya federasi, buat saya kegagalan bangsa ini untuk melahirkan masyarakat yang cukup sehat untuk berinteraksi satu sama lain,” ucap Zen kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Menurut Zen akan sangat sulit tim nasional yang baik bisa terbentuk karena semua orang tak begitu peduli dan sadar elemen-elemen terpenting dalam sepak bola. Misalnya soal lapangan yang menurutnya banyak “disulap” menjadi perumahan sehingga aktivitas sepak bola di masyarakat umum menjadi kian minim dari tahun ke tahun. Kemudian urusan mental bobrok di sekolah sepak bola (SSB) di mana orang tua gemar mengusahakan anaknya menjadi starter juga disinggungnya. Tak lupa pula, Zen memberi sindiran kepada pemerintah yang dianggap belum benar-benar serius memberi dukungan lewat infrastruktur agar masyarakat aman, nyaman, dan cuma-cuma demi berolahraga.
“Negara tidak cukup peduli membangun infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat untuk berolahraga. Federasi enggak pernah beresin persoalan-persoalan fundamentalnya. Jadi kalau ditanya pendapat saya tentang naturalisasi hari ini adalah kegagalan kita sebagai bangsa untuk menciptakan masyarakat yang sehat. Masyarakat sehat yang sehat ukurannya apa? Yang bisa menikmati hobinya, bisa menikmati minatnya dengan baik,” ucapnya.
Potensi Indonesia menjadi negara sepak bola yang besar sesungguhnya ada, apa lagi dengan jumlah penduduk mencapai angka hampir 300 juta. Namun, Zen menegaskan populasi tidak bisa dijadikan tolok ukur semata karena yang terpenting adalah fokus ke pencarian bakat (talent pool) dengan cara lebih terstruktur di banyak tempat.
“Persoalannya adalah talent pool bukan jumlah populasi kita berapa juta,” ujar Zen.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News