menilik potensi hilirisasi rumput laut komoditas maritim dengan peluang ekonomi besar - News | Good News From Indonesia 2025

Menilik Potensi Hilirisasi Rumput Laut, Komoditas Maritim dengan Peluang Ekonomi Besar

Menilik Potensi Hilirisasi Rumput Laut, Komoditas Maritim dengan Peluang Ekonomi Besar
images info

Indonesia punya ‘emas hijau’ di lautannya. Namun tanpa hilirisasi, nilainya bisa menguap begitu saja.

Di tengah gencarnya upaya pemerintah mendorong transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam, rumput laut muncul sebagai komoditas strategis yang siap naik kelas.

Komoditas laut ini tidak hanya menjanjikan dari sisi volume produksi, tetapi juga menyimpan potensi nilai tambah yang luar biasa besar jika dimaksimalkan melalui hilirisasi.

Targetnya pun tidak main-main, pasar global senilai USD11,8 miliar pada 2030.

Namun tantangannya cukup kompleks. Saat ini, Indonesia masih lebih banyak mengekspor rumput laut dalam bentuk kering. Menurut data Kementerian Perindustrian, hampir 67 persen ekspor rumput laut Indonesia masih berupa bahan mentah.

Padahal, industri produk turunan seperti bioplastik, farmasi, nutraseutikal, hingga tekstil membuka peluang ekonomi jauh lebih besar dan berkelanjutan.

 

Dominasi Ekspor Mentah, Hilirisasi Jadi Kunci

Hingga saat ini, mayoritas ekspor rumput laut Indonesia masih dalam bentuk kering. Data Kemenperin mencatat, 66,61 persen ekspor rumput laut Indonesia merupakan bahan mentah, sementara hanya 33,39 persen yang sudah diolah menjadi produk seperti karagenan atau agar-agar.

Padahal, potensi nilai tambah dari produk turunan rumput laut sangat besar. Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menyebutkan bahwa rumput laut bisa diolah menjadi bioplastik, biostimulan, pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, hingga tekstil.

"Inovasi produk, restrukturisasi mesin industri, dan sinergi lintas sektor adalah langkah kunci untuk mendorong hilirisasi ini," ujar Putu.

 

Luas Lahan Budidaya Masih Minim

Secara geografis, Indonesia punya keunggulan sebagai negara tropis yang memungkinkan budidaya rumput laut sepanjang tahun. Namun, dari 12 juta hektare lahan laut yang dialokasikan, baru sekitar 102.000 hektare yang dimanfaatkan untuk budidaya.

Ketika masih menjabat sebagai Menko Maritim dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, menjelaskan bahwa budi daya rumput laut skala besar bisa membawa dampak ekonomi langsung.

"Lahan 100 hektare saja dapat menyerap 100 hingga 150 tenaga kerja, menghasilkan hingga 15.000 ton rumput laut basah per tahun, dan menarik investasi sebesar USD2–2,5 juta," terangnya.

 

Proyek Percontohan dan Dukungan Global

Langkah nyata juga telah dimulai. Kementerian Kelautan dan Perikanan meluncurkan proyek percontohan budidaya rumput laut skala besar di Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB. Proyek ini bertujuan mengembangkan model budidaya modern yang efisien dan berkelanjutan.

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan produk turunan berbasis rumput laut, mulai dari biofuel hingga plastik biodegradable. Tujuannya, agar industri tidak hanya menjadi pengolah, tapi juga pelaku utama inovasi.

 

 

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.