Indonesia patut berbangga! Beberapa dekade lalu, seorang diplomat ulung kebanggaan RI, Soedjatmoko, ternyata pernah ditunjuk sebagai seorang rektor di United Nations University.
United Nations University (UNU) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah sebuah kampus di bawah bendera PBB yang didirikan dengan tujuan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah global, utamanya yang berkaitan dengan pembangunan dan kesejahteraan manusia.
Demi mewujudkan misi tersebut, UNU menggandeng deretan universitas dan lembaga penelitian termasyhur dari negara-negara anggota PBB. UNU menawarkan studi lanjutan atau program pascasarjana, baik untuk sarjana yang baru lulus maupun yang sudah berpengalaman.
Berkantor pusat di Jepang, pembentukan UNU awalnya diinisiasi oleh Sekretaris Jenderal PBB, U Thant, di tahun 1969. Saat itu, petinggi PBB asal Myanmar ini mengusulkan pembentukan Universitas PBB yang memiliki karakter internasional dan mengabdikan diri untuk perdamaian dan kemajuan dunia.
United Nations University: Selayang Pandang
Usulan U Thant ditanggapi serius oleh Majelis Umum PBB. Tak lama, mereka mengadakan studi kelayakan dan menunjuk para panel ahli untuk bekerja dengan UNESCO dalam mengkaji potensi pembangunan lembaga pendidikan tersebut.
Kemudian, panel menyerahkan laporan kepada Dewan Ekonomi dan Sosial PBB di bulan September 1972. Tiga bulan setelahnya, Majelis Umum mengadopsi keputusan untuk mendirikan UNU, di mana kampus ini juga menjadi universitas internasional pertama di dunia.
Menariknya, Jepang mengajukan diri dan bersedia untuk menyumbang dana senilai US$100 juta untuk dana abadi UNU, yang mana Tokyo juga dipilih sebagai lokasi utama kampus ini. Akhirnya, pada 20 Januari 1975, UNU diresmikan.
Menukil dari unu.edu yang dikelola oleh United Nations University, program prioritas pertama UNU di antaranya, kelaparan dunia, sumber daya alam, serta pembangunan manusia dan sosial.
Bidang tersebut terus disempurnakan dan dikembangkan sampai empat dekade berikutnya. Pada akhirnya, UNU memiliki beberapa kelompok tematik yang menjadi fokus utama pembelajaran dan penelitian, yakni perdamaian dan keamanan, perubahan sosial dan pembangunan ekonomi, serta lingkungan, iklim, dan energi.
Kawan GNFI, meskipun memiliki kantor pusat di Tokyo, UNU mempunyai beberapa lembaga lain yang berlokasi di berbagai negara di dunia. Namun, tentu saja sistem UNU secara menyeluruh tetap dikoordinasikan melalui kantor pusatnya di Negeri Sakura.
Berikut adalah lembaga UNU di seluruh dunia:
- UNU Centre – Tokyo, Jepang
- UNU Centre – Putrajaya, Malaysia
- The UNU Vice-Rectorate in Europe (VIE) – Bonn, Jerman
- The UNU Biotechnology Programme for Latin America and the Caribbean (BIOLAC) – Caracas, Venezuela
- The UNU Centre for Policy Research (CPR) – New York, Amerika Serikat
- The UNU Operating Unit on Policy-Driven Electronic Governance (EGOV) – Guimaraes, Potugal
- The UNU Institute for Environment and Human Security(EHS) – Bonn, Jerman
- The UNU Institute for Integrated Management of Material Fluxes and of Resources (FLORES) – Dresden, Jerman
- The UNU Institute for the Advanced Study of Sustainability (IAS) – Tokyo, Jepang
- The UNU International Institute for Global Health (IIGH) – Kuala Lumpur, Malaysia
- The UNU Institute for Natural Resources in Africa (INRA) – Accra, Ghana
- The UNU Institute for Water, Environment and Health (IWEH) – Hamilton, Kanada
- The UNU Institute in Macau – Macau, Tiongkok
- The Maastricht Economic and Social Research Institute on Innovation and Technology (MERIT) – Maastricht, Belanda
- The UNU World Institute for Development Economics Research (WIDER) – Helsinki, Finlandia
UNU dan Soedjatmoko, Si Diplomat Ulung yang Punya Kiprah Mentereng di PBB
Sosok Soedjatmoko mungkin tidak asing bagi segelintir orang. Ia merupakan seorang intelektual yang berjasa dalam sejarah diplomasi Indonesia.
Sebagai seorang intelek, ia memiliki banyak sekali karya-karya yang dikemas dalam buku, jurnal, hingga artikel yang menyoroti berbagai bidang, seperti politik dan pembangunan.
Pria yang akrab disapa Bung Koko ini pernah menjadi delegasi Indonesia di Sidang PBB pada 1947. Bahkan, saat itu usianya baru menginjak 25 tahun.
Kiprahnya di PBB sangat mentereng. Ia merupakan sosok yang lantang menyuarakan penderitaan rakyat Indonesia semasa penjajahan. Bung Koko juga menyakinkan negara-negara lain untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Melalui archieve.unu.edu, ia pernah menjadi anggota delegasi Indonesia di Dewan Keamanan PBB pada 1947-1950 dan Wakil Tetap Alternatif Delegasi Indonesia di PBB pada 1950-1951. Tahun 1966, Soedjatmoko menjabat sebagai Wakil Ketua Delegasi Indonesia di Majelis Umum PBB.
Melalui membacasoedjatmoko.com, disebutkan jika ia pernah menjadi dosen tamu di Cornell University pada 1961-1963. Kemudian, pada 1971, ia diangkat menjadi Duta Besar RI untuk Amerika Serikat.
Kawan GNFI, pada tahun 1980, Soedjatmoko resmi dipilih sebagai rektor kedua United Nations University, menggantikan James M. Hester yang ditunjuk pada 1974. Pada masa kepemimpinannya ini, UNU-WIDER, lembaga penelitian dan pelatihan UNU yang pertama, didirikan di Helsinki pada Maret 1985.
Sejak saat itu, UNU terus berkembang hingga akhirnya memiliki belasan lembaga yang tersebar di berbagai negara. Bung Koko sendiri menjabat selama kurang lebih tujuh tahun sebelum akhirnya berhenti pada 30 Maret 1987.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News