Indonesia memasang target ambisius dalam lima tahun ke depan, yakni pertumbuhan ekonomi hingga 8% pada 2029.
Namun, pencapaian ini bukan sekadar angka, melainkan hasil dari mesin ekonomi yang harus bekerja lebih efisien dan kompetitif. Salah satu elemen kunci yang akan berperan besar adalah kawasan industri.
Sebagai pusat aktivitas manufaktur dan investasi, kawasan industri bukan sekadar kumpulan pabrik, tetapi ekosistem industri yang menentukan masa depan industrialisasi Indonesia.
Saat ini, sudah ada berbagai kawasan industri di berbagai daerah. Namun, belum semuanya memiliki daya saing yang cukup kuat untuk menarik investasi besar dan mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target yang telah ditetapkan.
Industri Pengolahan, Mesin Utama yang Harus Berlari Lebih Cepat
Sektor industri pengolahan nonmigas masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dengan kontribusi 17,16% terhadap PDB nasional dan pertumbuhan 4,75% pada 2024.
Namun, agar ekonomi tumbuh hingga 8%, sektor ini harus bekerja lebih efisien. Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menekankan bahwa kawasan industri tidak boleh hanya menjadi lokasi produksi, tetapi juga pusat inovasi yang mendorong produktivitas nasional.
“Saat ini, kita memiliki 168 kawasan industri yang beroperasi. Kita perlu memastikan daya saing dan investasi terus meningkat agar dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029,” ungkap Faisol.
Oleh karena itu, pemerintah menargetkan kawasan industri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis teknologi dan hilirisasi industri.
Mengapa Daya Saing Kawasan Industri Masih Tertinggal?
Meskipun potensinya besar, masih banyak tantangan yang menghambat daya saing kawasan industri di Indonesia. Salah satunya adalah proses perizinan yang masih rumit.
Digitalisasi sistem perizinan seperti AMDALNET telah diterapkan untuk mempercepat persetujuan lingkungan, tetapi integrasi antar-kementerian masih menjadi kendala.
Farid Mohammad dari Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa sistem ini belum sepenuhnya terintegrasi dengan platform perizinan lain.
“Kami terus mengoptimalkan digitalisasi agar persetujuan lingkungan lebih cepat tanpa mengorbankan aspek keberlanjutan,” ujarnya.
Selain itu, ketersediaan air baku yang belum optimal juga menjadi masalah. Banyak kawasan industri masih bergantung pada air tanah, yang dalam jangka panjang bisa berdampak buruk pada lingkungan.
Dari sisi regulasi, kepastian hukum bagi investor masih menjadi tantangan. Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI), Sanny Iskandar, menekankan bahwa reformasi regulasi dan birokrasi sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tarik investasi.
“Kawasan industri harus menjadi pusat industrialisasi yang kuat. Kemitraan antara pemerintah, manufaktur, dan sektor keuangan akan mempercepat transformasi industri yang lebih kompetitif,” katanya.
Faktor eksternal seperti gejolak ekonomi global juga memengaruhi daya saing kawasan industri. Sehingga pemerintah perlu menyusun kebijakan yang lebih responsif terhadap perubahan global agar daya tarik investasi di kawasan industri tetap kuat.
Langkah Meningkatkan Daya Saing Kawasan Industri
Membangun kawasan industri yang lebih kompetitif bukan sekadar wacana, tetapi membutuhkan langkah konkret.
Digitalisasi dan penyederhanaan perizinan menjadi prioritas utama agar proses persetujuan lebih cepat dan transparan. Selain itu, infrastruktur seperti listrik, air, dan akses transportasi harus diperbaiki agar mendukung kelancaran operasional industri.
Kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta juga perlu diperkuat. Sanny Iskandar menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan sektor keuangan untuk mempercepat pengembangan kawasan industri.
Di sisi lain, peningkatan kualitas tenaga kerja juga harus menjadi perhatian. Pendidikan vokasi yang lebih terintegrasi dengan kebutuhan industri akan memastikan bahwa tenaga kerja yang tersedia benar-benar siap pakai dan mampu bersaing.
Dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah perlu memberikan insentif yang lebih menarik bagi investor. Ketua Umum HKI menegaskan bahwa insentif yang tepat, seperti kemudahan perizinan dan akses pembiayaan, akan membuat kawasan industri Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara lain.
Kawasan industri harus menjadi pusat industrialisasi yang kuat. Kemitraan antara pemerintah, manufaktur, dan sektor keuangan akan mempercepat transformasi industri yang lebih kompetitif,” ujarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News