Kue dari rumput laut? Yap, Kawan nggak lagi salah denger, karangan merupakan kue khas Bantul yang saat ini mulai langka dan terbuat dari rumput laut.
Bantul, sebuah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak hanya dikenal karena keindahan alam dan budayanya, tetapi juga karena kekayaan kuliner tradisionalnya. Salah satu kuliner khas yang unik dan mulai langka yaitu, kue karangan yang merupakan kudapan tradisional yang terbuat dari rumput laut. Meski namanya mungkin belum banyak dikenal, karangan memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam budaya masyarakat Bantul.
Kondisi geografis Kabupaten Bantul yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia ini memberikan Bantul akses ke berbagai sumber daya laut, termasuk rumput laut yang menjadi bahan baku karangan.
Selain karangan, Bantul juga dikenal dengan berbagai kuliner tradisional lainnya seperti gudeg manggar, sate klathak, dan mie lethek. Keberagaman kuliner ini mencerminkan kekayaan budaya dan kreativitas masyarakat Bantul dalam mengolah bahan pangan lokal. Namun, karangan menjadi salah satu kuliner yang menjadi perhatian, karena keberadaannya yang hampir punah.
Karangan Sebagai Salah Satu Kuliner Tradisional Khas Kretek, Bantul
Karangan adalah salah satu olahan rumput laut yang menjadi kudapan khas Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Sayangnya, makanan lokal ini semakin langka dan hanya bisa ditemukan di beberapa pasar tradisional, seperti Pasar Turi setiap pasaran Pahing, Pasar Celep, dan Pasar Ngangkruksari, yang semuanya berada di Kretek, Bantul.
Saat ini, jumlah produsen kue karangan pun semakin berkurang. Salah satu pembuat yang masih bertahan adalah seorang wanita berusia 64 tahun bernama Rukidem. Ia masih meneruskan tradisi keluarga yang telah turun-temurun dalam membuat dan menjual karangan. Hingga kini, usahanya telah memasuki generasi keempat.
"Dulu, setidaknya ada sekitar 50 orang di desa yang membuat karangan," kenang Yatno, suami Rukidem. "Sekarang, mencari bahan bakunya saja susah," lanjut Yatno yang dikutip dari yogyes.com.
Penyebab Karangan Langka dan Sulit Ditemukan
Hingga saat ini, karangan masih sulit ditemukan, di Pasar Turi hanya terdapat satu penjual. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan karangan menjadi langka:
Sulitnya Mendapatkan Bahan Baku
Rumput laut yang digunakan untuk membuat karangan biasanya tumbuh di sekitar batu karang saat air laut surut. Namun, ketersediaannya sangat terbatas dan hanya musiman. Kemudian, untuk mendapatkan rumput laut yang berkualitas baik, produsen karangan harus mencari hingga ke daerah Cilacap atau Pulau Nusakambangan.
"Mencari rumput lautnya kalau kemarau. Kalau nggak kemarau, nggak musim," ujar Rukidem yang dikutip dari yogyes.com.
Oleh sebab itu, Rukidem biasanya akan membeli rumput laut dalam jumlah banyak, kemudian dikeringkan, dan disimpan sebagai stok bahan baku karangan. Proses pengeringan ini akan membantu rumput laut bertahan selama tiga tahun.
Proses Pembuatan yang Rumit dan Memakan Waktu
Pembuatan kudapan ini juga tidak mudah, lho! Prosesnya panjang dan membutuhkan ketelitian tinggi. Mulai dari pengeringan, pemilahan dan pembersihan rumput laut dari kotoran yang menempel. Serta metode memasak yang tradisional membutuhkan waktu yang cukup lama.
Perubahan Selera dan Munculnya Kuliner Kekinian
Perkembangan zaman membawa berbagai kuliner baru yang lebih menarik dan praktis. Hal ini menjadi salah satu penyebab kuliner tradisional seperti karangan kurang diminati, terutama generasi muda. Sehingga permintaan kue karangan menurun, dan produksinya semakin sedikit.
Meski semakin langka, upaya untuk melestarikan kue karangan tetap perlu dilakukan. Dengan memperkenalkan kembali kuliner ini kepada generasi muda serta mendukung para produsen lokal, diharapkan karangan dapat tetap eksis dan tidak punah. Apakah kamu tertarik mencicipi kue unik ini, Kawan?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News