tradisi ruwahan warisan leluhur menyambut datangnya ramadan di yogyakarta - News | Good News From Indonesia 2025

Tradisi Ruwahan, Warisan Leluhur Menyambut Datangnya Ramadan di Yogyakarta

Tradisi Ruwahan, Warisan Leluhur Menyambut Datangnya Ramadan di Yogyakarta
images info

Berbicara tentang tradisi menyambut Ramadan, di Jawa terdapat satu tradisi yang dinamakan dengan ruwahan. Penamaan inidiambil dari bahasa Arab yang artinya “arwah”. Tradisi ini umumnya dirayakan setahun sekali di bulan Syakban pada tepat pertengahan bulan.

Beberapa tokoh sejarawan Islam di Jawa beranggapan kalau tradisi ini berkaca kepada tradisi di negeri Yaman yang dilakukan rutinn setiap tahunnya di waktu yang sama. Di Indonesia sendiri, tradisi ruwahan sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu karena masyarakat umum menganggap tradisi ini sebagai warisan budaya yang harus tetap berjalan.

Mau tahu bagaimana cerita bagaimana keberlangsungan tradisi ini? Bagaimana rangkaian acaranya, tujuan dan nilai moral yang terkandung, hingga hukumnya menurut agama Islam? Yuk! Mari memahami tradisi ini lebih banyak bersama!

Mengenal Arti Ruwahan

Di tanah Jawa, tradisi ini juga dikenal dengan “Ngluru Arwah”. Ngluru sendiri sebenarnya bahasa Jawa dari membungkuk mencari sesuatu di bawah. Namun, Di Jawa, postur membungkuk adalah gesture dari menghormati yang lebih tua.

Dari nama tradisi inilah tergambar, kalau ruwahan atau ngluru arwah adalah tradisi penghormatan terhadap leluhur atau nenek moyang yang ditujukan untuk mendoakan sehingga nenek moyang dan kerabat yang telah meninggal ditempatkan di sisinya dan mendapat penghapusan dosa.

Rangkaian Acara

Tak hanya mendoakan, rangkaian tradisi ruwahan memiliki runtutan dan terdiri dari beberapa acara lagi. Bahkan makanan yang disajikan pada tradisi ini juga. Berikut adalah beberapa acara yang dilakukan ketika tradisi ruwahan

  • Membersihkan Makam

Acara pertama ialah membersihkan makam leluhur atau kerabat seperti meratakan tanah, mencabut lumpur liar hingga mencuci batu nisan. Yang kemudian diakhiri dengan menaburkan kembang 

  • Doa Bersama

Beberapa doa yang biasanya dibacakan adalah kalimah-kalimah thayyibah, seperti shalawat Nabi, istighfar, tahmid, tahlil, tasbih, dan ayat-ayat Al qur’an, yang sangat dianjurkan banyak membacanya.

  • Makan Bersama

Terakhir acara ditutup dengan makan bersama sebagai rasa syukur atas berjalannya tradisi dan berjalannya yang sesuai ajaran agama serta tidak merubah tradisi. Makan bersama ini bisa dilakukan di makam atau disaat pulang dari makam.

Walau tidak ditentukan atau diwajibkan, ketan, apem, dan kolak biasanya selalu ada dalam menu sajian makan bersama karena ketiga hidangan ini dirasa memiliki filosofi yang sejalan dengan ruwahan.

Tujuan dan Nilai dari Ruwahan

Selain mendoakan, tradisi ini adalah bentuk rasa syukur dari masyarakat Jawa atas kelimpahan dan rezeki yang diberikan selama setahun terakhir. Kemudian momen sebelum Ramadan dianggap waktu yang tepat untuk mensucikan diri.

Berjalannya tradisi juga ini diharapkan untuk menjaga warisan yang lama ada sehingga tidak terlupakan karena masuknya budaya luar dan perkembangan zaman, di mana tradisi ini juga sebagai bentuk menjaga silaturahmi antar keluarga yang terbentuk disepanjang acara.

Ruwahan Menurut Ajaran Islam

Dikutip dari Jatengdaily, Apabila kegiatan itu tidak mengharuskan ibadah mahdhah serta tidak menyalahi aqidah (tidak musyrik), maka tidak termasuk bidah yang dilarang. Walau tidak pernah dilakukan di zaman Nabi, tetapi jika melihat adanya doa dan selawat yang dibacakan untuk kepetingan diri sendiri dan orang lain, maka tradisi ini bisa dibilang dianjurkan meski sebenarnya hal ini bisa dilakukan setiap waktu.

Ramadan di Entikong, Tradisi Unik Perbatasan Indonesia-Malaysia

Kini, tradisi ruwahan masih dilaksanakan bahkan dikembangkan menjadi acara besar di beberapa daerah seperti Festival Ruwahan ke-13 di Ndalem Pakuningratan pada 22 Februari 2025 lalu, di Gunungkidul pada 20 Februari 2025 dan doa lintas agama di Kemantren Umbulharjo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.