nyi mas rara santang kisah hebat perempuan pensyiar agama islam di cirebon - News | Good News From Indonesia 2025

Nyi Mas Rara Santang, Kisah Hebat Perempuan Pensyiar Agama Islam di Cirebon

Nyi Mas Rara Santang, Kisah Hebat Perempuan Pensyiar Agama Islam di Cirebon
images info

Nyi Mas Rara Santang atau perempuan dengan nama lain Syarifah Mudaim dan Babu Dampul, adalah figur berjasa dalam mensyiarkan agama Islam khususnya di Cirebon. Ia merupakan sosok ibu dari Sunan Gunung Jati, seorang anggota Wali Sanga dan Sultan Cirebon.

Nah, berikut Good News From Indonesia himpun kisah Nyi Mas Rara Santang, putri keturunan Pajajaran yang berjasa membatu mensyiarkan agama Islam di Cirebon. Simak selengkapnya ya, Kawan!

Kisah Nyi Mas Rara Santang

Dalam penelitian milik Fatimah (2012) disebut bahwa Nyi Mas Rara Santang merupakan seorang putri keturunan dari Prabu Siliwangi, raja kerajaan Pajajaran dan Nyi Mas Ratu Subang Keranjang. Kakak laki-lakinya bernama Raden Walangsungsang Cakrabuana atau Ki Samadullah.

Baca Juga: Legenda Situ Patenggang, Saksi Bisu Kisah Cinta Prabu Kian Santang

Dijelaskan pula bahwa perjalanan Rara Santang dalam memeluk Islam tidak bisa dibilang mudah. Ia menyusul langkah kakaknya untuk keluar dari istana, mengembara ke sana ke mari, sampai akhirnya bersama dengan kakak laki-laki dan kakak iparnya membaca kalimat syahadat dengan dituntun oleh Syekh Nurjati di Gunung Jati.

Tiga tahun pasca belajar pada Syekh Nurjati dan dianggap cukup, Rara Santang berangkat haji ke Mekah bersama kakaknya. Sementara itu, kakak iparnya, Nyi Endang Ayu, tidak dapat pergi karena sedang mengandung. Di Mekah keduanya kemudian berguru dengan Syekh Abulyazid.

Sebelum diberi saran untuk berhaji di Mekah oleh Syekh Nurjati, Rara Santang bersama sang kakak dan kakak ipar sempat mendirikan sebuah padukuhan yang letaknya di sebelah selatan Gunung Jati atau tepatnya di Kebon Pasir, Lemah Wungkuk. Sehari-harinya Rara Santang bersama kakak iparnya bekerja menumbuk udang kecil atau rebon untuk kemudian dibuat terasi, sementara kakaknya pergi membabat hutan saat siang dan mencari ikan di tepi laut kala malam. Padukuhan itu berkembang pesat dan kemudian diberi nama Gerage.

Saat berada di Mekah, Nyi Mas Rara Santang menikah dengan suaminya yang bernama Sultan Iskak atau Raja Syarif Abdullah, seorang raja di Mesir. Kala itu sang raja diberitahu bahwa ada seorang perempuan yang mirip dengan almarhum istrinya, lantas raja mengundang Rara Santang dan Walangsungsang ke istana. Saat dipinang sendiri, Rara Santang memberikan persyaratan agar jika kelak dirinya melahirkan anak laki-laki, anak tersebut diperkenankan pulang ke Jawa guna berdakwah dan menjadi wali. Syarat ini disanggupi Sultan Iskak dan keduanya kemudian menikah.

Dari pernikahan itu, Nyi Mas Rara Santang melahirkan dua anak laki-laki yang diberi nama Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Suaminya meninggal tak lama pasca kelahiran anak kedua mereka.

Setelah kedua anaknya tumbuh dewasa, Syekh Syarif Hidayatullah kemudian menjadi anggota Wali Sanga, sementara Syarif Nurullah naik tahta menjadi raja di Mesir menggantikan sang ayah.

Peran Nyi Mas Rara Santang tidak hanya sebatas dengan melahirkan putra yang kelak berperan besar dalam penyebaran Islam di pulau Jawa. Dalam kehidupannya, ia punya tekad tinggi untuk mendalami ilmu agama Islam, berperan besar menjadi guru yang mendidik, mengarahkan, sampai memberi dukungan anak-anak untuk mendalami nilai-nilai Islam serta menyebarkan ajarannya. Putranya, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati kemudian menjadi salah satu pembesar Islam yang begitu dihormati. Ia berdakwah tidak hanya di wilayah Kesultanan Cirebon, tetapi juga sampai ke Banten.

Ia pun merupakan ibu yang lembut dan penuh kasih, ketika Sunan Gunung Djati hendak bertolak kembali ke Jawa, Rara Santang membekali putranya dengan uang senilai seribu dinar serta tasbih peninggalan sang raja. Ia juga menyuruh Syarif Hidayatullah membawa serta para pengawal, tetapi hal ini ditolak oleh sang putra. Selain itu, Rara Santang juga menyelipkan nasihat bijak untuk putranya.

Nyi Mas Rara Santang sendiri diceritakan kemudian juga ikut bertolak ke Jawa setelah bertahun-tahun berpisah dengan putranya, menghabiskan usia senjanya di Gunung jati sampai kemudian ajal menjemputnya.

Makam Nyi Mas Rara Santang

Nyi Mas Rara Santang disemayamkan di pemakaman Gunung Sembung, di dalam gedung teratas dan makamnya berada di urutan ke empat dari arah barat ke timur.

Makam Nyi Mas Rara Santang berada di desa Jayakerta, kecamatan Jayakerta, Karawang, Jawa Barat. Makam sosok hebat ini masih dijadikan tempat berziarah oleh masyarakat, bahkan juga sering didatangi masyarakat di luar daerah dari mulai Jawa Tengah, Jawa Timur, termasuk peziarah dari Aceh yang ada di ujung barat Indonesia.

Sekian artikel seputar kisah Nyi Mas Rara Santang dan bagaimana jasanya dalam penyebaran Islam di Cirebon.

Nikmati berbagai update terbaru dan gratis seputar topik religi dan sejarah hanya di Good News From Indonesia!

Baca juga: Prabu Siliwangi dan Sejarah Berseminya Islam di Tatar Sunda

 

REFERENSI

Dihimpun dari berbagai sumber.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
AD
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.