Indonesia dikaruniai dengan beragam jenis flora dan fauna yang unik serta pemandangan alam yang memukau. Berkat kekayaan biodiversitasnya ini, Indonesia dikenal sebagai Surga di Bumi atau Heaven of Earth.
Salah satu spesies fauna yang menarik perhatian internasional adalah owa. Owa merupakan primata khas Asia Tenggara yang hidup di hutan hujan tropis. Dari total 20 spesies owa yang ada di dunia, 9 spesiesnya dapat ditemukan di Indonesia, loh, Kawan GNFI.
Banyak orang yang beranggapan bahwa owa adalah sejenis monyet. Namun, dilansir dari Gibbonnesia.id, owa termasuk dalam kategori kera karena mereka tidak memiliki ekor.
Ditambah lagi, owa adalah hewan arboreal, yang berarti sebagian besar aktivitas mereka, seperti mencari makanan, bersosialisasi, dan tidur, dilakukan dengan bergelantungan di pepohonan.
Habitat owa di Indonesia dapat ditemukan di Pulau Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, dan seluruh spesiesnya dilindungi oleh hukum. Nah, Kawan, untuk itu kita cari tahu, yuk, habitat owa menurut pulau-pulau di Indonesia!
Pulau Sumatra
Habitat owa yang dikenal di pulau ini terdiri dari empat macam spesies yakni:
Owa siamang (Symphalagus syndactylus) dikenal dengan ukurannya yang paling besar serta bulu berwarna hitam, serupa dengan owa bilau.
Area mulutnya tertutup dengan rambut, dan baik jantan maupun betina memiliki kantung suara yang dapat terlihat jelas. Bentuk jari yang menyatu (sindaktili) menjadi ciri khas lainnya yang paling terlihat.
Owa ungka (Hylobates agilis) ditandai dengan bulu mantel berwarna hitam, abu-abu, sampai kecoklatan. Bulu pada lengan berwarna hitam, sementara wajah jantan memiliki fitur putih di area pipi dan alis.
Di sisi lain, betina hanya memiliki alis yang berwarna putih. Hewan ini dapat berumur hingga 25 tahun di alam liar dan 44 tahun dalam kondisi penangkaran.
Sebaran owa siamang dan ungko mencakup seluruh wilayah Pulau Sumatra.
Sebaliknya, owa serudung terbatas pada kawasan Nangroe Aceh Darussalam hingga bagian utara Sumatra Utara, yang ditandai dengan ciri khanya berambut putih di sekitar wajah, khususnya di area alis dan moncong, serta bulu putih yang menutupi lengan dan kaki belakang. Owa ini memiliki kisaran hidup hingga 25 tahun di alam liar.
Owa bilau (Hylobates klosii) adalah spesies owa yang dapat ditemukan di Pulau Sumatra dan hanya dapat dijumpai di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
Dikenal sebagai owa terkecil di antara semua jenis owa yang memiliki bulu hitam menyeluruh pada seluruh tubuh, termasuk wajah. Bulu owa ini tumbuh kurang lebat dibandingkan spesies owa lainnya.
Owa-owa yang hidup di Pulau Sumatra umumnya memiliki umur rata-rata 25 hingga 30 tahun di alam liar dan beberapa yang berada dalam penangkaran dapat mencapai usia 44 tahun.
Baca juga: Mengenal Ungka, Primata Akrobatik yang Menyanyi "Wow-wow"
Pulau Kalimantan
Habitat owa yang hidup di pulau ini meliputi:
Owa jenggot-putih (Hylobates albibarbis) yang sering disebut wau-wau. Ciri utamanya adalah perbedaan di wajahnya yang ditandai dengan rambut menyerupai jenggot putih.
Mantel luar di lengan, tubuh, hingga kaki berwarna cokelat, sedangkan bagian atas kepalanya hitam. Owa ini dapat hidup di alam terbuka sekitar 25 tahun.
Owa jenggot-putih terbatas penyebarannya di Kalimantan Barat sampai ke sebagian Kalimantan Tengah.
Owa kalawat (Hylobates muelleri) memiliki ciri khas rambut yang bervariasi dari cokelat keabu-abuan sampai merah bata. Mereka tidak mempunyai warna putih di sekitar hidung. Jantan biasanya memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan betina.
Umur owa kalawat di alam dapat mencapai 30-35 tahun dan 40-50 tahun jika berada dalam penangkaran. Owa kalawat menyebar paling luas di wilayah Kalimantan Timur dan Selatan.
Pulau Jawa
Owa jawa merupakan satu-satunya jenis owa yang hanya bisa ditemukan di hutan-hutan di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Subspesies owa Jawa ini mendiami bagian Barat Pulau Jawa dan juga di kawasan Gunung Slamet yang terletak di Jawa Tengah.
Selain itu, subjenis owa di wilayah Jawa Tengah juga dapat ditemukan di daerah Pekalongan.
Ketersediaan owa-owa di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, dengan status Endangered atau Terancam pada daftar merah IUCN, serta dilindungi oleh UU No.5 Tahun 1990.
Penilaian status terancam ini disebabkan oleh hilangnya habitat akibat alih fungsi lahan, praktik perburuan ilegal, serta perdagangan yang tidak sah atau illegal.
Baca juga: Owa Jawa, Primata Zona Asiatis Bersuara Nyaring yang Langka dan Terancam Punah
Dalam usaha pelestarian, dukungan dari pemerintah dan komitmennya dalam menjaga habitat owa sangat penting. Ada sebuah kisah menarik tentang seorang warga negara Prancis bernama Chanee Kalaweit yang telah menjadi warga negara Indonesia sejak tahun 2013, dirinya telah mengabdikan diri untuk mendirikan Kalaweit Organization yang bertujuan menyelamatkan hewan liar, terutama owa.
Tujuan utama organisasi ini adalah menyelamatkan owa dari perdagangan ilegal dan merehabilitasi hewan-hewan di pusat konservasi tersebut sebelum dikembalikan ke habitat alaminya setelah kondisi mereka pulih.
Selama hampir 20 tahun, Chanee mengaku telah menghadapi banyak tantangan, tetapi baginya hal ini bukan menjadi halangan karena dedikasi dirinya yang kuat demi melestarikan hutan-hutan Indonesia dan satwa yang tinggal di dalamnya.
Jadi, Kawan GNFI, marilah kita jaga hutan Indonesia, lestarikan flora dan fauna agar tidak lenyap hanya karena tindakan yang tidak bertanggung jawab.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News