Suasana khidmat bercampur meriah menyelimuti Desa Gondang, Kebonarum, Klaten, pada Senin (24/2/2025) siang. Warga desa tumpah ruah mengikuti tradisi sadranan, sebuah ritual tahunan untuk menghormati leluhur.
Acara dimulai tepat pukul 14.00 WIB dengan kirab gunungan yang diarak mengelilingi desa. Gunungan, yang berisi hasil bumi dan makanan tradisional, menjadi simbol syukur atas limpahan rezeki.
Iring-iringan warga berjalan kaki, diiringi alunan musik tradisional, menuju makam Hastono Praloyo, tempat peristirahatan terakhir para leluhur Desa Gondang.
Sesampainya di makam, gunungan ditempatkan di dekat pintu masuk. Warga kemudian mengikuti doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.
Suasana khidmat terasa saat lantunan doa dipanjatkan, memohon ampunan dan keberkahan bagi para leluhur.
Mengulik Eksistensi Sadranan pada Masyarakat Bugisan, Prambanan, Klaten
Kepala Desa Gondang yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan bahwa tradisi Sadranan merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan.
"Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga dan pengingat akan pentingnya menghormati leluhur," ujarnya.
Makna Tradisi Sadranan
Tradisi Sadranan memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Jawa, khususnya di Desa Gondang. Sadranan berasal dari kata "sadran" yang berarti ruwah (bulan kedelapan dalam kalender Jawa). Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan sebagai bentuk persiapan spiritual.
Berikut adalah beberapa makna penting dari tradisi sadranan:
- Penghormatan kepada leluhur: Sadranan menjadi wujud bakti dan penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa bagi kehidupan masyarakat.
- Silaturahmi: Tradisi ini menjadi ajang berkumpul dan mempererat tali persaudaraan antarwarga desa.
- Ungkapan syukur: Gunungan yang diarak merupakan simbol rasa syukur atas limpahan rezeki yang diberikan Tuhan.
- Persiapan spiritual: Sadranan menjadi sarana untuk membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadan.
Wayang Kulit Baratayudha Jaya Binangun
Sebagai puncak acara, digelar pementasan wayang kulit pada pukul 15.00 WIB. Dalang Ki Wardono Joko Pandoyo membawakan lakon "Baratayudha Jaya Binangun". Pagelaran wayang kulit ini menambah semarak acara Sadranan.
Lakon "Baratayudha Jaya Binangun" adalah salah satu lakon pewayangan yang paling terkenal dan sering dipentaskan.
Lakon ini mengisahkan tentang perang besar antara Pandawa dan Kurawa, dua keluarga keturunan Bharata, yang memperebutkan takhta Kerajaan Astinapura. Berikut adalah ringkasan dari lakon tersebut:
Awal Mula Konflik
Konflik antara Pandawa dan Kurawa bermula dari perselisihan mengenai hak waris takhta Astinapura. Kurawa, yang berjumlah seratus orang, dipimpin oleh Duryudana, memiliki sifat serakah dan ingin menguasai seluruh kerajaan.
Sementara itu, Pandawa, yang berjumlah lima orang, dipimpin oleh Yudhistira, memiliki sifat jujur dan adil.
Perang Baratayudha
Konflik tersebut akhirnya memuncak dalam perang besar yang berlangsung selama 18 hari di medan Kurukshetra. Perang ini melibatkan banyak ksatria dan raja dari berbagai kerajaan. Kedua belah pihak mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk memenangkan pertempuran.
Kemenangan Pandawa
Setelah melalui pertempuran sengit, Pandawa berhasil mengalahkan Kurawa. Kemenangan ini diraih berkat bantuan dari Dewa Krishna, yang menjadi penasihat dan kusir kereta Arjuna.
Meskipun demikian, kemenangan ini juga diwarnai dengan kesedihan karena banyak ksatria yang gugur di medan perang.
Jaya Binangun
Setelah perang berakhir, Pandawa berhasil menegakkan keadilan dan membangun kembali Kerajaan Astinapura. Yudhistira dinobatkan sebagai raja dan memerintah dengan adil dan bijaksana. Masa pemerintahan Pandawa ini dikenal sebagai masa kejayaan Astinapura.
Pesan Moral
Lakon "Baratayudha Jaya Binangun" mengandung banyak pesan moral, antara lain:
- Kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan.
- Kejujuran dan keadilan adalah landasan utama dalam kehidupan.
- Keserakahan dan kecurangan akan membawa kehancuran.
- Pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News