Eko Nugroho adalah seniman asal Kota Yogyakarta yang sudah menggoreskan namanya di dunia seni nasional maupun internasional. Sosok jebolan kampus seni terkenal, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tersebut kerap memaerkan karyanya di sejumlah negara, dari mulai Amerika Serikat, Tiongkok, sampai Australia.
Berlatar belakang seni jalanan, Eko memulai berkarya lewat komik dan mural. Bersama komunitasnya, ia mencoret-coret tembok Kota Yogyakarta dengan berbagai hiasan kaya warna. Bermula dari situ, ia pun semakin menunjukkan daya kreativitasnya dan mengekslorasi media seninya dalam berkarya yang melahirkan sejumlah penghargaan.
Karya tak hanya faktor yang membuat Eko sukses di jagat seni. Semakin majunya teknologi media sosial turut membuat namanya lebih dikenal karena publisitas bisa lebih mudah dan gencar dilakukan. Bagi Eko sendiri, keberadaan sosial media bisa memfasilitasi seniman dalam memberikan edukasi ke masyarakat.
Dampak Media Sosial untuk Pekerja Seni
Media sosial bagi mereka yang dibekali kreativitas akan menjadi wadah tepat untuk berkarya. Kesadaran akan hal itu pun berlangsung sejak lama oleh orang-orang berjiwa seni. Alhasil jangan heran unggahan dengan konten nyeni begitu banyak beredar dari seniman yang memiliki misinya masing-masing, entah untuk menggapai popularitas atau mencari pendapatan.
Media sosial juga bisa menjadi sarana edukasi dalam mengetahui karya seni. Menurut Eko, masyarakat bisa lewat gawai dan akun medsosnya masing-masing akan lebih mudah kenal dan menjangkau karya seni, dan pesan dari sang seniman kemungkinan bisa tersampaikan.
“Menurut saya keberadaan sosial media justru penting. Artinya edukasi publik justru terbantukan di situ tentang kesenian itu sendiri, jadi dimudahkan,” ucap Eko kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Hanya saja media sosial selalu berkembang mengikuti arus zaman dan strategi si empunya platform. Oleh karena itu, Eko menyarankan agar para pelaku seni bisa lebih adaptif dalam menggunakan media sosial dalam memamerkan karyanya.
“Sekali lagi seniman harus adaptif karena publik ini terus berkembang. Teknologi akan selalu di depan, akan terus tumbuh. Kita enggak bisa menghentikannya,” ujarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News