Ketika pertama kali membaca tuntas tentang Temasek Holdings milik Singapura bertahun-tahun lalu, saya ingat betapa terpukaunya saya kala itu. Bagaimana mungkin sebuah lembaga investasi milik negara bisa begitu agresif dalam berinvestasi, menghasilkan profit besar, dan tetap menjaga stabilitas ekonomi?
Saya ingat pertama kali mendengar tentang Temasek dalam sebuah seminar ekonomi. Saya terkejut mengetahui bahwa Singapura, yang luasnya hanya kira-kira separuh dari luas Kabupaten Gunungkidul di DIY, mampu membangun salah satu SWF paling sukses di dunia. Saat itu saya bertanya-tanya: Mengapa kita belum melakukan hal serupa? Bukankah kita memiliki sumber daya yang jauh lebih besar, tenaga kerja yang lebih melimpah, dan potensi pasar domestik yang luar biasa?
Temasek Holdings bukan satu-satunya contoh. Khazanah Nasional di Malaysia juga telah membuktikan bagaimana SWF dapat menjadi alat strategis membangun ekonomi Malaysia melalui diversifikasi ekonominya. Dengan fokus investasi jangka panjang, Khazanah telah mengembangkan sektor-sektor utama seperti infrastruktur, pendidikan, dan teknologi. Langkah ini berhasil meningkatkan daya saing Malaysia di panggung global, menjadikannya salah satu pemain utama di Asia Tenggara dalam industri-industri strategis.
Selain keduanya, ada juga Norwegia dengan Government Pension Fund Global-nya, yang mengelola lebih dari USD1,7 triliun, telah berhasil menginvestasikan surplus pendapatan minyak untuk memastikan kesejahteraan generasi mendatang. Hasilnya, rakyat Norwegia menikmati salah satu standar hidup tertinggi di dunia, berkat pengelolaan yang bijaksana dan transparan.
Di sisi lain, Uni Emirat Arab melalui Abu Dhabi Investment Authority, telah berhasil mendiversifikasi ekonominya dari ketergantungan pada minyak menjadi ekonomi yang lebih beragam. Dengan investasi strategis di sektor teknologi dan infrastruktur, UEA kini menjadi salah satu pusat bisnis dan inovasi terkemuka di dunia.
Keberhasilan lembaga-lembaga tersebut menegaskan satu hal yang tak terbantahkan: pengelolaan aset yang cerdas dan strategis dapat menjadi motor utama pembangunan ekonomi. Dan kini, Indonesia berada di persimpangan jalan untuk menempuh jalur yang sama melalui Danantara.
SWF dan Manfaatnya: Apa yang Bisa Dipelajari?
Sovereign Wealth Fund (SWF) adalah badan hukum yang didirikan oleh negara untuk mengelola aset dan berinvestasi dalam berbagai instrumen keuangan. Negara-negara mendirikan SWF dengan berbagai tujuan:
- Menstabilkan ekonomi, misalnya saat terjadi krisis finansial atau fluktuasi harga komoditas.
- Menabung untuk generasi mendatang, terutama bagi negara yang memiliki sumber daya alam terbatas.
- Mendukung pembangunan, seperti membiayai proyek infrastruktur strategis.
- Mendorong investasi strategis, misalnya di sektor teknologi atau industri masa depan.
Beberapa negara telah membuktikan keberhasilan SWF dalam menciptakan dampak ekonomi yang nyata. Misalnya:
Nama SWF | Negara | Dampak Positif |
Government Pension Fund Global | Norwegia | SWF terbesar di dunia dengan aset lebih dari USD 1,7 triliun, menjamin kesejahteraan rakyat dan menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang. |
Abu Dhabi Investment Authority | UAE | Membantu UEA bertransformasi dari ekonomi berbasis minyak menjadi lebih terdiversifikasi dengan investasi global di berbagai sektor. |
Temasek Holdings | Singapura | Menjadi katalisator inovasi dan pertumbuhan ekonomi, menjadikan Singapura sebagai pusat keuangan dan teknologi global. |
Khazanah Nasional | Malaysia | Mendorong diversifikasi ekonomi dan pengembangan sektor-sektor strategis, seperti infrastruktur, pendidikan, teknologi, dan pariwisata. |
Era Baru Strategi Investasi Indonesia
Kini, Indonesia memiliki kesempatan emas untuk mengikuti jejak tersebut melalui peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada 24 Februari 2025. Pada 24 Februari 2025, Presiden Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Istana Merdeka. Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa Danantara bukan sekadar badan pengelolaan investasi, tetapi sebuah instrumen pembangunan nasional yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan, dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di sektor-sektor strategis dunia. Peluncuran ini dilakukan setelah penandatanganan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola Danantara.
Dengan modal awal sebesar US$ 20 miliar dan target pengelolaan aset hingga US$ 980 miliar, Danantara diharapkan menjadi penggerak transformasi ekonomi Indonesia. Jika dikelola dengan baik, lembaga ini dapat membawa dampak yang sangat besar, dari pembangunan infrastruktur hingga pengembangan industri bernilai tinggi yang dapat menyerap jutaan tenaga kerja.
Indonesia berada di titik penting untuk mengadopsi model-model SWF tersukses di dunia, dengan mengadopsi model serupa. Danantara memiliki potensi untuk menjadi game-changer bagi Indonesia, mendorong pertumbuhan ekonomi dan transformasi di berbagai sektor.
Jika Singapura menggunakan Temasek untuk menjadi pemimpin dalam teknologi dan keuangan global, maka Indonesia bisa memanfaatkan Danantara untuk menopang transisi energi, membangun infrastruktur digital, dan mengembangkan industri manufaktur bernilai tinggi. Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan ekspor komoditas mentah; kita harus mulai mengelola sumber daya dengan lebih cerdas dan strategis. Indonesia melalui Danantara juga akan memiliki kemampuan lebih besar dalam membangun industri sektor pariwisata melalui pengembangan ekosistem pariwisata.
Saya pernah berbincang dengan seorang pengusaha di Jakarta yang kesulitan mendapatkan pendanaan untuk startup energi terbarukan. "Kalau ada investor lokal sebesar Temasek, kami tidak perlu selalu bergantung pada pendanaan luar negeri," katanya. Meskipun pernyataannya terkesan becanda, namun tak bisa saya pungkiri, pernyataan singkat itu terus terngiang di kepala saya dalam waktu lama. Bukan apa-apa, orang seperti dia, tentu banyak jumlahnya. Namun yang tak kalah pentingnya, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah di bidang ekonomi yang harus segera dicarikan solusinya.
Saat ini, Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi, seperti:
- Ketimpangan ekonomi: Kesenjangan pendapatan masih menjadi masalah serius, dengan rasio Gini mencapai 0,39 pada 2023, menunjukkan ketidakmerataan distribusi pendapatan.
- Ketergantungan pada ekspor komoditas: Ekonomi Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga komoditas, di mana sekitar 60% dari total ekspor berasal dari sektor komoditas.
- Kesenjangan infrastruktur: Kualitas infrastruktur masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, dengan indeks infrastruktur Indonesia berada di peringkat 60 dari 140 negara menurut World Economic Forum.
- Kesenjangan digital: Akses internet dan teknologi digital belum merata, dengan hanya 64% populasi yang memiliki akses internet pada 2023.
- Kerentanan terhadap perubahan iklim: Indonesia perlu mencapai target emisi nol bersih pada 2060, di mana sektor energi menyumbang sekitar 40% dari total emisi gas rumah kaca.
Dengan hadirnya Danantara, diharapkan tantangan-tantangan ini dijawab dengan berbagai strategi, di antaranya membiayai proyek infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas, mengembangkan industri strategis, seperti energi hijau dan manufaktur, meningkatkan nilai aset negara agar lebih produktif, menarik lebih banyak investasi asing untuk memperkuat ekonomi nasional, dan tentu saja, menciptakan lapangan kerja melalui investasi jangka panjang.
Saya membayangkan jika Danantara berinvestasi dalam sektor yang kini tengah booming, yakni industri baterai kendaraan listrik. Dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia bisa menjadi pusat industri baterai global, menarik investasi Tesla atau produsen EV besar lainnya. Dengan posisi Danantara yang strategis, entah bagaimana caranya, hal ini bisa jadi bukan sekadar mimpi, melainkan potensi nyata yang bisa diwujudkan.
Danantara: Harapan Besar untuk Ekosistem Pariwisata Indonesia
Indonesia, negeri kepulauan yang membentang luas dengan keindahan alam dan kekayaan budaya yang memukau. Saya merasa beruntung telah menjelajahi begitu banyak destinasi alam dan budaya di negeri ini, dan setiap perjalanan adalah sebuah pelajaran berharga. Saya melihat potensi pariwisata Indonesia yang luar biasa besar, laksana harta karun yang menunggu untuk digali dan dipoles hingga berkilauan.
Dan sebenarnya, di situlah tantangannya.
Infrastruktur yang perlu ditingkatkan, promosi yang perlu diperluas, kesadaran akan keberlanjutan lingkungan yang perlu ditanamkan, serta kualitas sumber daya manusia yang perlu terus diasah. Dan di sinilah peran Danantara menjadi sangat penting.
Dengan kemampuan dan kapasitas investasinya, Danantara dapat menjadi kunci untuk membuka potensi pariwisata Indonesia dan menjawab berbagai tantangan tersebut. Saya membayangkan Danantara mampu menciptakan sebuah ekosistem pariwisata yang holistik dan berkelas dunia, dengan berinvestasi di berbagai aspek krusial:
- Infrastruktur yang Mendukung: Danantara dapat membangun dan meningkatkan infrastruktur jalan, transportasi, dan fasilitas pendukung lainnya di destinasi-destinasi wisata prioritas. Ini akan memudahkan akses wisatawan dan meningkatkan kualitas pengalaman berwisata.
- Promosi yang Efektif: Danantara dapat mendukung upaya promosi dan pemasaran pariwisata Indonesia yang lebih terarah dan berkelanjutan, menjangkau pasar global dan menampilkan keunikan budaya Indonesia.
- Pariwisata Berkelanjutan: Danantara dapat berinvestasi di industri pariwisata berkelanjutan, mendukung energi hijau, manufaktur produk pariwisata lokal, dan ekonomi kreatif yang berkaitan dengan pariwisata.
- Peningkatan Kualitas SDM: Danantara dapat berinvestasi di program pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi para pelaku wisata, meningkatkan profesionalisme dan daya saing industri pariwisata Indonesia.
Di negeri tetangga, SWF mereka juga aktif membangun ekosistem pariwisata mereka dengan kapasitas investasi mereka yang besar. Temasek misalnya, berinvestasi di proyek-proyek seperti Singapore Zoo dan Mandai Rejuvenation Project, serta dukungannya terhadap sektor pariwisata melalui Tourism Development Fund, telah berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan reputasi Singapura sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Sementara itu, Khazanah Nasional, SWF dari Malaysia juga menunjukkan bagaimana investasi negara dapat berperan dalam diversifikasi ekonomi dan pengembangan pariwisata. Investasi Khazanah di sektor infrastruktur, pendidikan, dan teknologi, serta proyek-proyek pariwisata seperti Desaru Coast Destination Resort, telah memberikan dampak positif bagi perekonomian Malaysia.
Dengan dukungan Danantara, saya optimis Indonesia dapat mengadopsi (memodifikasi) model pembangunan keduanya dengan mewujudkan destinasi-destinasi wisata berkelas dunia yang berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi yang luas, dan menjaga kelestarian alam dan budaya Indonesia.
Tata Kelola Danantara: Harapan Besar dalam Kehati-hatian
Pembentukan lembaga sebesar Danantara tentu memicu harapan besar, namun tak bisa dipungkiri, juga memunculkan kekhawatiran terkait tata kelola. Namun, saya juga melihat adanya upaya serius untuk membangun sistem pengawasan yang kuat di Danantara.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, Danantara dirancang dengan sistem pengawasan berlapis yang cukup komprehensif. Ini mencakup:
- Pengawasan internal: Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh internal Danantara sendiri, sebagai lini pertahanan pertama.
- Pengawasan audit independen dan dewan pengawas: Audit eksternal dan pengawasan dari pihak independen, yang diharapkan memberikan penilaian objektif.
- Pengawasan operasional perusahaan oleh Komisi VI DPR: Pengawasan dari sisi operasional perusahaan oleh wakil rakyat, yang merepresentasikan kepentingan publik.
- Pengawasan operasional investasi oleh Komisi XI DPR: Pengawasan khusus terkait operasional investasi, yang menjadi fokus utama Danantara.
- Pengawasan lainnya: Pengawasan dari regulator, kementerian/BUMN teknis, dan pihak-pihak terkait lainnya, yang memperkuat lapisan pengawasan.
Dibandingkan dengan perusahaan swasta pada umumnya, sistem pengawasan Danantara terbilang jauh lebih ketat. Ini tentu menjadi nilai tambah yang positif untuk membangun kepercayaan publik dan menjaga ekosistem bisnis yang sehat. Saya pribadi berpendapat, struktur pengawasan seperti ini adalah langkah maju yang perlu diapresiasi.
Saya optimis bahwa dengan tata kelola yang baik, Danantara dapat menjadi instrumen pembangunan yang efektif dan memberikan manfaat yang optimal bagi bangsa dan negara. Namun, kewaspadaan dan pengawasan yang berkelanjutan dari semua pihak tetap diperlukan untuk memastikan bahwa Danantara berjalan sesuai dengan amanah yang diberikan. Hanya dengan begitu, lembaga baru ini benar-benar akan menjadi game-changer di masa depan Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News